logo2

ugm-logo

Blog

BNPB dan Kementerian PPPA Tingkatkan Kerjasama dalam Perlindungan Anak Saat Bencana

BNPB dan Kementerian PPPA Tingkatkan Kerjasama dalam Perlindungan Anak Saat Bencana

MATRAMAN - Demi mewujudkan perlindungan terhadap anak dalam situasi bencana, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjalin kerjasama.

Kerjasama tersebut dilakukan demi melindungi anak-anak korban bencana, karena anak dianggap belum dapat menyelamatkan diri sendiri. Sehingga potensi menjadi korban saat bencana terjadi lebih besar.

"Marilah kita kerjasama membangun kesadaran mengenai pentingnya melakukan perlindungan anak dalam situasi bencana," ujar Menteri PPPA Yohana Yambise, Selasa (17/7/2018).

Selama ini, Kementerian PPPA telah melakukan beberapa hal terkait perlindungan anak pada situasi bencana.

Diantaranya, adalah menyusun progran kesiapan keluarga menghadapi bencana, sosialisasi penanganan anak korban, dan pelatihan penanganan anak korban bagi relawan.

Adapun kerjasama Kementerian PPPA dan BNPB adalah terkait perlindungan anak pada tahap mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi di daerah bencana.

Dengan adanya kerjasama dari dua pihak tersebut, diharapkan jumlah anak sebagai korban dapat berkurang, dan mereka memperoleh haknya.

"Prioritas yang dilakukan adalah, melakukan pencegahan agar tidak terjadi kekerasan terhadap anak dan memastikan setiap haknya terpenuhi. Sehingga, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik," ujar Yohana.

Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, bahwa terobosan baru perlu dilakukan, demi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat korban bencana, termasuk anak-anak.

"Pada pertemuan ini, diharapkan dapat mensinergikan kapasitas sumber daya, untuk membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat," ujar Willem.

sumber: http://jakarta.tribunnews.com

Usai Banjir, Gelombang Panas Tewaskan 14 Orang di Jepang

Jakarta, CNN Indonesia -- Gelombang panas dilaporkan menewaskan setidaknya 14 orang selama libur panjang akhir pekan di Jepang. Suhu tinggi sekaligus menghambat pemulihan di wilayah terdampak banjir di mana lebih dari 200 orang meninggal dunia pekan lalu.

Temperatur pada Senin (16/7), yang merupakan hari libur nasional Jepang, meroket hingga 39 derajat celsius di sejumlah area yang jauh dari pesisir, kata Badan Meteorologi Jepang (JMA) dikutip Reuters, Selasa (17/7). Kelembaban tinggi memperparah keadaan dan membuat kondisi berbahaya.

Sejumlah media melaporkan setidaknya 14 orang tewas selama libur panjang, termasuk seorang perempuan berusia 90-an yang ditemukan tak sadar di sebuah lapangan. Ratusan lainnya dirawat di rumah sakit karena kondisi terkait panas.

Panas paling terasa di daerah yang tak memiliki pesisir seperti perfektur Gifu, di mana suhu bisa mencapai 39,3 derajat celsius pada Senin.

Temperatur di wilayah terdampak banjir mencapai 34,3 derajat celsius pada Selasa siang, menciptakan kondisi berbahaya bagi personel militer dan relawan yang membersihkan lumpur serta reruntuhan.

"Sangat panas. Yang bisa kita lakukan adalah terus minum air," kata seorang lelaki di Okayama kepada NHK, dikutip Reuters.

Temperatur 35 derajat ke atas tercatat di 200 lokasi sekitar Jepang pada Minggu, kata JMA. Keadaan ini tak biasa terjadi pada Juli, meski sudah pernah sebelumnya.

Kejadian yang sama dilaporkan dari 213 lokasi dalam satu hari pada Juli 2014.

Tahun lalu, 48 orang meninggal dunia karena panas antara Mei dan September, 31 di antaranya pada Juli, menurut Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana.

