Tim penyelamat Turki diliputi putus asa untuk menemukan para korban yang masih hidup, Selasa (25/110). Setelah gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) mengguncang Turki sebelah timur pada Minggu (23/10), korban gempa Turki telah mencapai jumlah 279 jiwa.
Harapan penolong semakin pudar untuk menemukan korban di antarareruntuhan. Namun mereka tetap bekerja dengan lampu sorot mengais-ngais puing-puing bangunan. Para pekerja penyelamat masih bergegas untuk menemukan korban selamat saat warga mengungsi di tengah udara terbuka yang dingin membeku.
"Saya masih gemetar. Selama masih gempa susulan, kami akan tetap tinggal di jalan," kata Gulizar, wanita Kurdi berusia 40-an, yang menempati pengungsian sementara di pusat Kota Van.
Dengan suhu mencapai hingga 22 dejarat Celcius, salju diperkirakan akan turu, Rabu (26/10). Warga korban gempa berlindung di tempat seadanya, seperti mobil, tenda-tenda, atau bahkan hanya dengan sepotong selimut. Ratusan pekerja penyelamat berupaya mencari korban yang selamat dari puing-puing di kota Ercis.
Menurut Wakil Perdana Menteri Bulent Arinc, jumlah korban tewas gempa berkekuatan 7,2 telah dikonfirmasi mencapai 279 orang dengan 1.300 korban luka. Setelah gempa melanda, warga yang tinggal di provinsi sebelah timur menyerukan permintaan tolong di Twitter. Mereka memberikan alamat bangunan runtuh dan jumlah orang yang terjebak di bawah puing-puing.
"Kami tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba, ada debu di mana-mana, mata kami penuh debu, dan kami terlempar ke dinding dan itu berlangsung 20 detik," kata Yunus Ozmen, penduduk Ercis berusia 23 tahun.
Di kota Van, seorang pria 34 tahun meratapi nasib keponakannya yang masih bayi berusia sembilan-bulan. Tetapi tim penolong sejauh ini baru menemukan ranjang bayi saja.
"Mudah-mudahan kita akan menemukan bayi itu hidup-hidup," katanya, tanpa mengalihkan matanya dari tindakan operasi penyelamatan yang terus berlangsung tanpa henti selama dua hari.
Pria itu mengatakan ayah sang bayi, juga di bawah bangunan runtuh. Penyelamat terus menyisir puing-puing sesekali berharap "keajaiban" seperti halnya, gadis 16 tahun bernama Hilal yang selamat dari reruntuhan rumahnya. Dua orang anak berhasil diselamatkan dari reruntuhan bangunan.
"Dalam satu jam, itu adalah keajaiban ketujuh yang telah kita diselamatkan, termasuk seorang bayi satu tahun," kata seorang pekerja medis di stadion Ercis, yang telah berubah menjadi sebuah rumah sakit terbuka.
Sebanyak 169 orang tewas di kota Ercis, sementara 95 tewas di pusat kota Van, menurut kantor berita Anatolia. Sebanyak 970 bangunan runtuh akibat gempa besar dan gempa susulan, termasuk asrama di Ercis, tempat banyak siswa diyakini tewas.
"Rumah kami rusak parah. Mungkin kami akan hidup seperti ini untuk satu atau dua minggu," kata Zuleyha (34), yang tinggal di mobil bersama suami dan anaknya.
Lapangan sepak bola di kota Ercis telah berubah menjadi lautan tenda yang didirikan oleh Bulan Sabit Merah. Ada juga sebuah rumah sakit terbuka yang didirikan di stadion dan sekitar 1.500 unit kantong darah telah dikirim ke wilayah tersebut. Sebanyak 2.400 anggota tim pencarian dan penyelamatan dari 45 kota dikerahkan.
Menurut pemerintah, 200 ambulans telah bergegas ke wilayah tersebut. Militer mengatakan enam batalyon juga terlibat dalam upaya pencarian dan penyelamatan dan termasuk enam helikopter, empat helikopter ambulans, serta pesawat kargo militer C-130 yang dikirim ke daerah untuk membawa tenda, makanan dan obat-obatan.
Sebanyak 10 negara telah menawarkan untuk mengirim tim pencarian dan penyelamatan, tetapi pemerintah Turki menolak tawaran tersebut untuk saat ini. Hanya sembilan persen dari bangunan di Provinsi Van yang memiliki asuransi wajib gempa bumi, menurut Selamet Yazici, manajer umum lembaga asuransi bencana alam.
Bulan Sabit Merah Turki mengirimkan 7.500 tenda, lebih dari 22.000 selimut, 4.000 pemanas, dan 1.000 kantong mayat ke wilayah tersebut. Ada juga toko roti bergerak, dan 21 dapur bergerak juga dikirim ke Van.
Pada Senin (24/10), Perdana Menteri Yunani George Papandreou mengatakan, negaranya siap untuk membantu. Demikian pula, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Israel, meskipun hubungan dengan Turki menjadi dingin selama tahun lalu.
Pada tahun 1999, dua gempa kuat mengguncang di wilayah barat laut Turki yang berpenduduk padat dan mengakibatkan 20.000 orang tewas. Sebuah gempa kuat di kota Caldiran di Provinsi Van juga pernah menewaskan 3.840 orang pada tahun 1976.