logo2

ugm-logo

ACT Bangun Pusat Informasi Gempa Lombok dan Sumbawa

ACT Bangun Pusat Informasi Gempa Lombok dan Sumbawa

Gempa Lombok masih menyisakan trauma. Upaya untuk memulihkan trauma tersebut terus dilakukan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui program-program pemulihan pasca-bencana.

Kali ini ACT mendirikan Pusat Informasi untuk Gempa Bumi Lombok dan Sumbawa (Information Center for Lombok and Sumbawa Earthquake) sebagai tempat rujukan bagi media dalam mencari informasi terbaru tentang gempa Lombok.

Pusat Informasi ini akan dibangun tidak hanya di Lombok tetapi juga di Jakarta dan 15 Kantor Cabang ACT lainnya yang ada di Indonesia.

Lukman Aziz Kurniawan selaku Manajer Komunikasi ACT menyebutkan, selain menjadi sumber informasi bagi media, fasilitas ini juga menjadi sumber informasi valid bagi Non-Governmental Organization (NGO) dan stakeholder lain.

Untuk menjaga kualitas dan keakuratan informasi, ACT menurunkan relawan-relawan terbaik yang disebar di posko-posko pengungsian, sehingga data yang didapat adalah data yang valid dan langsung dari lapangan.

“Dengan adanya Pusat Informasi untuk Gempa Lombok dan Sumbawa bisa menjadi rujukan media dalam pembuatan berita. Video dan foto-foto yang kita berikan di sana itu berstandar jurnalistik. Kita juga berharap Pusat Informasi ini dapat melawan atau meminimalisir video maupun foto hoax yang mudah tersebar di masyarakat,” ujarnya.

Aziz melanjutkan, di Lombok, Pusat Informasi ini berada di tiga titik yaitu di Bandara Internasional Lombok, di Kota Mataram yang berlokasi di sekitar Jalan Sriwijaya, dan di Pelabuhan Lembar Lombok.

Di titik-titik tersebut sudah terdapat para relawan yang siap memberikan informasi dan perkembangan kepada para pengunjung mengenai kondisi pasca-gempa di Lombok.

“Khusus Pusat Informasi yang berada di Kota Mataram akan dilengkapi dengan fasilitas dan sarana lengkap yang setara dengan media center pada umumnya. Seperti akses mudah internet, perangkat penulisan pemberitaan, dan konferensi pers. Adapun relawan Pusat Informasi yang berada di bandara dan pelabuhan akan ditempatkan di alur kedatangan bandara dan pelabuhan,” ucapnya.

Nantinya, informasi yang diperoleh dari tim yang berada di Mataram akan didistribusikan ke sejumlah lokasi Pusat Informasi lain yang berada di pelabuhan, bandara, Jakarta maupun daerah-daerah lainnya.

“Fasilitas ini juga akan menginformasikan program-program ACT yang sedang berjalan seperti pembangunan Integrated Community Shelter, maupun program lainnya seperti Warung Wakaf dan Desa Wakaf,” pungkas Aziz. (*)

sumber: Tribunnews.com

Ribuan Hunian Sementara Didirikan untuk Korban Gempa di Lombok

Ribuan Hunian Sementara Didirikan untuk Korban Gempa di Lombok

JAKARTA - Hingga Jumat (31/8/2018), tercatat sudah 560 orang meninggal dunia akibat gempa bumi, dengan sebaran Kabupaten Lombok Utara 466 orang, Lombok Barat 40 orang, Lombok Timur 31 orang, Kota Mataram 9 orang, Lombok Tengah 2 orang, dan Kota Denpasar 2 orang.

Selain itu, sebanyak 1.469 orang luka-luka, pengungsi tercatat 396.302 jiwa tersebar di ribuan titik. Sedangan sebanyak 83.392 rumah rusak berat, 3.540 fasilitas umum dan sosial rusak.

Dompet Dhuafa terus melakukan pergerakan dengan berbagai program, salah satu yang di inisiasi yaitu HUNTARA (Hunian Sementara) bagi ribuan pengungsi yang saat ini masih menempati pos pengungsian di wilayah Lombok dan sekitarnya. Huntara yang dibangun sudah melalui tahap uji coba untuk tingkat kenyamanan.

Menurut drg. Imam Rulyawan MARS, Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi mengatakan, “Dompet Dhuafa memiliki desain konstruksi untuk rumah ramah gempa. Desain ini disiapkan untuk fase transisi respon ke recovery sambil menunggu rekonstruksi dari pemerintah. Dari semua kanal jaringan Dompet Dhuafa, termasuk CSR, BUMN dan Penerintah melalui BNPB dan PUPR, direncanakan akan dibangun 15 ribu unit."

“Dompet Dhuafa berharap agar dalam masa transisi menunggu pemulihan kondisi oleh pemerintah. dengan hunian sementara ini, masyarakat secepatnya berkumpul sebagai satu keluarga yang utuh, dan mulai menata kehidupan mereka ke depan. Sambil menunggu bantuan pemerintah sampai ke mereka”, ucap drg Imam Rulyawan, MARS.

“Sekarang kami bersyukur ternyata Dompet Dhuafa memberikan hunian sementara (huntara di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Lombok Utara. Desa ini jarang mendapat perhatian apalagi jaraknya juga jauh dari kota Mataram sendiri berjarak 50 Km dengan waktu perjalanan 2,5 jam yang menanjak perbukitan," ucap Harimuni warga setempat.

“Sudah dua malam kami huni Huntara ini. Enak, nyaman, tidak seperti berada di tenda dan kandang kambing yang kami tempati sebelumnya. Apalagi sebelumnya kandang kambing ini bau sekali, berukuran 3x3 meter berisi 3 keluarga. Belum lagi ditempat pengungsian juga sangat terbatas baik fasilitas listrik, air maupun sanitasi," tutup Harimuni.

Dompet Dhuafa dalam respon bencana gempa bumi Lombok, telah menurunkan tim rescue dari disaster management center (dmc), psychological first aid, dapur umum, dapur keliling, tenaga medis seperti dokter spesialis bedah dan spesialis penyakit dalam, dokter umum, perawat, bidan serta aktivis kemanusiaan lainnya.

Selain kegiatan dapur keliling, terdapat aksi layanan sehat (als), pendirian pos pengungsian, pendirian dapur umum, pembangunan mck sementara, pembangunan masjid sementara, inisiasi pendirian sekolah darurat, sekolah ceria, layanan dakwah, pengadaan pipanisasi untuk 1.300 pengungsi korban gempa dan distribusi tandon air, serta motor kilat, yang berkeliling melayani kebutuhan kesehatan untuk mobilitas ke beberapa wilayah terpencil, dan sulitnya medan karena akses terputus.

sumber: TRIBUNNEWS.COM

More Articles ...