logo2

ugm-logo

Blog

Korban Tewas Akibat Banjir di Jepang Nyaris 100 Orang, 58 Hilang

Warga Jepang melewati jalanan yang masih digenangi banjir (AFP PHOTO/JIJI PRESS - via detik.com)

Tokyo - Korban tewas akibat banjir dahsyat di Jepang nyaris mencapai 100 orang. Sekitar 58 orang lainnya dilaporkan masih hilang. Petugas penyelamat berjuang menggali timbunan lumpur dan puing-puing untuk mencari korban selamat.

Seperti dilansir Reuters, Senin (9/7/2018), banjir ini dipicu hujan lebat yang mengguyur wilayah Jepang bagian barat sejak pekan lalu. Selain banjir, hujan lebat juga memicu tanah longsor di sejumlah area.

Awal pekan ini, langit cerah dan matahari yang mulai muncul diperkirakan akan memicu suhu udara di atas 30 derajat Celsius. Kondisi ini dikhawatirkan berujung pada gelombang panas di sejumlah area yang akses terhadap listrik dan air terputus akibat banjir.

"Kami tidak bisa mandi, toilet tidak berfungsi dan persediaan makanan semakin menipis," tutur Yumeko Matsui yang rumahnya di Mihara tidak mendapat suplai air sejak Sabtu (7/7) lalu. "Air dalam kemasan dan teh dalam botol telah ludes di toko-toko kelontong dan toko lainnya," imbuhnya.

Dilaporkan perusahaan listrik setempat, sekitar 12.700 pelanggan belum juga mendapat aliran listrik hingga Senin (9/7) ini. Sedangkan puluhan ribu orang lainnya tidak mendapat suplai air bersih.

Televisi nasional Jepang, NHK, melaporkan bahwa korban tewas akibat hujan lebat dan banjir dahsyat di Jepang sejauh ini mencapai 94 orang. Sedangkan sekitar 58 orang lainnya dilaporkan hilang. Banjir ini memaksa jutaan orang mengungsi dari rumah masing-masing.

Jumlah korban tewas itu tercatat sebagai yang tertinggi setelah 98 orang tewas akibat badai di Jepang tahun 2004 lalu.

Hingga Senin (9/7) ini, banjir mulai surut meskipun genangan air masih memenuhi wilayah Kurashiki, Okayama, yang terdampak banjir paling parah. Ribuan orang memenuhi kamp pengungsian di Mabi, salah satu distrik di Kurashiki, Okayama.

"Orang-orang tidak punya apapun untuk dipakai. Kita butuh kaos, celana, pakaian dalam, kaos kaki dan bahkan sepatu," tutur Wali Kota setempat, Kaori Ito, kepada surat kabar Asahi Shimbun.

Kantor Perdana Menteri Jepang telah mendirikan pusat penanggulangan darurat, dengan sekitar 54 ribu petugas penyelamat yang terdiri atas personel militer, kepolisian dan petugas pemadam kebakaran, dikerahkan ke berbagai wilayah yang dilanda banjir dan longsor.

Otoritas Jepang selalu memantau cuaca dan merilis peringatan dini, namun populasi padat di berbagai wilayah termasuk area pegunungan membuat warga Jepang selalu rawan terkena bencana alam.

sumber: detik.com

Gunung Agung Kembali Erupsi, Bandara Ngurah Rai Beroperasi Normal

Foto: Erupsi Gunung Agung pagi ini (dok PVMBG KESDM/Sutopo PN)

Denpasar - Gunung Agung, Bali, kembali erupsi. Meski demikian, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai beroperasi normal.

Informasi itu disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat dikonfirmasi, Senin (9/7/2018).

Sutopo menjelaskan, erupsi Gunung Agung terjadi pukul 11.20 Wita. Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi kurang lebih 2 menit 42 detik.

"Bandara Ngurah Rai beroperasi normal. Bali aman," kata Sutopo.

