Batam (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Hang Nadim Batam mengeluarkan peringatan dini banjir (rob) yang berpotensi terjadi di sejumlah daerah di wilayah Kepulauan Riau (Kepri).
"Akibat adanya fenomena fase bulan purnama pada 19 Agustus 2024, berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum yang dapat menimbulkan banjir pesisir (rob)," kata Prakirawan BMKG Kelas I Hang Nadim Batam Addini dikonfirmasi di Batam, Senin.
Andini menjelaskan banjir rob berpotensi terjadi di sejumlah wilayah, seperti Kota Batam meliputi pesisir Kecamatan Batu Aji, Batu Ampar, Sekupang, Nongsa, dan sekitarnya.
Kemudian, di Kabupaten Lingga meliputi pesisir Kecamatan Singkep Barat, Singkep Pesisir Senayang dan sekitarnya. Selanjutnya, di wilayah Kabupaten Karimun meliputi pesisir Kecamatan Kundur Barat, Karimun, Meral dan sekitarnya.
Selain itu, di wilayah Kabupaten Bintan meliputi Pesisir Kecamatan Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur dan sekitarnya, serta di wilayah Kota Tanjung Pinang meliputi Bukit Bestari, Tanjungpinang Kota dan sekitarnya.
BMKG mengimbau masyarakat daerah potensial untuk waspada, karena diperkirakan terjadi pada 19 sampai dengan 31 Agustus 2024.
"Banjir pesisir ini dapat berdampak pada terganggungnya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas masyarakat serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan," ujarnya.
Menurut dia, masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir harus mewaspadai banjir rob yang bisa menimbulkan genangan di wilayah pesisir.
Sedangkan untuk pelayaran, selama memperhatikan prosedur keselamatan aman untuk beraktivitas selama fase pasang bulan purnama.
Informasi ini telah disebarluaskan melalui kanal-kanal informasi yang dimiliki oleh BMKG, baik kepada masyarakat maupun instansi terkait untuk dapat diwaspadai agar tidak terjadi dampak yang dapat merugikan masyarakat.
Peringatan dini potensi banjir pesisir (ROB) di wilayah pesisir Indonesia juga disampaikan BMKG Pusat melalui media sosialnya.
BMKG menyampaikan ROB terjadi, karena adanya fenomena Supermoon yang bersamaan dengan Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) pada 20 Agustus berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.
Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir rob berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Indonesia, berbeda waktu (hari dan jam) di tiap wilayah, di antaranya Pesisir Sumatera Utara periode 19-25 Agustus, Pesisir Sumatera Barat periode 19-23 Agustus, dan Pesisir Kepulauan Riau periode 19-31 Agustus 2024.
Selain itu, di Pesisir Jakarta periode 18-19 Agustus, Pesisir Jawa Barat periode 23-26 Agustus, Pesisir Jawa Tengah pada 19, 29-31 Agustus, Pesisir Jawa Timur 18-22 Agustus, Pesisir Kalimantan Timur 19-23 Agustus, Pesisir Kalimantan Barat periode 18-21 Agustus, dan Pesisir Papua periode 20-22 Agustus.
Secara umum banjir rob berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir sekitar, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga guna mengantisipasi dampak dari pasang maksimum laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG.
Blog
Banjir di Yaman memaksa lebih dari 12 ribu keluarga di Marib mengungsi
Sanaa, Yaman (ANTARA) - Banjir bandang memaksa lebih dari 12.000 keluarga di Marib, Yaman tengah, mengungsi sejak awal Agustus, kata otoritas setempat pada Minggu.
Tujuh sekolah dan tiga rumah sakit juga hancur sementara 15 sekolah lainnya mengalami kerusakan, kata Unit Eksekutif untuk Pengelolaan Kamp Pengungsi dalam sebuah pernyataan.
Menurut pernyataan tersebut, delapan warga sipil yang mengungsi, termasuk empat wanita dan seorang anak, tewas dan 34 orang lainnya terluka akibat banjir itu.
Pekan lalu, otoritas Yaman menyatakan bahwa sekitar 7.000 keluarga terdampak oleh banjir, namun jumlahnya telah meningkat sejak saat itu.