Gelombang panas saat ini terjadi akibat lapisan dua sistem tekanan tinggi di sebagian besar wilayah Jepang. JMA menyatakan keadaan ini diperkirakan berlanjut sepanjang pekan atau lebih lama.

sumber: cnnindonesia

Dinsos Bentuk Kampung Siaga Bencana

batampos.co.id – Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos P3APMD) Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA) menggandeng Tagana daerah itu membentuk Kampung Siaga Bencana. Ini bertujuan mengoptimalkan penanggulangan bencana melalui peningkatan partisipasi masyarakat sebagai salah satu pelaku utama penanggulangan bencana.
 Supriadi Kepala Bidang Dinsos P3APMD mengatakan, kampung siaga ini terdiri dari empat desa di Kecamatan Jemaja Timur. Yakni Desa Genting Pulur, Desa Bukit Padi, Desa Ulu Maras dan Desa Kuala Maras.

Menurutnya, launching kampung siaga bencana dilaksanakan pada Sabtu (14/7) kemarin. “Launching dilakukan Asisten Administrasi Pemerintahan Umum (Asisten III, red) Yendi, MM,” ungkapnya.

Sebelum dilantik, para pengurus dari perwakilan empat desa tersebut diberikan Bimtek selama dua hari pada 12 sampai 13 Juli di Kecamatan Jemaja Timur. Usai melaksanakan launching Kampung Siaga bencana lanjut Supriadi, pihaknya melaksanakan Bakti Sosial (Baksos) penghijauan dengan menanam pohon di Desa Genting Pulur dan Desa Ulu Maras.

”Pohon itu didapatkan dari UPTD Balai Benih Induk Pertanian Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepri yang difasilitasi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kepri,” ujarnya.

Kasi Perlindungan dan Jaminan Sosial (Dinsos P3APMD) Yohan Bahtera Adam, mengatakan, kampung siaga bencana dibentuk di Jemaja Timur karena belum ada di Jemaja Timur. Padahal kecamatan tersebut rentan terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor.

Pihaknya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu ada barang-barang dilumbung sosial seperti Dinas Sosial Provinsi Kepri, serta pihak lain seperti Primer Oil, BSM Cabang Tarempa, Bank Riau Kepri, dan semua pihak yang mendukung suksesnya kegiatan ini. (sya)

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Juarai Kompetisi di AS

Sebuah prestasi berhasil ditorehkan Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Muhammadiyah Disaster Management Center/MDMC) di kancah internasional. Lembaga asal Indonesia ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi poster internasional di San Diego, Amerika Serikat, Sabtu (14/7).

Ajang yang diselenggarakan dalam rangka Konferensi Pengguna Geographic Information System (GIS) itu dihadiri 18 ribu peserta dari 100 negara. Untuk kompetisi 'Map Gallery' sendiri diikuti 1.075 peserta.
MDMC diwakili oleh Ahmad Muttaqin Alim dan didukung oleh perusahaan penyedia layanan GIS, Esri Indonesia. Lembaga ini menjadi pemenang dalam kategori 'People's Choice' berdasarkan voting, di mana mereka mendapatkan lebih dari 400 ribu vote.

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah NOTCOVER

Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah juarai kompetisi internasional (Foto: Dok. MDMC)

Sebuah prestasi berhasil ditorehkan Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Muhammadiyah Disaster Management Center/MDMC) di kancah internasional. Lembaga asal Indonesia ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi poster internasional di San Diego, Amerika Serikat, Sabtu (14/7).

Ajang yang diselenggarakan dalam rangka Konferensi Pengguna Geographic Information System (GIS) itu dihadiri 18 ribu peserta dari 100 negara. Untuk kompetisi 'Map Gallery' sendiri diikuti 1.075 peserta.

MDMC diwakili oleh Ahmad Muttaqin Alim dan didukung oleh perusahaan penyedia layanan GIS, Esri Indonesia. Lembaga ini menjadi pemenang dalam kategori 'People's Choice' berdasarkan voting, di mana mereka mendapatkan lebih dari 400 ribu vote.

Dalam siaran pers yang diterima kumparan, Ketua MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Setiawan, menyampaikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam kebencanaan adalah sebuah keniscayaan.

"MDMC meski pun belum secara menyeluruh menggunakan teknologi tersebut, sudah sangat merasakan manfaatnya. Apalagi dengan berkembangnya teknologi GIS (Geographic Information System) dapat secara cepat mengetahui adanya bencana alam secara dini dan akurat," jelas Budi.

