logo2

ugm-logo

Blog

11 Kecamatan di Gorontalo Banjir Parah, Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Bencana

Gorontalo, Beritasatu.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo menetapkan status tanggap darurat bencana menyusul peristiwa banjir yang terjadi di 11 kecamatan di wilayah tersebut.

Langkah itu diambil Pemkab Gorontalo karena bencana banjir yang menimpa masyarakat di wilayahnya terbilang parah. Puluhan ribu jiwa di daerah tersebut terdampak banjir.

“Kami juga daerah sudah menetapkan status tanggap darurat banjir di Kabupaten Gorontalo, untuk itu kami terus memberikan bantuan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Sosial,” kata Bupati Kabupaten Gorontalo Nelson Pomalingo, seusai mengunjungi korban banjir, Minggu (14/7/2024)

Untuk itu Bupati Kabupaten Gorontalo Nelson Pomalingo memohon kepada masyarakat dan instansi lainnya kiranya dapat membantu warga korban banjir.

“Kami memohon kepada seluruh masyarakat dapat membantu, makanan, air, makanan siap saji, sarung atau selimut kemudian popok untuk balita,” harap bupati

Nelson juga menjelaskan dalam perhitungannya bahwa banjir di daerah bantaran Danau Limboto ini akan surut dalam waktu 1 bulan jika cuaca baik atau tidak hujan lagi.

“Kita melihat banjir atau rendaman yang ada disekitar Danau Limboto ini kelihatannya butuh waktu untuk airnya surut. Semoga cuaca akan membaik dan banjir akan segera surut, tetapi perhitungan kami air akan surut dalam waktu satu bulan,” jelasnya.

Kepala BPBD Kabupaten Gorontalo Udin Pango menambahkan bahwa tanggap darurat banjir di Kabupaten Gorontalo itu akan berlangsung selama 14 hari. Namun, jika setelah 14 hari masih ada warga yang terdampak banjir maka pengguna  akan dilanjutkan selama 3 bulan.

“Pak Bupati mengeluarkan SK tanggap darurat, jangka waktunya selama 14 hari. Jika setetelah 14 hari masih ada penanganan dan masih ada yang terdampak bencana itu akan dikeluarkan SK transisi kurang lebih 3 bulan, dan jika setelah 3 bulan masih ada yang terdampak maka akan diperpanjang lagi sampai dengan habis masa penanganan terhadap korban banjir,” kata Udin Pango.

Data dari BPBD Kabupaten Gorontalo bahwa ada 35 kelurahan di 11 kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang terdampak banjir. Sebanyak 4.855 rumah dan 24.016 jiwa atau 7.181 keluarga terendam banjir termasuk bayi/balita sebanyak 3.674 jiwa, ibu hamil 72 jiwa, lansia dan disabilitas 1.077 jiwa.

Wilayah terparah terdapat di Kecamatan Tilango. Dari 8 desa ada yang ada di sana, 7 desa terendam banjir dengan ketinggian air saat ini mencapai 2,5 meter.

Banjir Melanda Hunggaluwa-Bolihuangga Terparah Selama 24 Tahun

KBRN, Gorontalo - Banjir bandang akibat luapan air Danau Limboto yang merendam rumah-rumah warga di beberapa lingkungan yang ada di Kelurahan Hunggaluwa dan Bolihuangga, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, disebut merupakan peristiwa terparah yang pernah terjadi selama 24 tahun.

Diana Lasaleng, salah satu korban banjir di Kelurahan Bolihuangga mengatakan pada tahun 2000 silam, banjir parah pernah melanda dua kelurahan di Ibu Kota Kabupaten Gorontalo tersebut. Namun menurutnya, banjir yang terjadi beberapa hari lalu, lebih nahas dibanding sebelumnya.

"Tahun 2000 pernah terjadi banjir besar disini. Tapi untuk yang sekarang ini lebih parah," ungkap Diana, Jumat (12/07/2024).

Diana mengatakan, tingkat keparahan banjir kali ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, ketinggian air yang sudah mencapai dada hingga leher orang dewasa. Kedua, area yang terdampak banjir tahun 2024 ini menjadi lebih luas dibanding tahun 2000 lalu.

