logo2

ugm-logo

Kolaborasi Riset di Bidang Lingkungan dan Pemantauan Bencana

Bandung - Humas BRIN.  Pengembangan inovasi terus dilakukan khususnya di bidang teknologi elektronik dan telekomunikasi. Hal ini tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi namun juga memberikan landasan bagi aktivitas yang terhubung secara teknologi.

Terlebih lagi dalam beberapa tahun terakhir lanskap kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence dengan cepat menjadi bagian integral dari berbagai Industri dan juga mempengaruhi cara kita hidup dan bekerja. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko pada The 2023 International Conference on Radar, Antenna, Microwave, Electronics and Telecommunications (ICRAMET 2023).

Kegiatan ini mengusung tema “Empowering Global Progress: Innovative Electronic and Telecommunication Solutions for a Sustainable Future” yang dilaksanakan pada 15-16 November 2023 mengetengahkan keynote speaker dari 4 negara.

“Konferensi Internasional yang diselenggarakan oleh Organisasi Riset Elektronik dan Informatika BRIN menjadi sebuah wadah untuk memulai perjalanan intelektual,” ucap Handoko.  

Handoko menyampaikan bahwa hubungan simbiosis antara Telekomunikasi, Elektronika dan Artificial Intelligent telah memunculkan kemungkinan dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang membentuk lintasan kita di masa depan. Penting bagi kita untuk mengembangkan teknologi ini secara bertanggung jawab dan etis.

“Kita berada pada saat di mana kolaborasi antara peneliti, akademisi dan Industri menjadi penting oleh karena itu konferensi ini diharapkan bisa menjadi tidak hanya wadah pertukaran ide dan diseminasi penelitian antara peneliti dan akademisi, tetapi juga merupakan platform untuk menampilkan Inovasi dan solusi menarik untuk beberapa industri yang tertarik dengan topik terkait konferensi ini,” tegas Handoko

Asosiasi Profesor dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM),  Asrul Izam Azmi menjadi Keynote Speaker pertama dalam acara ini. Ia menyampaikan mengenai Fiber Optic Sensor: Advanced Techniques and Applications. “Sensor adalah perangkat yang mendeteksi dan merespons perubahan lingkungan. Sedangkan Optical Fiber Sensor adalah kelas sensor yang memanfaatkan serat optik untuk mendeteksi dan mengukur parameter lingkungan.” jelas Asrul pada awal paparan.

Ia menjelaskan mengenai kegunaan teknologi Sensor Optik diantaranya adalah untuk mendeteksi kerusakan pada sebuah struktur bangunan misalnya bendungan, jembatan, dan juga gedung. “Manfaat lainnya adalah untuk sistem dan navigasi peralatan elektronik penerbangan, untuk mengetahui kualitas air dan udara, dan juga untuk digunakan dalam bidang keamanan dan pertahanan,” jelas Asrul.

Lebih lanjut Asrul menyampaikan keunggulan dari teknologi Sensor Optik memiliki ukuran yang kecil dan ringan. “Keunggulan lainnya adalah tidak mengganggu lingkungan, mempunyai kapasitas tinggi, resolusi spasial, murah, dapat menjangkau jarak yang jauh, serta dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama,” papar Asrul.

Selain itu yang bertindak menjadi Keynote Ke-2 pada hari pertama ICRAMET 2023 ini adalah Profesor dari Chiba University, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo menjelaskan mengenai “Development of Innovative Microwave Remote Sensors for Disaster and Environmental Monitoring”.

Josaphat memaparkan sebuah riset yang tengah ia kembangkan mengenai Synthetic Aperture Radar (SAR) yang fokus pada disaster monitoring (pemantauan bencana) terutama tanah longsor, gempa bumi, dan sebagainya. “Riset kami telah berkolaborasi dengan institusi internasional salah satunya BRIN dengan mengembangkan Multiband Synthetic Aperture Radar,” kata Josaphat,

Paparan para narasumber serta pemakalah dalam konferensi internasional ICRAMET 2023 mengenai berbagai inovasi riset serta teknologi di bidang Radar, Antena, Microwave, Elektronika dan Telekomunikasi secara lengkap dapat disimak secara lengkap di kanal Youtube BRIN Indoensia. (nu/ed:kg)

Pentingnya Mengenalkan Mitigasi Bencana untuk Anak, Biar Makin Sigap

RADARKARANGANYAR.COM - Mitigasi bencana dapat dilakukan dengan adanya pengetahuan tentang aspek-aspek kebencanaan.

Namun khusus untuk murid pendidikan anak usia dini (PAUD), pengetahuan tentang mitigasi bencana harus dilakukan secara sederhana. Sesuai usianya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar Yuli Padmi Handayani mengungkapkan, saat ini beberapa PAUD sering melakukan outing class di kantor BPBD.

Kedatangan mereka untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka tentang bencana.

Mulai dari mengenali tanda-tanda atau fenomena alam di sekitarnya.

Seperti apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi, hingga membiasakan anak menjaga lingkungan sekitarnya.

"Banyak anak PAUD hingga taman kanak-kanak yang datang ke kantor. Mereka ingin mengetahui alat dan kendaraan apa saja yang digunakan dalam menghadapi bencana alam,” kata Yuli.

“Kemudian dari teman-teman BPBD juga ada pembelajaran bagaimana anak-anak itu menjaga alam agar tidak terjadi bencana," imbuhnya.

Personel BPBD Karanganyar juga memberikan materi tentang mitigasi bencana.

Anak-anak diajak turut menjaga kebersihan lingkungan agar tidak terjadi banjir.

Diajari juga menjaga ekosistem alam dengan merawat atau menanam tumbuh-tumbuhan, agar tidak terjadi longsor.

Murid PAUD juga dikenalkan cara antisipasi ketika terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, hingga hujan badai.

Itu agar mereka bisa sigap sejak dini menghadapi segala situasi.

"Jika tidak diberikan pemahaman sejak dini, maka mereka tidak akan mengetahui apa itu bencana alam dan bagaimana cara pencegahan," terang Yuli. (rud/nik)

More Articles ...