logo2

ugm-logo

Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur

Banjir Afghanistan, 35 Orang Tewas dan 3.000 Rumah Hancur

Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat di Afghanistan sejak Sabtu (30/3), dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 35 orang. Banjir menghanyutkan ribuan rumah, memutus akses ke desa-desa terpencil di seluruh negara bagian Afghanistan.

Banjir hebat yang dimulai Jumat pagi menewaskan sedikitnya 12 orang di provinsi utara Faryab dan 10 orang di provinsi barat Herat. Kabar itu disampaikan juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (ANDMA) Afghanistan, kata Hashmat Bahaduri.

Sementara itu, tambahan korban lainnya yakni delapan orang tewas berada di provinsi Badghis, dan lima orang lainnya provinsi Balkh di utara, kata Bahaduri kepada AFP, seraya menambahkan bahwa lebih dari 3.000 rumah telah hancur.


Di Herat, 10 distrik dan beberapa bagian kota Herat terkena dampak.

"Ratusan rumah telah hancur dan ribuan lainnya mengungsi," kata juru bicara gubernur, Jailani Farhad, juru bicara gubernur provinsi.

Direktur Bulan Sabit Merah Afghanistan di Herat, Mir Gulabuddin Miri mengatakan akses ke beberapa daerah telah terputus. Kondisi ini mempersulit para relawan menjangkau orang-orang yang masih berada di lokasi bencana.

"Kerusakannya sangat besar. Lebih dari 12 daerah di provinsi ini dilanda dengan sangat buruk, orang-orang kehilangan rumah mereka. Kami hanya bisa menyediakan makanan dan selimut sejauh ini," katanya.

Pekerja bantuan di provinsi utara Faryab dan Balkh juga telah berjuang untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada keluarga yang terkena dampak.

"Tetapi skala bencana sangat besar. Kami membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan," ujar seorang juru bicara ANDMA di Afghanistan utara kepada AFP.

Upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan setelah bencana seperti longsoran dan banjir bandang sering terhambat oleh kurangnya peralatan di Afghanistan. Infrastruktur yang buruk juga menyulitkan pekerja bantuan untuk mencapai daerah yang terisolasi.

Awal bulan ini, sedikitnya 20 orang tewas oleh banjir bandang yang disebabkan oleh hujan lebat yang menyapu ribuan rumah dan kendaraan di provinsi Kandahar selatan.

Kenapa Banjir Sentani Kembali Terjadi?

JAYAPURA, KOMPAS.com - Sabtu malam (30/3/2019) karena hujan lebat yang turun selama beberapa jam, beberapa titik kawasan Kota Sentani, Kabupaten Jayapura kembali terendam air yang mengalir dari Gunung Cyclop.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Yulianus Mambrasar, di Bandara Sentani, Minggu (31/3/2019), menyebut banjir yang terjadi diakibatkan munculnya aliran air baru pascabanjir bandang pada 16 Matet 2019.

"Alur sungai pertama sudah kita arahkan ke sungai (Kemiri), kalau tadi malam menurut kesaksian (masyarakat) setempat itu ada guguran baru, jadi ada bunyi kuat, ternyata dia membentuk aliran baru," ujarnya.

BWS Papua, menurut dia, akan segera menurunkan tim untuk memegecek kondisi di lapangan.

Namun dari longsor yang terjadi di punggung Gunung Cyclop pada 20 Maret 2019, menimbulkan potensi adanya banjir bandang susulan karena kini ada material yang posisinya menggantung.

"Jadi semua batu-batu di atas posisinya menggantung, kalau ada gangguam sedikit pasti turun. Kami yakin sekali pasti ada guguran lanjutan, tapi sampai sekarang potensi material yang ada belum bisa dihitung, ini tergantung cuaca kalau hujan (lebat) pasti (materialnya) turun," katanya.

Karenanya, tegas Mambrasar, pengungsi yang tempat tinggalnya terkena dampak langsung banjir bandang diminta untuk tidak kembali karena sangat berbahaya.

"Antisipasinya kita harus lakukan pengalihan, pembersihan dan pengerukan sungai karena dengan situasi sekarang belum bisa ditentukan kapan ini selesai," tuturnya.

More Articles ...