logo2

ugm-logo

Blog

Learning From Disaster Simulation Drills in Japan

disaster drill japanLatihan simulasi bencana merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Jepang sebagai salah satu negara di Asia yang dikenal dengan kejadian bencana dengan skala yang besar dan sering terjadi, sehingga dapat menjadi tempat pembelajaran yang baik dalam mengadapi bencana. Buku ini bejudul “Learning From Disaster Simulation Drills In Japan” dan merupakan panduan latihan simulasi bencana yang dilaksanakan di Jepang.

Terdapat 4 bagian dalam panduan tersebut, bagian pertama yaitu pendahuluan (chapter 1,2 dan 3); bagian ini menjelaskan tentang kerangka kerja institusional dan legislatif untuk manajemen bencana di Jepang. Peran dan tanggung jawab dari pemerintah nasional maupun lokal didefinisikan secara jelas, begitu pula dengan kerja sama yang relevan dengan stakeholders dari sektor publik maupun private/ swasta. Bagian kedua: latihan simulasi (chapter 4, 5, 6 dan 7). Latihan simulasi nasional dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dipaparkan pada bagian ini. Pengalaman bencana gempa yang dialami, latihan simulasi yang dilakukan, regulasi lokal terkait simulasi bahkan pelaksanaan yang dilakukan oleh perusahaan swasta pada wilayah Hyogo, Shizouka dan Tokyo masing-masing dipaparkan dalam 1 chapter. Bagian ketiga : kegiatan berbasis komunitas untuk kesadaran tentang bencana dan resiko komunikasi (chapter 8 dan 9). Peningkatan kesadaran masyarakat dalam mencegah bencana melalui sekolah, Non Government Organization (NGO) dan aktivitas di pusat pembelajaran serta inisiatif komunikasi resiko yang dilakukan di wilayah Kobe dipaparkan. Bagian terakir : kesimpulan (chapter 10). Kesimpulan yang dijabarkan diakhir bagian buku ini terdiri dari 3 hal yaitu pentingnya partisipasi masyarakat dalam latihan simulasi bencana dan dukungan sesama pada kejadian sebenarnya, program pengembangan kapasitas tambahan merupakan bagian yang krusial dalam peningkatan tujuan yang berkesinambungan serta pentingnya anggaran dalam pelaksanaan program yang direncakan. Penjelasan selengkapnya Klik Disini arrow, external, leave, link, open, page, url icon

Disaster, Disability And Difference

disaster disabilityPublikasi ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui secara empiris tentang disabilitas pada gempa Nepal 2015. Penelitian ini mencoba untuk menganalisa dampak bencana pada kelompok sosial yang tidak beruntung dan orang dengan disabilitas atau kecacatan. Orang dengan disabilitas/kecacatan merupakan salah satu kelompok rentan dalam bencana dan terkena dampak yang besar, namun tidak mendapat sorotan yang lebih dari berbagai pihak. Terbatasnya penelitian terkait dengan topik tersebut; penelitian ini juga membuat tematic framework untuk memahami bentuk masalah sosial, ekonomi dan institusional yang spesifik pada kelompok rentan dengan disabilitas di Nepal. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-Maret 2016 (8 sampai 11 bulan setelah gempa bumi pertama pada April 2015 lalu).

Salah satu bagian yang menarik dari penelitian ini adalah pada bagian 4 yaitu tentang kecacatan dan pengurangan resiko bencana yang dituurunkan atau pengaplikasian dari Sendai framework. Pada bagian ini dipaparkan tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan bagi kelompok disabilitas. Pelatihan untuk meningkatkan kesadaran, sharing informasi dan sistem peringatan dini, mengembangkan kapasitas kesiapsiagaan bencana dengan Disabled Persons Organizations (DPOs), perhatian yang dapat diberikan pada kelompok disabilitas dalam fase respon bencana dipaparkan merupakan poin utama yang dijelaskan. Rekomendasi strategi kebijakan yang dapat memberikan keuntungan bagi kelompok disabilitas juga menjadi hal lain yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Penjelasan selengkapnya Klik Disini arrow, external, leave, link, open, page, url icon

 

Kesiapsiagaan Bencana : For Senior By Senior

disaster prepardnessTake responsibility to protect your life! Prepare now for a sudden emergency” merupakan kuotasi yang ingin disampaikan oleh penulis buku ini. Makna yang dimaksud adalah kemampuan secara mandiri setiap orang untuk dapat bertanggung jawab terhadap keselamatannya apabila ada suatu kejadian gawat darurat. Langkah-langkah kesiapsiagaan yang dijelaskan dalam buku ini adalah get a kit, make a plan dan be informed.

