LUNCH SEMINAR DAN WEBINAR LAPORAN KEGIATAN GEMPA PIDIE JAYA DAN BANJIR BANDANG BIMA
Yogyakarta, 8 Februari 2017
Reportase oleh: Intan Anatasia
PKMK Yogyakarta.
Acara webinar ini dibuka oleh dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K).Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni, dan Pengabdian Masyarakat. Mei menyampaikan Fakultas Kedokteran UGM tetap menjalankan Tri Dharma dengan memberangkatkan Tim Bencana untuk melakukan kontribusi di Gempa Pidie Jaya dan Banjir Bandang Bima. Harapannya dari laporan kegiatan ini kita bisa sama-sama belajar untuk melakukan rencana tindak lanjut ke depannya.
Acara selanjutnya adalah Pengenalan Mengenai Kelompok Kerja Bencana (POKJA BENCANA) Fakultas Kedokteran UGM oleh dr. Handoyo Pramusinto, SpB. Handoyo mengharapkan agar Surat Keputusan dari Universitas Gadjah Mada segera turun untuk legalitas dari Pokja Bencana FK UGM. Handoyo juga menjelaskan bahwa POKJA BENCANA ini terdiri dari beberapa komponen yaitu dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Rumah Sakit Akademik UGM, termasuk juga dari lintas bidang karena tim ini terdiri dari klinis/kedokteran, surveilans, promosi kesehatan, gizi dan kesehatan jiwa. Pokja Bencana FK UGM mempunyai harapan untuk terintegrasi dengan DERU UGM dan Pusat Studi Bencana Alam.
Masuk ke acara inti yaitu penyampaian Laporan kegiatan Tim Klaster Kesehatan Gempa Pidie Jaya oleh dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD. Hendro menyampaikan alasan mengapa tim berangkat ke Pidie Jaya pada fase recovery, karena saat fase akut biasanya sudah banyak tim yang datang untuk membantu sehingga diambil keputusan untuk berangkat pada fase recovery setelah tim assessment mendapatkan penilaian kebutuhan awal. Koordinasi dilakukan selama 5 hari sebelum keberangkatan. Hendro menceritakan pada hari pertama tim menyambangi Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) untuk berdiskusi dan melakukan pemetaan daerah terdampak. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Kepala Pusdalops BPBA Aceh. Pertemuan ini juga membahas plan of action di Pidie Jaya.
Selanjutnya tim menuju pos kesehatan di RSUD Pidie Jaya. Di pos kesehatan, sudah ada tim Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya, dan Kemenkes. Kembali dilakukan koordinasi dengan klaster kesehatan yang sudah ada, sebagian tim juga melakukan pengecekan lokasi RSUD, dan sebagain lagi mendirikan tenda. Seluruh tim akan bermalam di lokasi ini. Hendro menunjukan pula foto-foto bangunan seperti bangunan Rumah Sakit Pidie Jaya yang hancur.
Pada hari ketiga masih melanjutkan rencana operasi bahwa hari ini tim layanan kesehatan diberangkatan ke Puskesmas Cubo dan tim health management support berada di pos kesehatan untuk mengikuti rapat koordinasi dengan pihak terkait. Hendro menyempatkan untuk tetap menikmati keindahan di daerah Pidie Jaya dan menikmati kuliner durian di Pidie Jaya. Kerja dari tim pertama dilanjutkan kembali oleh tim kedua dimana kegiatan yang dilakukan berupa pendampingan Primary Health Care Disaster Plan (PHCDP) dan Pelatihan Penanganan Luka. Di akhir paparannya, Hendro Wartatmo menyampaikan lesson learnt yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah bahwa respon pada fase akut saat sudah cukup cepat, tim kesehatan sudah aktif di hari pertama dan networking lokal sudah ada. Masih ada hal yang perlu diperbaiki yaitu kondisi di Pidie Jaya sudah tidak baik bahkan sebelum bencana contohnya IPAL di RSUD Pidie Jaya kondisinya semakin parah setelah gempa terjadi. Komunikasi saat kondisi bencana sangat sulit walaupun akhirnya berjalan lancar maka harus disadari pentingnya menjaga komunikasi.
Masuk ke sesi kedua yaitu Laporan Kegiatan Tim Klaster Kesehatan Banjir Bandang Bima yang disampaikan oleh Sutono S.Kep.,M.Sc. Sutono menyampaikan rasa bangganya kepada alumni-alumni di Universitas Gadjah Mada yang responsif untuk menyebarkan berita bencana ke Divisi Manajemen Bencana sehingga bisa segera merespon untuk melakukan tindakan ke lokasi bencana. Sutono menjelaskan mengenai alasan untuk berangkat ke Bima karena sudah ada laporan bahwa ada 4 puskesmas yang lumpuh dan tidak bisa melakukan pelayanan.
