logo2

ugm-logo

Gunung Agung Erupsi dan Melontarkan Lava, Warga Berhamburan Turun Gunung

Gunung Agung Erupsi dan Melontarkan Lava, Warga Berhamburan Turun Gunung

TRIBUNJAKARTA.COM - PERBEKEL Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Komang Tinggal, terdengar panik saat diwawancarai Tribun Bali, Senin (2/7) pukul 22.15 Wita.

Suaranya terdengar tergesa-gesa, dan mengatakan hendak mengungsi setelah Gunung Agung mengalami erupsi dan melontarkan lava dan batu pijar.

Komang Tinggal menjelaskan, warga Sebudi utamanya yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) hampir semuanya mengungsi.

Mereka berbondong-bondong meninggalkan kampung halaman setelah mendengar bunyi dentuman keras dibarengi lontaran lava pijar.

"Warga berhamburan dan berduyun-duyun turun untuk mengungsi. Sepeda motor lalu lalang. Masyarakt Sebudi panik campur takut dengan kondisi gunung. Mereka hanya membawa pakaian dan selimut," kata Tinggal saat dihubungi Tribun Bali, tadi malam.

Warga turun untuk mengungsi setelah mendengar suara dentuman dari kawah Gunung Agung disertai lontaran pijar ke permukaan.

Melihat kondisi tersebut, warga seketika turun untuk selamatkan diri masing-masing.

"Awalnya cuma terdengar suara gemuruh. Beberapa menit kemudian terlihat kilat di atas kawah Gunung Agung. Setelah itu baru terdengar bunyi dentuman disertai lontaran lava pijar. Api terlihat di puncak gunung," tambah Komang Tinggal.

Menurutnya, warga Sebudi yang tinggal di bagian barat mengungsi ke Rendang dan Nongan.

Titik kumpulnya di lapangan Rendang. Sedangkan warga Sebudi yang berada di bagian timur mengungsi ke Selat, Duda, Duda Timur.

Sementara dari Klungkung dilaporkan, beberapa pengungsi asal Desa Sebudi juga sudah sampai di Gor Swecapura, Gelgel, Klungkung, tadi malam.

Warga Desa Kiduling Kreteg dan Temukus juga berhamburan dan bergegas turun gunung untuk menyelamatkan diri.

Mereka banyak mengungsi ke Dusun Kedungdung, Besakih.

Di lokasi berbeda, warga KRB III dari Kecamatan Bebandem juga berduyun-duyun untuk mengungsi.

Jalan sekitar Pasar Bebandem, Desa Bebandem, ramai kendaraan warga yang hendak mengungsi.

Hal serupa juga terlihat sekitar Kota Karangasem. Warga terlihat panik. Penunggu pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karangasem berhamburan keluar melihat Gunung Agung melontarkan lava pijar dan membakar hutan di puncak Tohlangkir.

Suasana panik dengan lalu lintas krodit juga terjadi di jalan raya Rendang hingga Nongan.

Pengungsi berdatangan dari arah utara menggunakan sepeda motor dann mobil. Warga dari jalan Desa Pesaban, Nongan, dan Rendang pun bersiaga depan rumah.

Hujan Pasir

Sementara dari Bangli dilaporkan, hujan pasir akibat erupsi Gunung Agung terjadi di Desa Abang Batudinding, Kintamani.

Warga setempat sempat merasakan hujan pasir selama lima detik.

Seperti diungkapkan Perbekel Desa Abang Batudinding, I Made Diksa, pihaknya menerima laporan sempat terjadi hujan pasir di tiga banjar setempat.

"Sempat ada laporan hujan pasir di Banjar Peselatan, Beluhu, Klatkat. Tapi intensitasnya ringan dan hanya berlangsung sekitar lima detik," ujarnya tadi malam.

Ia menambahkan, meskipun terjadi hujan pasir, hingga kini di wilayah Desa Abang Batudinding belum dirasakan paparan abu vulkanik.

Terkait pergeseran warga setempat, Made Diksa menuturkan masih menunggu imbauan dari BPBD, serta persetujuan camat untuk mengungsi.

Tak hanya di wilayah Bangli, hujan pasir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Gianyar. Satu diantaranya di wilayah Kerta, Payangan. (ful/mer)

http://jakarta.tribunnews.com

Erupsi Gunung Agung Berjenis Strombolian, Apa Itu?

Erupsi Gunung Agung Berjenis Strombolian, Apa Itu?

Jakarta - Gunung Agung mengalami erupsi secara strombolian dengan suara dentuman. Lalu apa itu strombolian?

"Erupsi terjadi secara Strombolian dengan suara dentuman. Erupsi bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari dalam kawah. Sifat magma yang lebih cair dibandingkan letusan tahun lalu juga menyebabkan mudahnya terjadi lontaran batu pijar," Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/7/2018).

Dilansir dari situs Kementerian ESDM, strombolian merupakan jenis erupsi gunung berapi. Strombolian adalah semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api yang sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.

Situs Museum Gunung Api Merapi juga menjelaskan soal tipe erupsi ini. Istilah tipe strombolian diambil dari kata Stromboli, nama gunung api di pulau Stromboli Italia yang terletak di Laut Thyrene, Mediterania. Ciri-ciri erupsi strombolian yakni adanya erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma.

Material yang diletuskan jatuh kembali ke dalam kawah atau di sekitar bibir kawah. Pada saat terjadi erupsi yang lebih besar, lava mengalir ke lereng di sekitarnya. Gunungapi tipe strombolian mempunyai kawah, biasanya berbentuk lingkaran. Tubuh dan lereng gunung tersusun dari batuan yang berasal dari lava.

Tipe erupsi strombolian berbeda dengan tipe erupsi lainnya. Tipe erupsi hawaiian terjadi pada celah yang bentuknya lebih sederhana. Bentuk gunung jenis hawaiian biasanya seperti perisai. Tipe plinian tergolong sebagai erupsi yang sangat eksplosif alias berdaya ledak tinggi, karena kekentalan magma juga lebih tinggi. Ada pula tipe erupsi vulkanian yang terjadi karena lubang kepundang tersumbat lava yang membeku.

Dalam laporan PVMBG Kementerian ESDM, erupsi Gunung Agung kembali terjadi pada Senin (2/7/2018) sekitar pukul 21.04 Wita dan Selasa (4/87/2018) pukul 04.13 Wita. Tinggi kolom abu pada letusan malam tadi teramati ± 2.000 m di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Lontaran lava pijar tadi malam teramati keluar kawah mencapai jarak 2 km. Saat ini warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
(fai/dnu)

More Articles ...