Selain itu, teknologi informasi spasial juga penting untuk dikembangkan karena dapat menunjukkan titik lokasi suatu bencana secara cepat.
"Lokasi yang dimaksud bukan hanya lokasi bencana, tetapi juga lokasi tempat-tempat vital, serta titik pergerakan relawan beserta data. Sehingga koordinasi dan komunikasi bisa dilakukan dengan cepat," paparnya

Keikutsertaan MDMC dalam pengiriman poster pada Konferensi Pengguna GIS di San Diego disebut sebagai tanda kesiapan dari lembaga tersebut dalam memanfaatkan teknologi GIS.

Budi sendiri ingin mendorong kerja sama antara MDMC dengan Esri Indonesia dan perguruan tinggi untuk penggunaan teknologi informasi spasial, dan pembuatan POS koordinasi berbasis GIS.

Bencana Sambaran Petir di Wonosobo Minim Data

Ilustrasi Hujan Petir

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sambaran petir cukup sering terjadi di Kabupaten Wonosobo. Tapi, data-data bencana sambaran petir di Kabupaten Wonosobo hingga kini terbilang masih terbatas.

"Sementara, di sana sering terjadi bencana sambaran petir tahun lalu yang menewaskan beberapa petani dan pendaki gunung," kata salah satu peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Gagad Nur Ridho, Senin (16/7).

Gagad mengatakan, kejadian sambaran petir di Kabupaten Wonosobo tidak cuma berdampak negatif bagi manusia. Sebab, sambaran petir turut menyebabkan kerusakan pada bangunan dan lingkungan.

Berawal dari situ, Gagad bersama Abdi Rahmanu dan Astry Zulky Permatasari berusaha meneliti dan menganalisis kerapatan sambaran petir. Utamanya, untuk meminimalisir dampak negatif akibat sambaran petir.

Penelitian dilakukan dengan mengaitkan kejadian sambaran petir dengan bentuk lahan di Kabupaten Wonosobo. Penelitian menggunakan data sambaran petir tipe Cloud to Ground (CG) 2015-2017 dari BMKG Mlati, DIY.

Data diolah memakai ArcGIS 10,3 dengan permodelan Kernel Density, lalu dianalisis secara kuantitatif-kualitatif. Sedangkan, peta bentuk lahan, litologi dan jenis tutupan lahan.

Data itu diperoleh dari Bappeda Wonosobo, yang diuji akurasi menggunakan pengamatan lapangan secara langsung. Hasil menunjukkan Kabupaten Wonosobo terdiri dari bentuk lahan vulkanik dan struktural.

Bentuk lahan vulkaniknya dipengaruhi aktivitas gunung api, sedangkan bentuk lahan strukturalnya dipengaruhi aktivitas tektonik lempeng bumi. Dominan batuannya berupa breksi, lava dan tuff.

Menurut Gagah, itu yang berpengaruh terhadap banyaknya sambaran petir. Hal ini dikarenakan batuan-batuan tersebut memiliki nilai resistivity yang dirasa cukup rendah.

"Kecamatan Kepil dan Kecamatan Wonosobo merupakan wilayah yang memiliki resiko sambaran petir paling tinggi di Kabupaten Wonosobo," ujar Gagad.

Guna mengurangi resiko jatuhnya korban jiwa dan kerugian material, Gagad menekankan pentingnya penerapan mitigasi bencana. Hal itu dapat dilakukan dengan memasang penangkal petir dan mencabut instalasi listrik.

Selain itu, pengurangan dapat dilakukan dengan segera mengakhiri kegiatan di luar rumah ketika awan Cumulonimbus mulai muncul. Tentunya, dapat dilakukan pula dengan berteduh di bangunan-bangunan permanen.

Data hasil penelitian itu telah disosialisasikan di hadapan pegawai, dan relawan dari BPBD Kabupaten Wonosobo. Apresiasi turut disampaikan Humas BPBD Kabupaten Wonosobo, Sulthoni.

"Pemetaan sambaran petir di Kabupaten Wonosobo yang dilakukan teman-teman cukup unik dan menarik karena jarang dilakukan dan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait sambaran petir," kata Sulthoni.