logo2

ugm-logo

Blog

Warga Pengungsi Banjir Danau Limboto Mulai Alami Gatal-Gatal & Demam, 1 Orang Gejala Demam Berdarah

KABUPATEN GORONTALO, KOMPAS.TV – Puluhan warga pengungsi banjir danau limboto terlihat pendatangi pelayanan kesehatan di posko pengungsian yang berada di Kantor Camat Tilango.

Warga datang melakukan pemeriksaan kesehatan,dan bahkan juga beberapa anak-anak yang merupakan warga di pengungsian korban banjir luapan danau limboto.

Warga yang hingga saat ini masih mengungsi ini merupakan warga yang rumahnya masih terendam banjir luapan danau limboto yang ketinggian masih mencapai lebih dari 2 meter.

Sehingga masih banyak warga yang masih memilih untuk bertahan di posko pengungsian.

Setelah beberapa hari terdampak banjir dan tinggal di posko pengungsian, banyak warga yang kini mulai mengalami gejala sakit.

Kepala Puskesmas Tilango pun mengatakan, hingga saat ini sudah ada sekitar 393 pasien, yang mengeluhkan dermatitis atau gatal-gatal, sementara untuk pasien yang mengalami demam dan flu kurang lebih dari 200 pasien.

Tak hanya itu, tim kesehatan juga menerima sebanyak 50 pasien yang mengalami diare, bahkan 1 orang pengungsi terkonfirmasi mengalami gejala demam berdarah dan kini telah mendapatkan perawatan khusus.

Kepala Puskesmas Tilango pun bilang, tim kesehatan terus memberikan pelayanan kesehatan dengan memberikan obat obatan dan pemeriksaan secara gratis dan dilakukan setiap hari.

Warga yang mengungsi pun diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan badan,meskipun tengah berada di posko pengungsian.

Beruntung, tim kesehatan Puskesmas Tilango turut mendapat bantuan dari tim kesehatan puskesmas lainnya yang ada di Kabupaten Gorontalo.

Pelayanan kesehatan ini dilakukan di seluruh titik pengungsian yang ada di Kecamatan Tilango.

Jumlah korban tewas akibat badai dan banjir di Afghanistan meningkat

Kabul (ANTARA) - Jumlah korban tewas akibat hujan badai dan banjir di Provinsi Nangarhar, Afghanistan timur, bertambah menjadi 40 orang sementara jumlah korban luka-luka mencapai 347, seperti dilaporkan Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan pada Selasa (16/7).

Para tenaga kesehatan telah dikerahkan ke daerah-daerah yang terdampak untuk merawat korban luka-luka, ujar Sharafat Zaman Amarkhil, juru bicara kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa jumlah korban dalam musibah ini diperkirakan akan terus bertambah.

Bencana alam tersebut, yang terjadi secara tiba-tiba pada Senin (15/7) sore waktu setempat, menelan banyak korban jiwa dan kerugian finansial di Jalalabad, ibu kota provinsi itu, Distrik Sukh Rod, dan daerah-daerah sekitarnya di provinsi yang berbatasan dengan Pakistan tersebut.

Selain itu, lima orang tewas ketika banjir bandang menyapu sebagian besar wilayah Provinsi Kunar, Afghanistan timur, pada Senin pagi waktu setempat.

Hujan lebat dan banjir telah menewaskan lebih dari 400 orang dan menyebabkan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal sejak Mei di negara yang diporakporandakan perang tersebut. 

3.265 Warga Tembagapura Terdampak Banjir

TIMIKA, Seputarpapua.com | Banjir dan longsor di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah ternyata berdampak besar terhadap warga setempat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mimika, Mozes Yarangga mengatakan, ada sekitar 3.265 warga menjadi korban banjir di Kampung Banti 1, Banti 2 dan Kampung Opitawak.

Sementara di wilayah Utikini yang menjadi titik longsornya, saat ini tidak dihuni oleh warga.

“Di Kampung Banti 1 ada 200 KK atau sekitar 1.000 warga, Kampung Banti 2 ada 333 KK atau sekitar 1.125 jiwa dan Kampung Opitawak ada 443 KK atau 1.140 jiwa,” jelas kepala BPBD dalam laporannya setelah terjun langsung ke lokasi banjir dan longsor, Senin-Selasa, 15-16 Juli 2024.

Dikatakan meski ribuan warga terdampak banjir, tidak ada warga yang mengungsi.

Banjir dan longsor terjadi akibat curah hujan yang tinggi mengguyur Kabupaten Mimika sejak awal Juli.

Laporan yang diterima dari BPBD disebutkan, longsor juga menyebabkan jalan penghubung ke Kampung Banti dan kawasan operasional PT Freeport terputus.

