logo2

ugm-logo

Kementerian Sosial Bangun Kampung Siaga Bencana di Kota Mataram

Kementerian Sosial Bangun Kampung Siaga Bencana di Kota Mataram.

MATARAM - Suasana halaman kantor Wali Kota Mataram,mendadak riuh. Bunyi sirine meraung-raung, tanda bahaya gempa bumi.

Ratusan warga kota berlarian menuju ruang terbuka.

Para wanita dan anak kecil, tampak dievakuasi menuju shelter.

Sementara petugas Tagana juga mengusung korban terluka dan membagikan konsumsi bagi para pengungsi.

Pemandangan yang jadi tontonan warga dan pegawai negeri di lingkungan walikota ini merupakan simulasi uji SOP penanggulangan bencana gempa bumi.

Simulasi dilakukan oleh Kampung Siaga Bencana (KSB) kota Mataram.

Kementerian Sosial memfasilitasi terbentuknya Kampung Siaga Bencana (KSB) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Lokasi ini merupakan KSB ke 635 di Indonesia dan KSB kedua yang dibentuk Kemensos di Kota Mataram, sebelumnya di kelurahan Babakan, Kecamatan Sandubaya.

Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat menjelaskan dipilihnya kota Mataram sebagai KSB karena kota ini termasuk daerah yang rawan bencana karena wilayah NTB masuk jalur cicin api yang rawan terjadi gempa bumi.

Baca: Beredar Isi Percakapan Asusila Kepsek SMAN 7 Mataram yang Menyeret Baiq Nuril

Data Pemkot Mataram mencatat akibat gempa bumi beberapa bulan lalu sebanyak 13.000 lebih rumah mengalami kerusakan dan 2.000 rusak berat di kota ini.

"Kenapa dipilih kota ini sebagai Kampung Siaga Bencana, karena daerah ini merupakan kawasan yang rawan terjadi gempa," tutur Harry Hikmat.

Pembentukan KSB ini ditujukan untuk mengurangi dampak bencana sekaligus sebagai bagian dari mitigasi bencana.

Dalam pendirian KSB, dikatakan Harry melibatkan semua pihak Pemda, TNI, Polri, BPBD dan seluruh pilar-pilar sosial termasuk pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) karena sebagian warga yang terdampak bencana adalah Keluarga Penerima Manfaat bantuan PKH.


sumber: tribunnews

Ada 21 Titik Rawan Bencana di Sumenep

Ada 21 Titik Rawan Bencana di Sumenep

SUMENEP - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep merilis, bahwa memasuki musim angin dan hujan saat ini, wilayah Kabupaten Sumenep terdeteksi ada 21 titik rawan bencana.

21 titik rawan bencana alam tersebut tersebar di beberapa kecamatan, yakni diantaranya dibkecamatan Kalianget, Pasongsongan dan Kecamatan Guluk-Guluk

Bentuk rawan bencana yang terdeteksi oleh BPPD Kabupaten Sumenep diantaranya untuk wilayah Kecamatan Kalianget berupa ancaman bahaya bencana angin puting beliung.

Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Pasongsongan dan Kecamatan Guluk-Guluk, ancaman bencana alam berupa tanah longsor.

"Daerah tersebut memang hampir setiap tahun terjadi bencana angin puting beliung dan bencana tanah longsor. Sehingga tahun ini pun kasus serupa mengancam wilayah tersebut," papar Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, Syaiful Arifin, Senin (22/11/2018).

Dikatakan, khusus untuk wilayah Kecamatan Kalianget yang seringkali terjadi di sedikitnya tiga desa, yakni Desa Pinggir Papas, Desa Karang Anyar dan Desa Kalianget Barat. Daerah ini merupakan dataran rendah yang berdekatan langsung dengan pantai perairan Kalianget, sehingga laju angin laut dan angin barat banyak bertumpu dan bertemu di desa ini.

"Sedangkan di Kecamatan Pasongsongan biasa terjadi di Desa Campaka, Montorna dan Desa Prancak. sedang di Kecamatan Guluk- Guluk, biasanya longsor terjadi biasanya kerapkali terjadi di Desa Batu Ampar, Di Desa Bragung, Desa Penanggungan, Desa Payudan Daleman. Karena di daerah tersebut dataran tinggi, tetapi tanahnya lembek dan tidak berbatu," jelas Syaiful kepada TribunJatim.com.

Selain dari bahaya mencana tersebut diatas, ada beberapa bencana insiden yang kerapkali terjadi di Sumenep. Seperti banjir bandang yang bisanya melanda wilayah Kecamatan Kota Sumenep, Kecamatan Seronggi, dan Kecamatan Lenteng.

"Untuk banjir di Kota Sumenep, biasanya terjadi di sepanjang Kali Marengan. Di wilayah Kecamatan Seronggi biasanya banjir bandang terjadi di Desa Nambakor, akibat luapan sungai Nambakor, dan di Kecamatan Lenteng biasanya banjir terjadi di Desa Meddelan dan Desa Sendir," lanjutnya kepada TribunJatim.com.

Karena itu, pihak BPPD sudah menyiagapan beberapa upaya penanggulangan dan proses upaya penyelamatan dan evakuasi warga jika bencana tersebut terjadi.

Sekaligus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar bisa bersiap terhadap datangnya bencana dan bagaimana upaya-upaya penyelamatan bila hal tersebut benar-benar terjadi.

'Berbagai simulasi bagaimana penanggulangan bencana, kemana harus menyelamatkan diri serta bertahan terhadap bencana yang melanda daerahnya. Ini antisipasi saja, tetapi semoga bencana tersebut tidak terjadi," pungkasnya.

Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) rawan bencana biasanya terjadi pada awal Desember, Februari dan Maret mendatang. Karena pada saat itu angin dan curah hujan relatif tinggi sehingga kemungkinan bencana baik puting beliung ataupun longsor bisa terjadi dan melanda masyarakat Sumenep.(riv/TribunJatim.com)


sumber: TRIBUNJATIM.COM

 

More Articles ...