Sejak puluhan tahun, empat desa di Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, tidak lagi menikmati nasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Padahal, Kabupaten Bantaeng merupakan lumbung padi di Sulawesi Selatan.
Sebagai pengganti beras, warga mengonsumsi jagung kuning. "Sejak lahir, saya tidak pernah makan nasi karena orangtua saya tidak punya banyak uang untuk membeli beras. Sebagai gantinya, jagung kuning ini kami giling, lalu dimasak seperti nasi," cerita Aminang kepada Kompas.com di rumahnya di Desa Pambumbungan, Rabu (11/5/2011) siang.
Sambil mengupas-ngupas kulit jagung untuk persiapan makan malam, perempuan setengah baya ini mengatakan, nasi baru bisa mereka santap ketika memiliki uang berlebih atau mendapat beras untuk rakyat miskin (raskin) dari pemerintah setempat.
Selain beras, daging ikan juga tidak pernah dinikmati warga yang bermukim di kaki Gunung Bawakaraeng ini. Penghasilan sebagai petani sayur tidak sama dengan petani lainnya yang berada di kecamatan tetangga.
"Empat desa yang sampai saat ini belum menikmati beras adalah Desa Pambumbungan, Desa Kampala, Desa Parangloe, dan Desa Kayuloe," kata Sekretaris Desa Pambumbungan, Hamid.
Hamid mengatakan, kondisi tanah yang terjal dan berbatu di keempat desa ini menyebabkan warga hanya bisa menanam sayur-mayur, seperti labu, ubi jalar, kol, dan jagung. Hasil bercocok tanam itu pun tidak sebagus yang diharapkan. Alhasil, kebanyakan warga tidak dapat menjual sayur-mayur mereka ke pasar dengan harga yang pantas.
"Selain dijadikan nasi sebagai pengganti beras, sebagian jagung kuning juga diberikan kepada ternak mereka. Memang lahan di sini agak susah untuk bercocok tanam, apalagi harus buat sawah ataupun tambak, karena di sini memiliki ketinggian 700 hingga 1.100 meter dari permukaan laut," kata Hamid lagi.
Sumber: www.kompas.com