logo2

ugm-logo

Google Sumbang Rp 14 Miliar Bantu Mitigasi Bencana di Indonesia

Ket. Foto (Ki-Ka): Narasumber Randy Jusuf (Google Indonesia), Rudiantara (Menkominfo RI), Jacquelline Fuller (President Google.org), Selina Sumbung (Yayasan Sayangi Tunas Cilik), dan Bambang Surya Putra (Direktorat Kesiapsiagaan BNPB) berfoto bersama setelah menyampaikan pemaparan mengenai komitmen dan kerja sama Google.org di bidang kesiapsiagaan bencana di Indonesia.

Lembaga filantropi milik Google, Google.org, mengumumkan pemberian hibah senilai 1 juta dollar AS (sekitar Rp 14,2 miliar) kepada Yayasan Sayangi Tunas Cilik (mitra dari Save the Children) untuk membantu meningkatkan persiapan risiko dan mitigasi bencana di Indonesia.

Bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), proyek percontohan selama satu tahun ini akan berfokus untuk meningkatkan kesadaran dan aksi masyarakat, termasuk anak-anak, yang tinggal di wilayah berisiko tinggi dan rawan bencana.

Presiden Google.org, Jacquelline Fuller, mengungkapkan bahwa bencana alam bisa membuat kondisi jutaan orang rentan dan trauma. Keadaan tersebut lantas bisa jadi menyulitkan kondisi hidup masyarakat yang terdampak bencana, terutama anak-anak.

“Bencana alam bisa membuat jutaan orang menjadi rentan dan keadaan ini bisa sangat menyulitkan, terutama bagi anak-anak,” ucap Jacquelline dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Minggu (16/3/2019).

Hal itulah yang membuat Google.org tertarik menghibahkan dana miliaran rupiah tersebut ke Yayasan Sayangi Tunas Cilik, demi membekali masyarakat dan anak-anak dengan pengetahuan mitigasi bencana alam.

Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Selina Sumbung, menyambut baik hibah dari Google.org ini. Ia juga berharap dapat bermitra dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga sektor swasta, untuk memperluas program mitigasi bencana ini ke seluruh pelosok Indonesia. 

“Seiring waktu, kami berharap bisa bermitra dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk memperluas program ini ke lebih banyak provinsi dan jutaan anak di seluruh Indonesia,” ujar Selina.

Bentuk upaya yang bakal dilakukan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik ini sendiri akan mencakup beberapa kegiatan kampanye dan edukasi ke masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. 

Lebih detail, yayasan tersebut akan melakukan kampanye dan aksi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran nasional—dengan memanfaatkan platform online dan offline—guna memastikan gedung-gedung sekolah dalam keadaan aman untuk mitigasi bencana.

Anak-anak serta masyarakat di sekitar daerah rawan bencana juga bakal dididik agar lebih siap jika nanti bencana datang secara tiba-tiba.

“Tujuan kami adalah mengedukasi dan memberdayakan masyarakat untuk merencanakan dan bersiap menghadapi situasi darurat, serta mengurangi jumlah korban dan anak-anak yang terdampak bencana alam, yang jumlahnya sering kali mencapai ribuan setiap tahunnya.” tutup Selina.

Google.org sendiri bukan kali pertama memberikan hibah ke Indonesia. Sejak tahun 2015 hingga saat ini, Google.org telah mengkucurkan dana hibah di Indonesia senilai lebih dari 8 juta Dollar AS atau setara dengan Rp 114 miliar. 

Hibah-hibah yang sudah digelontorkan tersebut diketahui difokuskan untuk membantu meningkatkan area-area penting lainnya seperti literasi digital dan keamanan saat melakukan aktivitas online.

sumber: kompas.com

Longsor Dominasi Bencana di Kabupaten Sukabumi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bencana tanah longsor menjadi kasus terbanyak yang terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Sukabumi termasuk kawasan rawan bencana longsor.

Data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, pada Februari 2019 lalu misalnya dari sebanyak 53 kejadian bencana sebanyak 23 kejadian diantaranya adalah longsor. ‘’Dari data yang ada bencana yang paling tinggi di Sukabumi adalah longsor,’’ ujar Koordinator Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna kepada wartawan, Jumat (15/3).

Bencana terbanyak kedua adalah kebakaran dan angin kencang. Pada bulan Februari tercatat sebanyak tujuh kejadian kebakaran dan angin kencang sebanyak delapan kejadian. Berikutnya gempa bumi yang dirasakan sebanyak lima kejadian dan pergerakan tanah tiga kejadian serta banjir satu kejadian.

Daeng menerangkan, bencana tersebut berdampak pada sebanyak 123 unit rumah warga. Rinciannya sebanyak 18 unit rumah warga rusak berat, 42 unit rumah rusak sedang, 63 unit rumah rusak ringan dan 25 unit rumah lainnya terancam.

Jumlah bencana pada Februari 2019 ini menurun dibandingkan dengan Januari 2019. Pada awal 2019 itu Sukabumi dilanda bencana sebanyak 297 kali yang terjadi di beberapa kecamatan.

‘’Kasus longsor tetap mendominasi dibandingkan dengan yang lain,’’ terang Daeng. Rincian kejadian bencana tersebut yakni kebakaran tujuh kali, longsor 77 kali, banjir 16 kali, angin kencang 18 kali, gempa bumi dua kali, pergerakan tanah enam kali dan lain-lain satu kejadian.

Akibat bencana tersebut sebanyak 1.102 jiwa atau 95 kepala keluarga (KK) terdampak, 116 KK mengungsi, 396 rumah terdampak dengan rincian 76 rusak berat, 59 rusak sedang, 91 rusak ringan dan 170 terdampak.

Pada Januari 2019 terjadi bencana longsor di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi yang menyebabkan banyak korban jiwa. Di mana pada saat itu ada sebanyak 32 korban ditemukan meninggal dunia dan satu orang hilang.

Sebelumnya Bupati Sukabumi Marwan Hamami telah mengeluarkan surat keputusan (SK) tentang siaga darurat bencana banjir dan longsor pada 1 Nopember 2018 lalu. Kebijakan ini diambil untuk mempercepat penanganan bencana di lapangan.

Ketentuan itu yakni Keputusan Bupati Nomor 360/Kep.620-BPBD/2018 tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor dan Pergerakan Tanah di Kabupaten Sukabumi tahun 2018-2019. Masa berlakunya status tersebut mulai 1 Nopember 2018 hingga 31 Mei 2019.

More Articles ...