logo2

ugm-logo

Blog

Tak Ada Hujan, Manado Banjir

20151204-Ilustrasi Banjir

Liputan6.com, Manado - Ratusan rumah warga Manado terendam air setinggi sekitar 1 hingga 1,5 meter, Minggu (29/4) malam. Rumah-rumah yang kebanjiran itu antara lain di Kecamatan Singkil, Paal Dua, dan Wenang

"Air naik tinggi dan merendam rumah-rumah warga di sepanjang tepian Daerah Aliran Sungai Tondano dan menyebabkan ratusan warga mengungsi sementara waktu," kata Camat Paal Dua, Glen Kowaas, di Manado, Minggu malam 29 April 2018, dilansir Antara.

Penduduk korban banjir, kata dia, mengaku tidak tahu dan tak menyangka air akan naik, karena hujan hampir tidak turun di Manado.Memang cuaca sejak pagi mendung tetapi hujan tidak turun, sehingga tak ada yang menyangka air akan naik dengan sangat cepat.

Status bahkan mencapai level bahaya di pos pemantau banjir Dendengan Luar. Glen mengungkapkan, sampai pukul 24.00 WITA, air masih menggenangi rumah warga, sehingga para korban terutama perempuan dan anak-anak harus menyingkir sementara waktu.

Sejauh ini tidak ada korban jiwa. Ratusan penduduk berjaga-jaga dan masih mengungsi sampai tengah dalam.

Seorang korban bernama Muna (38) warga Ternate Baru mengatakan rumahnya kemasukan air setinggi kurang lebih 75 cm.Muna mengaku kebingungan menyelamatkan barang-barang penting milik mereka, sambil mengungsikan anak-anaknya agar jangan menjadi korban.

"Sebisanya kami menyelanatkan barang-barang dan mengungsikan anak-anak karena takut jangan sampai terbawa air yang mengalir deras," katanya.

Pelajar Kabupaten Malang Dilatih Siaga Bencana

Pelajar Kabupaten Malang Dilatih Siaga Bencana

Malang (beritajatim.com) - Kabupaten Malang secara keseluruhan, masuk daerah rawan terjadinya bencana alam. 

Untuk mengantisipasi hal itu, sebanyak 250 anggota Palang Merah Remaja (PMR) mengikuti latihan gabungan di lapangan Desa Tawang Rejeni, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Minggu (28/4/2018).

Ratusan pelajar yang dilatih kesiapsiagaan bencana itu terdiri dari  11 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. 

Mereka berlatih untuk penanganan bencana alam. Sehingga siap dan memiliki keterampilan yang memadai untuk memberikan pertolongan saat terjadi bencana. "Mereka dibekali keterampilan  Kepalangmerahan, kesehatan remaja,  kesiapsiagaan bencana dan pertolongan pertama," kata Ketua Panitia dari Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) Turen, Sugeng Supriyanto.

Kata Sugeng, potensi relawan muda di Turen sebanyak 650 pelajar. Selain melatih kesiapsiagaan bencana, para pelajar juga dilatih kemandirian.  

Untuk memacu keterampilan dan ketangkasan mereka juga digelar perlombaan keterampilan. Meliputi lomba pertolongan pertama, kesiapsiagaan bencana, remaja sehat peduli sesama dan ayo siaga bencana.

Termasuk, para peserta dilatih  kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang sering melanda kawasan ini. 

Terpisah, Sekretaris PMI Kabupaten Malang, Aprilianto menjelaskan, indeks risiko bencana alam Kabupaten Malang menempati urutan kedua di Jawa Timur. 

Sedangkan secara nasional berada di urutan ke sembilan. "Kabupaten Malang seperti supermaket bencana," bebernya. 

Ia menambahkan, Kabupaten Malang rawan terhadap 12 bencana. Antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api, banjir, longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan, banjir rob, bencana industri, bencana sosial (konflik) dan gagal teknologi. (yog/ted)

Budaya Sadar Bencana Perlu Diwujudkan

image

UNGARAN, suaramerdeka.com- Bupati Semarang, Mundjirin, meminta seluruh elemen masyarakat bisa mewujudkan budaya sadar bencana. Dengan begitu, warga akan siap menghadapi bahaya mau pun bencana yang datangnya tidak bisa diprediksi.

“Kabupaten Semarang mempunyai karakter geografis dan geologis yang rawan bencana. Maka kita perlu mewujudkan kesadaran terhadap bencana,” katanya, ketika menjadi Pembina Apel Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional Tingkat Kabupaten Semarang di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, Kamis (26/4).

Demikian halnya dengan penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan, dan teknologi terkait bencana, sudah selayaknya harus dimiliki secara bertahap oleh warga dan sukarelawan. Di samping itu, kesiapsiagaan bencana juga perlu ditunjang dengan komunikasi serta koordinasi lintas sektoral.

“Ada kendala dan tantangan bagi pemerintah untuk mewujudkan kesiapsiagaan bencana secara mandiri. Untuk itu, diperlukan solusi dalam memahami tanda-tanda bahaya bencana dari beberapa pemangku kepentingan,” jelasnya.