"Rumah-rumah warga yang sebelumnya tidak terkena banjir, sekarang sudah ada beberapa yang terendam, dan itu ketinghian airnya juga lumayan," jelasnya.

Akibat banjir yang terjadi, kata Diana, masyarakat khususnya di lingkungan empat Kelurahan Bolihuangga mau tidak mau harus mengungsi karena sudah tidak bisa bertahan di rumah masing-masing. Sebagian kini tinggal di posko pengungsian, sebagian lainnya berada di rumah keluarga.

"Tidak hanya mengungsi, kami juga tidak bisa mencari (bekerja mendapatkan nafkah rumah tangga). Tapi alhamdulillah bantuan makanan siap saji terus diberikan kepada kami yang menjadi korban," tandasnya.

Banjir dan Longsor Gorontalo, Sejumlah Infrastruktur Publik Rusak

GORONTALO, KOMPAS.TV - Sejumlah infrastruktur publik rusak akibat banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Gorontalo.

Di Desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, sebuah jembatan menuju pasar ambruk akibat luapan air sungai.

Sementara itu, di Ayumolingo, pelat duicker ambruk karena curah hujan tinggi di ruas jalan Ayumolingo - Puncak Dusun Malahu.

Kemudian, di Telaga Biru, juga terjadi longsor di Desa Dulamayo Barat dan Dulamayo Selatan yang menyebabkan jalan tidak dapat dilalui untuk sementara waktu.

“Di Kecamatan Telaga Biru sebuah jembatan penghubung Dusun I dan Dusun II ambruk tidak bisa dilewati kenderaan roda dua,” kata Haris Tome Asisten Administrasi Umum Kabupaten Gorontalo, Minggu (14/72024).

Kerusakan akibat curah hujan tinggi juga terjadi di Kecamatan Bongomeme, tepatnya di Desa Tohupo yang menghubungkan Desa Upomela, serta jembatan Tuhiyango di ruas jalan yang menghubungkan Desa Liyoto ke Otopade.

Selain itu, jembatan di Hepuhulawa, Hutuo, dan sebuah tanggul di Hungaluwa juga mengalami kerusakan. Tanggul ini mengalami kerusakan sepanjang 15 meter. Di Kecamatan Tibawa, jembatan Alopohgu juga rusak, termasuk pelat duicker di ruas jalan Asimbuylu Towado di Batudaa.

“Infrastruktur lainnya yang rusak adalah jembatan putus di Desa Limehe Kecamatan Tabongo,” ujar Haris Tome.

“Sebuah rumah tertimbun material luapan Sungai di Desa Pangadaa Kecamatan Dungaliyo,” tutur Haris dikutip dari Kompas.com.

Sebelumnya, banjir dan longsor di Provinsi Gorontalo mengakibatkan sekitr 40 ribu jiwa mengungsi, termasuk anak-anak. Sejak Jumat (12/7/2024), jumlah pengungsi terus bertambah, seiring banjir yang belum juga surut di sejumlah titik.

“Sejak kemarin, tim tanggap darurat bencana kami terus berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan mitra lokal untuk mempersiapkan distribusi bantuan khususnya pada anak-anak dan keluarga di pengungsian,” ujar Fadli Usman, Direktur Humanitarian & Resiliensi Save The Children, organisasi non-pemerintah yang mengurusi perbaikan kehidupan anak-anak.

“Dari hasil pemantauan tim di lapangan, rata-rata di setiap titik pengungsian ada sekitar 30% jumlah anak, misalnya di salah satu pengungsian yang kami datangi ada 140 jiwa, 40 jiwa di antaranya yaitu anak-anak termasuk bayi dan balita.”

Secara keseluruhan, ada 11 kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang terdampak banjir akibat curah hujan yang lebat.

Dari 11 kecamatan itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo mencatat ada sebanyak 20.904 jiwa atau 6.152 kepala keluarga dan 4.061 rumah yang terdampak banjir.

Data sementara BPBD Provinsi Gorontalo mencatat, banjir juga melanda di beberapa kota dan kabupaten, di antaranya Kota Gorontalo dengan total 14,564 jiwa terdampak, Kabupaten Bone Bolango total 7.808 jiwa terdampak, dan Kabupaten Gorontalo dengan total 18.739 jiwa terdampak. Total, sebanyak 41.111 jiwa terdampak akibat banjir ini.