Kepala Bagian Pendanaan dan Kemitraan di Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), Lisa Dutton, mengatakan pada Kamis bahwa jumlah korban tewas akibat banjir di Yaman tahun ini telah mencapai 98 orang, dan 600 orang lainnya terluka.
Infrastruktur Yaman yang kurang memadai memperburuk dampak banjir dan memperparah kesulitan penduduk yang sudah menghadapi layanan dasar yang rapuh akibat perang saudara yang berlangsung hampir 10 tahun.
Sumber : Anadolu-OANA
Tim Mahasiswa UGM Kaji Efektivitas Tanggul Long Storage untuk Mitigasi Banjir Rob
Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam PKM Riset Sosial Humaniora melakukan riset tentang efektivitas tanggul long storage atau bangunan penahan air dalam menangani banjir rob yang bertempat di Wonokerto Kulon, Pekalongan, Jawa Tengah. Kegiatan ini mereka lakukan sebagai bentuk kontribusi dalam penanganan perubahan iklim yang saat ini memerlukan respon yang tanggap dari berbagai pihak.
Diketuai oleh Ilham Andriyanto (S1 Antropologi Budaya), Tim PKM-RSH Cerita Tanggul UGM 2024 ini beranggotakan Aqilur Rachman Abdul Charitz (S1 Antropologi Budaya), Yuni Setya Ningrum (S1 Sejarah), Ratna Diah Maharani (S1 Pembangunan Wilayah), dan Agung Ahmad Haidar Fasya (S1 Teknik Infrastruktur Lingkungan).
Riset yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan geografis melalui survei kuesioner kepada 98 responden di Desa Wonokerto Kulon serta metode kualitatif dengan pendekatan etnografis dan historis.
Ilham Andiyanto menyebutkan, riset tersebut menggunakan sepuluh narasumber yang terdiri dari teknisi, tokoh masyarakat di pemerintahan, dan beberapa petani tambak yang terdampak pembangunan tanggul long storage. ia menyebutkan, beberapa penelitian sebelumnya banyak menyoroti kemampuan dan implikasi teknis dari pembangunan tanggul. “Masih belum ada yang menaruh perhatian terhadap implikasi dan konsekuensi sosio-ekologis yang ditimbulkan dari pembangunan tanggul tersebut,” kata Ilham, Senin (19/8).
Menurutnya, di samping keberhasilannya untuk mengatasi banjir rob melalui konsep pembangunan infrastruktur air, pembangunan tanggul long storage justru dapat menghasilkan dampak yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Dari hasil penelitian tim, kata Ilham, pihaknya menemukan bahwa tanggul long storage berhasil mengurangi banjir rob, dibuktikan dengan hasil kuesioner dengan masyarakat di Wonokerto Kulon, banjir rob sudah tidak pernah hadir kembali setelah tahun 2021 hingga saat ini. “Namun, kehadiran tanggul long storage tidak efektif dalam melindungi lahan pertanian tambak di sisi selatan tanggul,” paparnya.
Efektivitas tanggul long storage di Kabupaten Pekalongan dalam mengatasi banjir rob memang diakui oleh masyarakat, namun kekhawatiran akan ketinggian air di tanggul long storage yang terus meningkat memicu berbagai respon. Masyarakat mengambil langkah-langkah teknis dengan meningkatkan rumah mereka, langkah-langkah ekonomis dengan menambah faktor produksi dan diversifikasi pendapatan, serta langkah-langkah politis dengan menuntut perhatian dari pemerintah. “Riset ini diharapkan mampu menjadi dasar pertimbangan pengambilan keputusan bagi pemerintah dalam upaya mitigasi bencana,” paparnya.
Dr. Agung Wicaksono, selaku dosen pembimbing dalam riset ini mengatakan pembangunan tanggul long storage di Kecamatan Wonokerto merupakan itikad pemerintah untuk memitigasi bencana banjir rob, namun kehendak baik belum tentu berjalan dengan baik karena perlu penguatan kapasitas komunitas melalui pendidikan, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan pemberdayaan ekonomi sangat diperlukan. “Untuk memastikan bahwa strategi mitigasi yang dilakukan tidak hanya efektif dalam mengatasi banjir rob saat ini, tetapi juga berkelanjutan dan dapat diterima oleh masyarakat lokal dalam jangka panjang,” katanya.
