logo2

ugm-logo

PLN pastikan jaringan listrik di Bima hampir normal pascabanjir

Mataram (ANTARA News) - PLN menyatakan jaringan dan pasokan listrik di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, yang terganggu akibat banjir, sekarang 89 persennya sudah dipulihkan setelah perusahaan memperbaiki infratruktur yang rusak.

Dihubungi di Mataram, Jumat, General Manager PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayan NTB, Karyawan Aji, mengatakan bahwa jumlah total beban sistem Bima yang dipasok PLN saat ini telah mencapai 37,6 Megawatt (MW), sementara pada kondisi normal sekitar sekitar 42 MW.

"Pemulihan telah mencapai 89 persen. Masih ada sekitar 5 MW yang harus dipulihkan," katanya.

Upaya pemulihan jaringan listrik di Kota Bima dan Kabupaten Bima melibatkan sebanyak 50 personel teknisi kelistrikan PLN dari Kabupaten Sumbawa dan Mataram.

"Tim mulai bekerja sejak Kamis (22/12) dan berhasil memulihkan sebagian besar pasokan daya untuk Kota Bima sekitar pukul 17.00 WITA," ujarnya.

Aji menambahkan kekurangan daya pasok listrik yang masih terjadi di Kota Bima disebabkan robohnya beberapa tiang jaringan. Selain itu,  pada beberapa titik lainnya kondisi jaringan juga belum bisa digunakan karena terendam banjir.

Untuk mempercepat pemulihan sistem kelistrikan, PLN akan terus mengerahkan personel dan peralatan tambahan dari kota-kota terdekat. 

"Personel dan peralatan pemulihan listrik akan kami tambah sesuai kebutuhan, besok mudah-mudahan rekan-rekan dari Bali sudah bergabung di Bima," katanya.

Bersamaan dengan perbaikan jaringan, PLN juga telah mengirimkan bantuan bagi korban bencana banjir berupa makanan siap saji, alat memasak, tikar, selimut, pakaian, perahu karet, dan fasilitas kamar mandi. 

Sebagian wilayah Kota Bima dan Kabupaten Bima, di Pulau Sumbawa, NTB diterjang banjir bandang pada Rabu (21/12).

Data dari BPBD NTB, ribuan rumah yang tersebar di lima kecamatan di Kota Bima terendam air setinggi 1-2 meter. 

Banjir juga menyebabkan infrastruktur listrik rusak, sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman, baik untuk pelanggan rumah tangga maupun untuk infrastruktur pemancar telekomunikasi telepon seluler. 

Banjir juga melanda Desa Maria dan Desa Kambilo, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima. Sebanyak 25 rumah rusak berat, 5 rumah hanyut, 3 rumah rusak sedang dan satu jembatan negara putus.

Tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana alam tersebut. Namun, nilai kerugian diperkirakan cukup besar karena rusaknya infrastruktur jalan, jembatan, telekomunikasi, listrik dan fasilitas umum. 

Editor: Suryanto

Bangunan dengan RISHA Teruji Tahan Gempa

Teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) akan digunakan dalam rekonstruksi permanen sekolah yang mengalami kerusakan akibat gempa, yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Daroessalam (NAD) pada awal Desember 2016.

Sebelumnya, pasca-bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh 2004 silam, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada waktu itu juga menggunakan teknologi RISHA dalam rekonstruksi bangunan rusak. Terbukti, hingga saat ini bangunan tersebut masih dalam kondisi baik.

“Akan disepakati tipikal desain untuk bangunan permanen bangunan sekolah yang direkonstruksi ini adalah precast concrete, mengacu pada standar desain yang disebut oleh Balitbang adalah RISHA. Ini sudah teruji di Pidie,” tutur Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR, Danis H. Sumadilaga.

Danis mengungkapkan, bahwa untuk pembangunan sekolah secara permanen ini akan ditargetkan dapat dilaksanakan pada Februari sampai Desember 2017. Setelah sebelumnya dipasang bangunan sementara untuk para siswa belajar.

(Baca juga: Eks Pengungsi Timor-Timur Siap Huni RISHA Akhir November)

Pembangunannya sendiri akan dilakukan oleh beberapa BUMN Karya untuk konstruksi maupun konsultan pengawasnya.

BUMN yang terlibat diantaranya adalah Waskita Karya,  Hutama Karya, Adhi Karya, Nindya Karya, Bina Karya, Wijaya Karya, Brantras Abripraya, PP, Waskita, Yodya Karya dan Virama Karya, yang akan dibagi menjadi tiga zona pekerjaan berdasarkan wilayah kerja.

BUMN tersebut, setelah menyepakati desain dan standarisasi bangunan akan langsung melakukan pabrikasi pra-cetak untuk selanjutnya melakukan pemasangan.

“Jenis pekerjaannya lebih banyak pabrikasi karena ini untuk menjamin standarisasi, kualitas dan kecepatan,” tambah Danis.

Teruji di Bangunan Sementara

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Arief Sabarudin mengatakan bahwa pada saat terjadi gempa, pihaknya melakukan pengecekan terhadap bangunan-bangunan yang menggunakan teknologi RISHA di Aceh, dan hasilnya bangunan tersebut masih dalam kondisi bagus.

“Alhamdulillah, bangunan yang dibekali teknologi RISHA pada 2004 lalu, kondisinya masih bagus dan tidak terganggu oleh gempa. Bahkan kami sangat kaget, mengetahui bahwa banyak rumah sementara yang dulu dibangun sampai sekarang masih dalam kondisi bagus,” tambah Arief.

Untuk bangunan kelas sementara, pihaknya dan BUMN sepakat untuk membuat ruangan kelas dengan sistem modular dengan metode knock down. Sebagai rangka atapnya, bangunan akan menggunakan material baja ringan yang dilakukan dengan mengadopsi metode tersebut.

Kelas-kelas sementara ini ditargetkan sudah dapat terbangun di akhir Januari.

“Sambil teman-teman BUMN siapkan komponen, land clearing dan segala macamnya sudah bisa dilakukan secara paralel. Sehingga kita harapkan pembangunan kelas sementara dapat dilakukan bisa 1-2 minggu paling lama 1 bulan tergantung jumlah kelas,” kata Arief.

Berdasarkan data BNPB per 19 Desember 2016 telah teridentifikasi sebanyak 159 sekolah mengalami kerusakan ringan dan berat.

Saat ini BNPB telah membersihkan 13 sekolah, 8 diantaranya sudah bersih 100 persen. Sambil menunggu pendataan dan audit teknis di lokasi lain, rekonstruksi akan fokus di 13 sekolah tersebut.

sumber: rumah.com

More Articles ...