Kalakhar BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto melalui Kasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Hartono menambahkan, secara berkala pihaknya telah dan akan menggelar latihan kesiapsiagaan bencana melibatkan masyarakat. Tujuannya, untuk membangun partisipasi disamping mewujudkan pemetaan fisik wilayah rawan bencana.

Setelah apel, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian tali asih serta bingkisan kepada korban bencana. Kemudian pukul 10.00 WIB, dilakukan uji sirine serta evakuasi mandiri di sembilan titik pantau. Di antaranya di RSUD Ambarawa, RSUD Ungaran, PT Ungaran Sari Garmen, SD Ungaran 1, SMA 1 Ungaran, SMA 2 Ungaran, Universitas Ngudi Waluyo, serta di Desa Sepakung dan Desa Wirogomo Kecamatan Banyubiru.

Kecuali Tsunami, Banyumas Rawan Beragam Bencana

PURWOKERTO – Ratusan karyawan Rita Supermall Purwokerto panik ketika terdengar alarm tanda gempa bumi menyala. Suasana langsung berubah gaduh. Mereka nampak berlarian ke luar gedung untuk menghindari menghindari kemungkinan gedung runtuh. Bahkan ada yang harus dilarikan ke rumah sakit karena terluka. Itulah suasana yang terjadi saat simulasi bencana yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Kamis (26/4) kemarin.

Kegiatan itu dilakukan dalam rangka peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2018. PENANGANAN :Anggota Tagana membantu anggota security service Rita Super Mall memadamkan api yang berkobar usai gedung diguncang gempa. Simulasi kesiapsiagaan bencana ini dilaksanakan serentak di Indonesia, dan di Banyumas sendiri di lakukan di tiga titik, yang salah satunya di gedung Rita Super Mall Purwokerto (26/4).

(DIMAS BUDI LANTORO MUKTI PRABOWO/RADARMAS) Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banyumas, Catur Hari Susilo mengatakan, seluruh wilayah Banyumas rawan berbagai bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, angin ribut, longsor dan berbagai bencana lainnya, kecuali bencana tsunami. Disebutkan, selain simulasi di wilayah kota Purwokerto yang dipusatkan di Rita Supermall, kegiatan serupa juga dilakukan di tiga lokasi lainnya. Antara lain di wilayah timur simulasi gempa bumi dipusatkan di Desa Watuagung, Kecamatan Tambak. Lalu ada dimulasi bencana banjir di wilayah utara digelar simulasi bencana banjir yang dipusatkan di sekitar Lokawisata Baturraden.

Terakhir, simulasi digelar di SMAN 1 Ajibarang yang dipusatkan untuk simulasi bencana gempa bumi.

“Ini menjadi salah satu imbauan kepada masyarakat Banyumas agar selalu siaga menghadapi potensi bencana alam yang bisa terjadi setiap saat. Pasalnya, semua jenis bencana sangat berpotensi di wilayah Banyumas,” tegasnya. Seperti yang tercatat di Indeks Risiko Bencana (IRB), dari 35 kabupaten atau kota di Jawa Tengah, Banyumas menempati peringkat kelima tertinggi yang berpotensi bencana alam.

Catur menambahkan dalam kegiatan simulasi kemarin, BPBD Banyumas menargetkan 2.500 orang mengikuti simulasi bencana HKBN. Dan fakta di lapangan ada 15 ribu orang yang mengikuti simulasi evakuasi mandiri bencana alam. “Sembilan puluh persen dilakukan mandiri oleh masyarakat, serta sisanya dibantu pemerintah dan sukarelawan bencana,” ujarnya. Selain diikuti berbagai elemen masyarakat, kegiatan kemarin juga diramaikan oleh sejumlah personel TNI, Polri, dan berbagai organisasi lainnya.(ely/bay)

Sumber: http://radarbanyumas.co.id

Hari Kesiapsiagaan Bencana, Sukabumi Gelar Simulasi Evakuasi

Simulasi evakuasi korban bencana. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kota Sukabumi menggelar simulasi evakuasi mandiri di kawasan Terminal Lembursitu, Kota Sukabumi, Kamis (26/4). Kegiatan tersebut sebagai rangkaian dari peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) nasional setiap 26 April.

Dalam acara tersebut, ditetapkan pula kelurahan tangguh bencana. "Upaya kesiapsiagaan ini terus didorong untuk mencegah timbulnya korban jiwa akibat bencana," ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada wartawan.

Pada 2017 lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadikan 26 April sebagai HKB. Pada tanggal itu bertepatan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Di Kota Sukabumi, ungkap Zulkarnain, momen HKB diisi dengan simulasi evakuasi mandiri. Acara ini melibatkan sejumlah unsur terkait seperti Palang Merah Indonesia (PMI), tagana, pramuka, dan masyarakat sekitar.

Intinya kata Zulkarnain, pada HKB ini dapat digerakkan latihan secara terpadu dalam menghadapi bencana. Sehingga harapannya dapat meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, dan kesiapsiagaan masyarakat di daerah.

"Targetnya dapat mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana. Khususnya di daerah yang rawan terjadi bencana," kata dia.

Upaya kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan ketika terjadi bencana. Dalam artian, kesiapsiagaan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langka tepat guna dan berdaya guna.