Tujuan tim Bima berangkat yang pertama adalah mengidentifikasi permasalahan di sektor kesehatan dan menyiapkan tim lanjutan untuk membantu korban bencana di kota Bima. Tim langsung menyisir 33 lokasi pengungsian yang belum di-follow up untuk mendata jumlah pengungsi dan mendapatkan data kelompok rentan yang ada. Dari hasil survey ditemukan berbagai penyakit setelah hari kedelapan banjir seperti myalgia, dermatitis dan ISPA. Identifikasi potensi Kejadian Luar Biasa seperti demam berdarah dan dicurigai leptospirosis akibat manajemen sampah yang buruk. Terdapat juga korban yang meninggal diakibatkan oleh infeksi tetanus. Masih banyak desa yang belum mendapatkan vaksin sehingga ditemukan disalah satu yang mengalami campak.
Fasilitas kesehatan di Bima belum mendapatkan pengetahuan dalam membuat perencanaan penanggulangan bencana di fasilitas kesehatan. Tim pertama merekomendasikan untuk manajemen air, potensi wabah, pembuatan regional disaster plan agar sektor kesehatan bisa melakukan persiapan. Tim kedua yang diterjunkan ke Bima mulai 18 – 21 Januari 2017 terdiri dari 4 orang yang terbagi menjadi 2 grup yaitu: Grup 1 terdiri dari Dr. Ir. Agus Maryono dan Rifqi Amrillah Abdi yang berfokus pada penerapan teknologi alat pemanen air hujan. Grup 2 terdiri dari Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH dan Bayu Fandhi Achmad, S.Kep., Ns., M.Kep. yang berfokus pada studi kesehatan lingkungan. Tim selanjutnya dibagi menjadi 2 yaitu 1 grup bergerak ke kantor Dinas Kesehatan Kota Bima untuk mempresentasikan teknologi alat pemanen air hujan pada perwakilan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bima serta 1 grup bergerak untuk mempersiapkan berbagai alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan alat pemanen air hujan tersebut. Prof. dr. Hari Kusnanto juga melakukan survey keliling untuk melihat permasalahan kesehatan lingkungan di kota Bima. Tim kedua masih merekomendasikan untuk tim berikutnya untuk mengelola air di kota Bima dan mengelola lingkungan kota Bima bisa tertata dan mencegah banjir datang. Harapannya akan ada program jangka panjang untuk membangun kota Bima.
Pada sesi Diskusi dan Tanggapan, dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K).Ph.D menanggapi mengenai kesulitan komunikasi birokrasi di daerah bencana dan mengapresiasi pengorbanan dari tim yang sudah meluangkan waktu untuk ke daerah bencana bahkan saat hari libur nasional. Mei juga menyampaikan pentingnya sektor kesehatan untuk menjalin kerjasama dengan lintas sektor dan kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah bencana. Tanggapan kedua diberikan oleh Dr. rer. nat. dr. BJ Istiti Kandarina menyampaikan peran aktif dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Kedokteran (KAGAMA Dok) di setiap daerah untuk selalu bertukar informasi terutama yang berkaitan dengan bencana dan selain itu juga sangat tertarik dengan cerita dari kearifan lokal di masing-masing daerah bencana.
Tanggapan diberikan oleh Prof. dr. Yati Soenarto Sp.A (K) mengenai harapannya untuk kegiatan ini tidak hanya sekali saja pergi ke daerah bencana dan kemudian hit and run namun harus dilakukan secara berkesinambungan serta membantu untuk pasca terjadinya bencana. Tanggapan selanjutnya diberikan oleh Kudiyana yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta mengenai dana siap pakai yang digunakan saat terjadi bencana. Dana siap pakai untuk membantu masih sangat sulit birokrasinya maka perlu ada evaluasi bersama pemerintah daerah mengenai dana bantuan ini.
Acara ditutup oleh dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K) yang menyampaikan kesimpulan dimana koordinasi sangat penting bahkan sebelum tim bencana itu berangkat. Selain itu, kesinambungan juga sangat penting agar yang kita kerjakan dapat berkelanjutan dan terintegrasi sehingga dapat meningkatkan SDM yang ada didaerah bencana. Hal-hal yang kita kerjakan sangat baik didokumentasikan baik seperti acara webinar dan juga menjadi bahan-bahan penelitian.
Materi Presentasi: