logo2

ugm-logo

Dana Desa Bisa Digunakan untuk Siaga Bencana dan Konflik Sosial

Dana Desa Bisa Digunakan untuk Siaga Bencana dan Konflik Sosial

Jakarta - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menilai dana desa dapat dipergunakan untuk bidang yang terkait dengan kebencanaan seperti kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial, penanganan bencana alam dan bencana sosial serta pelestarian lingkungan hidup.

Direktur Penanganan Daerah Rawan Bencana Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu Kemendesa PDTT, Hasman Maa'ni, mengutarakan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat besar dan dilewati oleh ring of fire sehingga memiliki potensi kebencanaan yang sangat beragam, mulai dari bencana teknonik hingga vulkanik.

Tercatat beberapa bencana besar pernah terjadi di Indonesia seperti tsunami di Aceh, Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, Gempa Palu di Sulawesi Tengah hingga Gempa Lombok di NTB.

"Adapun peluang pemanfaatan dana desa dapat dilakukan lebih dalam untuk pengurangan risiko bencana dengan pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan konflik sosial serta penanganan bencana alam dan bencana sosial" ujar Hasman dalam keterangannya, Sabtu (22/6/2019).

Hal itu disampaikannya saat workshop gerakan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Bandung.

Lebih lanjut, Hasman mengatakan bahwa dana desa sendiri dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan bidang pembangunan desa dan bidang pemberdayaan masyarakat desa. Khususnya yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat desa dengan mendayagunakan potensi dan sumber dayanya, sendiri sehingga diharapkan desa dapat berkembang secara mandiri.

"Kegiatannya meliputi dukungan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan penanganannya, dan jangan lupa harus dilakukan dalam koridor peraturan yang berlaku," katanya.

Hasman menjelaskan bahwa Kemendes PDTT pada dasarnya lebih fokus pada upaya mitigasi. Namun tidak menutup kemungkinan untuk terlibat dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

"Pada 2018, Ditjen PDTu melalui Direktorat Penanganan Daerah Rawan Bencana telah memberikan bantuan dalam percepatan rehab atau rekon daerah pasca bencana di Kabupaten Lombok Utara, dan Kabupaten Donggala," katanya.

Informasi lainnya dari Kemendes PDTT bisa dilihat di sini.
(idr/ega)

Fitur Navigasi Menghindari Bencana dari Google Maps

TEMPO.CO, Jakarta - SOS Google memberikan informasi penting ketika pengguna Google Maps berada di zona krisis dengan menghadirkan petunjuk arah mengemudi. Sebagai bagian perluasan peringatan SOS ke Google Maps, perusahaan mengenalkan fitur navigasi yang tidak hanya akan memperingatkan hambatan di sepanjang perjalanan, tetapi juga akan mengubah rute untuk menghindarinya.

Mengutip laman Engadget, Kamis, 6 Juni 2019, jika banjir menghalangi jalan pengemudi, fitur akan membantu untuk menghindarinya. Selain itu, pengguna juga akan mendapat bantuan memahami ruang lingkup bencana alam lain.

Peta akan menunjukkan jalur yang sedang dilanda badai, gempa bumi dan prakiraan banjir. Info tersebut akan muncul di aplikasi ketika pengguna berada di area terdampak. Pengguna juga akan melihatnya jika mencari di Google dengan kata kunci terkait bencana atau lokasi di mana pun berada.

Namun, butuh beberapa saat agar tersedia di semua pengguna. Visualisasi tersebut akan datang pada aplikasi perangkat Android, iOS dan web dalam minggu-minggu mendatang.

Sementara Navigasi sadar krisis akan muncul di aplikasi seluler beberapa pekan setelahnya. Meskipun begitu, fitur tersebut hanya untuk situasi dan kondisi tertentu saja. Fitur itu bisa sangat penting jika pengguna tidak yakin ke mana bisa pergi dalam situasi berbahaya.

Berita lain tentang Google Maps dan bencana alam bisa Anda simak di Tempo.co

More Articles ...