Penulis : Lintang
Foto. : Kementerian PUPR
Editor : Gusti Grehenson
Dua Desa di Aceh Jaya Dikepung Banjir
KBRN, Aceh Jaya: Banjir melanda wilayah Kecamatan Jaya di Kabupaten Aceh Jaya pada hari Minggu, 18 Agustus 2024, sekitar pukul 16.15 WIB. Hujan deras yang disertai angin kencang dengan intensitas tinggi menyebabkan meluapnya air sungai dan menggenangi kawasan pemukiman serta perumahan masyarakat di dua desa, yakni Desa Sapek dan Desa Meudheun.
Kepala Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Kabupaten Aceh Jaya, T. Zopan Mustika, menjelaskan bahwa banjir ini dipicu oleh hujan yang terus mengguyur daerah tersebut selama beberapa jam. Akibatnya, sungai yang melintasi kedua desa tersebut tidak mampu menampung debit air yang meningkat drastis, sehingga meluap dan merendam pemukiman warga.
"Intensitas hujan yang tinggi dan angin kencang telah menyebabkan air sungai meluap, menggenangi rumah-rumah warga di Desa Sapek dan Desa Meudheun. Tim BPBD bersama aparat desa setempat sudah turun ke lokasi untuk melakukan pendataan dan evakuasi warga yang terdampak," ujar Zopan.
Menurut data sementara yang dihimpun oleh BPBD Kabupaten Aceh Jaya, banjir ini telah berdampak pada 339 kepala keluarga (KK) dengan total 1.186 jiwa. Di Desa Sapek, sebanyak 189 KK dengan 661 jiwa terdampak banjir, sementara di Desa Meudheun, 150 KK dengan 525 jiwa juga mengalami hal serupa.
Saat ini, tim BPBD bersama aparat TNI, Polri, dan relawan sedang bekerja keras untuk mengevakuasi warga yang terjebak banjir serta menyediakan bantuan logistik darurat. Beberapa fasilitas umum juga terdampak banjir, termasuk akses jalan yang menjadi sulit dilalui akibat genangan air.
Zopan menambahkan bahwa posko darurat telah didirikan untuk menampung warga yang harus mengungsi dari rumah mereka. "Kami juga terus memantau kondisi cuaca dan akan melakukan tindakan lanjutan jika hujan terus berlanjut. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari petugas di lapangan," ungkapnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan mengenai korban jiwa atau luka-luka akibat banjir ini. Namun, BPBD Kabupaten Aceh Jaya terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan keselamatan warga dan mempercepat proses penanganan banjir. Pihak berwenang juga mengimbau masyarakat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman dan tidak mengabaikan peringatan cuaca ekstrem yang telah dikeluarkan sebelumnya.
PBB: Ratusan Ribu Orang Terdampak Banjir di Afrika Tengah dan Barat
Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, mengatakan kepada wartawan pada Selasa (13/8), bahwa banjir berdampak pada ratusan ribu orang di wilayah Afrika tengah dan barat.
Juru bicara tersebut menyampaikan laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan, bahwa “hujan lebat dan banjir besar telah berdampak pada lebih dari 700.000 orang di Republik Afrika Tengah, Chad, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Liberia, Niger, Nigeria, Mali dan Togo.”
Pada Jumat (9/8) lalu, badan urusan pengungsi PBB mengatakan bahwa kondisi banjir di Sudan telah menghambat pengiriman bantuan ke daerah-daerah di mana banyak orang sudah menghadapi kelaparan.
Badan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa setidaknya 11.000 orang di Sudan, banyak dari mereka sudah mengungsi, terdampak hujan lebat dan banjir.
Haq mengatakan untuk memerangi banjir, “PBB dan mitra-mitra kami mendukung tanggapan pemerintah di wilayah tersebut, termasuk distribusi makanan, tempat tinggal, serta bantuan air dan sanitasi.”
Dia mengakhiri pernyataannya dengan mengatakan bahwa tahun ini, “Dana Tanggap Darurat Pusat PBB, mengalokasikan $10 juta ke Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan Niger untuk menanggapi keadaan darurat terkait guncangan iklim, termasuk banjir.” [ab/ns]