Badan Geologi: Hari Ini Setidaknya Ada 28 Kali Guguran Lava Pijar dari Gunung Semeru

TEMPO.CO, Bandung - Aktivitas erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur masih menghasilkan awan panas dan guguran lava. Menurut catatan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hari ini sejak pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, terjadi 28 kali guguran lava pijar dengan jarak luncuran antara 1-2,5 kilometer. 

“Aktivitas Gunung Semeru memperlihatkan bahwa aktivitas erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi. Namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan tertulis, Senin, 10 Juni 2024.

Wafid meminta masyarakat mewaspadai potensi aliran lahar curah hujan relatif masih tinggi di Gunung Semeru. Material erupsi yang berasal dari letusan dan aliran lava berpotensi menjadi guguran lava pijar atau pun awan panas.

“Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan. Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder,” kata Wafid.

Pantauan Badan Geologi mendapati aktivitas gempa vulkanik Gunung Semeru masih relatif tinggi, terutama gempa letusan, guguran dan gempa harmonik. Aktivitas gempa vulkanik dalam dan harmonik yang terekam menunjukkan indikasi suplai magma dari di bawah permukaan Gunung Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.

Hasil pantauan peralatan Tiltmeter dan GPS kontinyu yang merekam proses deformasi Gunung Semeru, hasilnya masih relatif datar yang menunjukkan tidak terjadi peningkatan tekanan. Namun pada Mei 2024 terlihat pola inflasi yang mengindikasikan peningkatan tekanan di tubuh gunung. “Kondisi ini berkorelasi dengan terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi,” kata Wafid.

Badan Geologi masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga. Masyarakat direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena ada ancaman bahaya lontaran batu pijar.

Selain itu, Badan Geologi juga melarang adanya aktivitas manusia sejauh 13 kilometer di sektor tenggara dari pusat erupsi sepanjang Besuk Kobokan. Di luar jarak tersebut Badan Geologi juga meminta agar tidak ada aktivitas manusia dalam jarak 500 meter dari tepi sungai sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.

“Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan. Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder,” kata Wafid.

Pantauan Badan Geologi mendapati aktivitas gempa vulkanik Gunung Semeru masih relatif tinggi, terutama gempa letusan, guguran dan gempa harmonik. Aktivitas gempa vulkanik dalam dan harmonik yang terekam menunjukkan indikasi suplai magma dari di bawah permukaan Gunung Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.

 

Gunung Semeru 26 Kali Meletus, Muntahkan Lava Pijar Sejauh 2.500 Meter

LUMAJANG - Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali erupsi dengan mengeluarkan 13 kali guguran lava pijar dan 26 kali letusan dalam waktu 6 jam sejak Senin (10/6) dini hari. Warga Diminta untuk waspada dengan luncuran awan panas.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang menyebutkan guguran lava pijar Gunung Semeru terus terpantau oleh CCTV di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Sejak periode pengamatan pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, Gunung Semeru tercatat mengalami 13 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur mencapai 2.500 meter ke arah tenggara atau ke Besuk Kobokan. 

Selain itu, Gunung Semeru juga mengalami 26 kali letusan dengan tinggi kolom asap mencapai 100 hingga 600 meter.

Berdasarkan data pengamatan Pos PGA Semeru, aktivitas seismik Gunung Semeru terpantau melalui seismograf yang mencatat 47 kali gempa letusan.

Kemudian 15 kali gempa guguran, 4 kali gempa hembusan, 2 kali gempa tremor harmonik, 1 kali gempa vulkanik dalam, dan 2 kali gempa tektonik jauh. 

Dengan tingginya aktivitas vulkanik Gunung Semeru ini, BPBD Kabupaten Lumajang terus mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bahaya awan panas dan menjauhi sepanjang jalur aliran lahar Besuk Kobokan.

”Hingga saat ini status Gunung Semeru masih berada di Level 3 atau Siaga. Masyarakat diminta untuk selalu waspada dan tidak beraktivitas di radius 13 kilometer dari puncak,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Yudi.