Sementara itu, tercatat masih ada ribuan warga Bali yang mengungsi. Data pukul 07.00 Wita, jumlah pengungsi mencapai 4.415 jiwa yang tersebar di 54 titik pengungsian.

sumber: detik.com

Dini Hari, Gunung Agung Erupsi Lagi

Dini Hari, Gunung Agung Erupsi Lagi

Jakarta - Gunung Agung kembali erupsi dini hari ini setelah tadi malam sekitar pukul 21.04 Wita memuntahkan material lava pijar. Status Level III (Siaga) masih dipertahankan.

Sebagaimana keterangan pers Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Selasa (3/7/2018), erupsi termutakhir ini terjadi pukul 04.13 Wita.

"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi ± 7 menit," demikian kata PVMBG. Bila dibandingkan dengan malam tadi, amplitudo maksimum kali ini lebih kecil. Amplitudo letusan pukul 21.04 Wita tadi terekam sebesar 24 mm di seismogram.

Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.000 m di atas puncak (kurang lebih 5.142 m di atas permukaan laut). PVMBG mengeluarkan rekomendasi untuk masyarakat.

"Masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak G. Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru," demikian rekomendasi PVMBG.

(dnu/dnu)

Gunung Agung Erupsi dan Melontarkan Lava, Warga Berhamburan Turun Gunung

Gunung Agung Erupsi dan Melontarkan Lava, Warga Berhamburan Turun Gunung

TRIBUNJAKARTA.COM - PERBEKEL Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Komang Tinggal, terdengar panik saat diwawancarai Tribun Bali, Senin (2/7) pukul 22.15 Wita.

Suaranya terdengar tergesa-gesa, dan mengatakan hendak mengungsi setelah Gunung Agung mengalami erupsi dan melontarkan lava dan batu pijar.

Komang Tinggal menjelaskan, warga Sebudi utamanya yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) hampir semuanya mengungsi.

Mereka berbondong-bondong meninggalkan kampung halaman setelah mendengar bunyi dentuman keras dibarengi lontaran lava pijar.

"Warga berhamburan dan berduyun-duyun turun untuk mengungsi. Sepeda motor lalu lalang. Masyarakt Sebudi panik campur takut dengan kondisi gunung. Mereka hanya membawa pakaian dan selimut," kata Tinggal saat dihubungi Tribun Bali, tadi malam.

Warga turun untuk mengungsi setelah mendengar suara dentuman dari kawah Gunung Agung disertai lontaran pijar ke permukaan.

Melihat kondisi tersebut, warga seketika turun untuk selamatkan diri masing-masing.

"Awalnya cuma terdengar suara gemuruh. Beberapa menit kemudian terlihat kilat di atas kawah Gunung Agung. Setelah itu baru terdengar bunyi dentuman disertai lontaran lava pijar. Api terlihat di puncak gunung," tambah Komang Tinggal.

Menurutnya, warga Sebudi yang tinggal di bagian barat mengungsi ke Rendang dan Nongan.

Titik kumpulnya di lapangan Rendang. Sedangkan warga Sebudi yang berada di bagian timur mengungsi ke Selat, Duda, Duda Timur.

Sementara dari Klungkung dilaporkan, beberapa pengungsi asal Desa Sebudi juga sudah sampai di Gor Swecapura, Gelgel, Klungkung, tadi malam.

Warga Desa Kiduling Kreteg dan Temukus juga berhamburan dan bergegas turun gunung untuk menyelamatkan diri.

Mereka banyak mengungsi ke Dusun Kedungdung, Besakih.

Di lokasi berbeda, warga KRB III dari Kecamatan Bebandem juga berduyun-duyun untuk mengungsi.

Jalan sekitar Pasar Bebandem, Desa Bebandem, ramai kendaraan warga yang hendak mengungsi.

Hal serupa juga terlihat sekitar Kota Karangasem. Warga terlihat panik. Penunggu pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karangasem berhamburan keluar melihat Gunung Agung melontarkan lava pijar dan membakar hutan di puncak Tohlangkir.