Langkah pertama adalah get a kit; ketersediaan peralatan yang dibutuhkan saat bencana terjadi penting untuk setiap orang. Peralatan tersebut dikumpulkan dalam 1 tas/tempat yang mudah dibawa dan dapat memenuhi kebutuhan setidaknya 3 hari dan telah disediakan sebelumnya. Menjaga peralatan tetap up to date seperti waktu expired suatu peralatan harus tetap dicek serta hal-hal lain yang harus disediakan. Langkah kedua adalah make a plan atau membuat rencana. Membuat perencanaan dapat mengurangi kecemasan, sehingga mempersiapkan rencana untuk kejadian yang tidak terduga dan ingat untuk selalu me-review rencana tersebut secara reguler. Perencanaan dapat dilakukan dengan keluarga, teman maupun komunitas. Rencana komunikasi keluarga juga dijelaskan pada tahap ini. Langkah terakhir adalah be informed; yang dimaksud bagaimana kita mengetahui apabila terdapat kemungkinan untuk terjadinya kejadian gawat darurat atau tidak terduga. Penggunaan community hazard assessment atau pengkajian resiko komunitas, community warning system atau sistem peringatan komunitas, door to door warning atau peringatan dari rumah ke rumah dijelaskan. Kelompok yang membutuhkan bantuan lebih saat bencana seperti orang tua harus dibantu dalam setiap langkah yang dijelaskan tersebut. Tips dalam perencanaan setiap langkah yang disebutkan detail dan rasional untuk individu dapat mempersiapkan diri dengan baik, sehingga menjadi salah satu pilihan bacaan bagi pembaca. Penjelasan selengkapnya Klik Disini arrow, external, leave, link, open, page, url icon

PENGUKURAN RESILIENSI : PENDEKATAN DALAM PRAKTIK

resilenceBuku ini berjudul Resilience Measurement-Mel Approaches In Practice”. Hal utama yang ingin disampaikan melalui buku ini adalah proses mengkaji, melaporkan, mendiskusikan dan mensintesiskan rangkaian pengalaman dalam penerapan pengukuran resiliansi stakeholders. Proses ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tantangan dan pelajaran dari pelaksanaan kerangka kerja pengukuran resiliensi MEL. Terdapat 2 bagian penting yaitu pengkajian praktisi yang menggunakan MEL dalam mengukur resiliensi dengan metode sistesis berbasis kasus dan refleksi studi kasus dalam menuntun praktisi dalam pengukuran. Beberapa tema utama tentang tantangan yang diangkat adalah integrasi, kekuatan dan gender, kapasitas untuk merunut perubahan dalam skala besar, indikator level sistem resiliensi, dan lain-lain. Selengkapnya Klik Disini arrow, external, leave, link, open, page, url icon

 

MANAJEMEN TUBUH YANG TELAH MENINGGAL (DEAD BODIES) SETELAH BENCANA

manajemen death bodiesBuku ini merupakan panduan manual lapangan untuk responder pertama. Publikasi ini berjudul “Management of Dead Bodies after Disaster”, memberikan gambaran kepada responder pertama tentang manajemen yang tepat pada tubuh atau korban meninggal serta menjelaskan cara pengidentifikasiannya. Implementasi langkah-langkah identifikasi awal dapat meningkatkan jumlah korban meninggal yang teridentifikasi. Manajemen korban meninggal yang tepat meliputi pengakuan dan pengarahan untuk keluarga, teman dan komunitas. Panduan ini tidak memberikan kerangka kerja investigasi forensik secara komprehensif, sehingga tidak menggantikan kebutuhan untuk identifikasi yang dilakukan oleh spesialis forensik. Namun apabila rekomendasi dalam panduan ini tidak dilaksanakan, identifikasi korban meninggal tidak diperoleh karena respon forensik tidak selalu dapat memungkinkan dilakukan secara menyeluruh. Setiap bagiannya dibuat jelas dan sesuai langkah yang harus dilakukan. Koordinator lokal dapat dengan mudah untuk menggunakan dan mendistribusikan panduan ini untuk responder. Selengkapnya Klik Disini arrow, external, leave, link, open, page, url icon