Normalisasi sungai di Luwu Utara butuh disegerakan untuk cegah banjir

Jambi (ANTARA) - Kegiatan normalisasi sungai di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan dinilai harus segera dilakukan untuk mencegah jangan sampai terjadi bencana banjir yang lebih besar dan berkepanjangan di daerah tersebut.

Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Luwu Utara, Muslim Muchtar dalam siaran daring bertajuk “Teropong Bencana” Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diikuti di Jambi, Rabu.

Muslim menjelaskan bahwa Luwu Utara memiliki delapan anak sungai yang membentang dari wilayah Timur hingga ke Selatan.

Berdasarkan hasil peninjauan tim reaksi cepat BPBD dan instansi pemerintah Kabupaten Luwu Utara mendapati kondisi bagian hulu dan hilir dari aliran sungai-sungai tersebut saat ini sudah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi material lumpur dan sejenisnya.

Bahkan oleh karena pendangkalan tersebut, kata dia, ada tiga aliran sungai yang ada di wilayah Kecamatan Bone-Bone, Mappedeceng, Masamba sudah tidak mampu membendung volume air sekalipun saat hujan berintensitas sedang dan dengan seketika menggenangi pemukiman penduduk sekitarnya.

Fenomena tersebut sebagaimana terjadi pada Senin (15/7) malam - Selasa (16/7) pagi. Pihaknya mengkonfirmasi setidaknya ada lebih dari 1.800 rumah termasuk sembilan fasilitas kesehatan, dan lima rumah ibadah yang ada di wilayah kecamatan itu tergenang banjir setinggi lebih dari 60 centimeter.

Sampai dengan Rabu (17/7) ini tercatat total ada sebanyak 4.282 orang warga yang mana 206 orang di antaranya terpaksa mengungsi dan dalam penanganan pemerintah daerah di bawah asesmen BNPB.

Atas pertimbangan itu maka, Muslim mengungkapkan pihaknya sedang berkoordinasi secara intensif dengan Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang dan kementerian/lembaga terkait lainnya sehingga kegiatan normalisasi tersebut dapat segera ditindaklanjuti dalam waktu dekat demi kemaslahatan masyarakat setempat dalam jangka panjang.

BPBD Luwu Utara dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga sudah membentuk grup komunikasi kebencanaan melibatkan semua Camat dan Kepala Desa sehingga bila ada potensi kondisi darurat bencana bisa cepat disampaikan kepada masyarakat.

Banjir Rendam 4 Kecamatan di Luwu Utara Sulawesi Selatan

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan sebanyak empat kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) terendam banjir akibat curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi terus menerus sejak Senin (15/7) malam.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan genangan air mencapai tinggi 60 hingga 70 cm di beberapa titik pemukiman.

Hal itu disebabkan meluapnya sungai-sungai utama seperti Sungai Baliase di Kecamatan Mappideceng, Sungai Lampuawa dan Sungai Masapi di Kecamatan Sukamaju, serta Sungai Kanjiro dan Patila di Kecamatan Bone-bone pada pukul 20.00 WITA.

"Wilayah terdampak banjir meliputi Desa Uraso di Kecamatan Mappideceng. Kelurahan Bone-bone, Desa Patila dan Patoloan di Kecamatan Bone-Bone. Desa Bungadidi di Kecamatan Tana Lili dan Kecamatan Sukamaju," kata Muhari dalam keterangannya, Rabu (17/7).

Berdasarkan informasi dari BPBD Luwu Utara, data resmi terkait korban jiwa masih dalam proses pendataan, termasuk kerugian materiil mencakup kerusakan rumah, fasilitas umum, dan fasilitas pendidikan.

Menurutnya, langkah-langkah mitigasi dan bantuan darurat terus dikoordinasikan untuk memastikan kebutuhan mendesak seperti tempat penampungan, makanan, dan perlengkapan lainnya tersedia bagi para pengungsi.

Muhari mengatakan BPBD Luwu Utara melakukan evakuasi terhadap warga yang terjebak banjir dengan menggunakan perahu karet.

Meskipun hujan telah reda menjadi gerimis, lanjut dia, genangan air masih tetap ada dan menghambat aktivitas sehari-hari masyarakat.

"Jalan-jalan utama termasuk bagian dari jalan Nasional yang merupakan jalur vital Trans Sulawesi juga terdampak, menyulitkan aksesibilitas dan mobilitas warga," ujarnya.

Berdasarkan analisis Badan Meterologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi ke depan untuk wilayah Kabupaten Luwu.

BNPB mengimbau pemerintah Kabupaten Luwu Utara agar intensifikasi sistem peringatan dini dengan BMKG, perbaikan infrastruktur drainase dan sungai, serta koordinasi cepat dengan TNI, Polri, dan lembaga kemanusiaan saat darurat.

"Tujuan utamanya adalah meminimalisir dampak bencana, melindungi nyawa, dan memulihkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat terdampak," tutur Muhari.