Suasana panik dengan lalu lintas krodit juga terjadi di jalan raya Rendang hingga Nongan.

Pengungsi berdatangan dari arah utara menggunakan sepeda motor dann mobil. Warga dari jalan Desa Pesaban, Nongan, dan Rendang pun bersiaga depan rumah.

Hujan Pasir

Sementara dari Bangli dilaporkan, hujan pasir akibat erupsi Gunung Agung terjadi di Desa Abang Batudinding, Kintamani.

Warga setempat sempat merasakan hujan pasir selama lima detik.

Seperti diungkapkan Perbekel Desa Abang Batudinding, I Made Diksa, pihaknya menerima laporan sempat terjadi hujan pasir di tiga banjar setempat.

"Sempat ada laporan hujan pasir di Banjar Peselatan, Beluhu, Klatkat. Tapi intensitasnya ringan dan hanya berlangsung sekitar lima detik," ujarnya tadi malam.

Ia menambahkan, meskipun terjadi hujan pasir, hingga kini di wilayah Desa Abang Batudinding belum dirasakan paparan abu vulkanik.

Terkait pergeseran warga setempat, Made Diksa menuturkan masih menunggu imbauan dari BPBD, serta persetujuan camat untuk mengungsi.

Tak hanya di wilayah Bangli, hujan pasir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Gianyar. Satu diantaranya di wilayah Kerta, Payangan. (ful/mer)

http://jakarta.tribunnews.com

Erupsi Gunung Agung Berjenis Strombolian, Apa Itu?

Erupsi Gunung Agung Berjenis Strombolian, Apa Itu?

Jakarta - Gunung Agung mengalami erupsi secara strombolian dengan suara dentuman. Lalu apa itu strombolian?

"Erupsi terjadi secara Strombolian dengan suara dentuman. Erupsi bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari dalam kawah. Sifat magma yang lebih cair dibandingkan letusan tahun lalu juga menyebabkan mudahnya terjadi lontaran batu pijar," Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/7/2018).

Dilansir dari situs Kementerian ESDM, strombolian merupakan jenis erupsi gunung berapi. Strombolian adalah semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api yang sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.

Situs Museum Gunung Api Merapi juga menjelaskan soal tipe erupsi ini. Istilah tipe strombolian diambil dari kata Stromboli, nama gunung api di pulau Stromboli Italia yang terletak di Laut Thyrene, Mediterania. Ciri-ciri erupsi strombolian yakni adanya erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma.

Material yang diletuskan jatuh kembali ke dalam kawah atau di sekitar bibir kawah. Pada saat terjadi erupsi yang lebih besar, lava mengalir ke lereng di sekitarnya. Gunungapi tipe strombolian mempunyai kawah, biasanya berbentuk lingkaran. Tubuh dan lereng gunung tersusun dari batuan yang berasal dari lava.

Tipe erupsi strombolian berbeda dengan tipe erupsi lainnya. Tipe erupsi hawaiian terjadi pada celah yang bentuknya lebih sederhana. Bentuk gunung jenis hawaiian biasanya seperti perisai. Tipe plinian tergolong sebagai erupsi yang sangat eksplosif alias berdaya ledak tinggi, karena kekentalan magma juga lebih tinggi. Ada pula tipe erupsi vulkanian yang terjadi karena lubang kepundang tersumbat lava yang membeku.

Dalam laporan PVMBG Kementerian ESDM, erupsi Gunung Agung kembali terjadi pada Senin (2/7/2018) sekitar pukul 21.04 Wita dan Selasa (4/87/2018) pukul 04.13 Wita. Tinggi kolom abu pada letusan malam tadi teramati ± 2.000 m di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Lontaran lava pijar tadi malam teramati keluar kawah mencapai jarak 2 km. Saat ini warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
(fai/dnu)