logo2

ugm-logo

4 Fakta Gempa Kembali Guncang Lombok

Korban Jiwa Gempa Lombok Terus Bertambah, Kini Mencapai 436 Orang

Liputan6.com, Jakarta - Belum surut trauma dan duka masyarakat Lombok akibat gempa, namun lindu dahsyat kembali mengguncang Bumi Seribu Masjid. Pada Minggu malam, gempa dengan magnitudo 6,9 mengagetkan warga Lombok.

Pusat gempa berada di 30 kilometer timur laut Lombok Timur, kedalaman 10 kilometer dengan magnitudo 7,0 (yang mutakhirnya menjadi M 6,9).

Getaran lindu yang kuat, terjadi pukul 21.56 WIB, Minggu 19 Agustus 2018.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap, gempa tersebut bukanlah lindu susulan. Melainkan gempa bumi baru.

Penyebab gempa, menurut Kepala BMKG Dwikorita akibat adanya aktivitas sesar di dalam bumi dan efeknya dapat menimbulkan kerusakan.

"Hasil analisis BMKG, sumber gempa dipicu oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik atau patahan naik," ujar Dwikorita.

Saat gempa dahsyat kembali terjadi, sebagian besar masyarakat Lombok tengah berada di posko-posko pengungsian. Meski demikian, jatuhnya korban tetap tak terhindarkan.

Berikut sejumlah fakta saat Lombok kembali diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 6,9 hingga timbul ratusan lindu susulan:

Meski ribuan warga kini tinggal di luar rumah dan pengungsian pascagempa magnitudo 6,4, Minggu, 29 Juli 2018, korban tewas kembali berjatuhan.

Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, akibat kekuatan gempa magnitudo 6,9, pada Minggu malam itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia.

Dari 10 korban meninggal, empat berasal dari Kabupaten Lombok Timur, lima orang dari Sumbawa Besar, satu orang dari Sumbawa Barat.

"Korban meninggal sebagian karena tertimpa bangunan roboh dan sebagian karena serangan jantung kaget menerima guncangan gempa yang keras," ujar Sutopo.

 

2. 101 Gempa Susulan

Usai diguncang lindu magnitudo 6,9, Lombok kembali diterjang gempa susulan. Hingga Senin, 20 Agustus 2018, pukul 11.00 Wita, BMKG mencatat telah terjadi 101 gempa susulan.

Dari 101 kali gempa, sembilan di antaranya dirasakan cukup kuat. Hasil analisis BMKG, kekuatan lindu tidak berpotensi tsunami.

Gempa susulan terus terjadi hingga pukul 08.00 WIB, Selasa (21/8/2018).

Imbauan agar warga tetap tenang dan waspada terus diserukan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi usai gempa terjadi.

Terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah Sembalun dan Sambelia, TGB meminta warga menjauhi area perbukitan untuk mengantisipasi terjadinya longsor.

TGB juga mengimbau masyarakat menjauhi bangunan yang tidak memenuhi standar keamanan.

Ratusan Pengungsi gempa Lombok tidur di tempat terbuka

Tidak hanya korban jiwa yang kembali ditemukan, aktivitas sesar di dalam bumi juga menimbulkan kerusakan parah pada ratusan rumah warga dan sejumlah fasilitas ibadah.

Dari data yang dihimpun Posko BNPB hingga Senin (20/8/2018) pukul 10.45 WIB, ada sekitar 151 rumah warga yang rusak. Dari jumlah tersebut 7 rumah rusak berat, 5 rusak sedang, dan 139 rusak ringan.

Data tersebut merupakan data sementara dan kemungkinan jumlahnya masih bisa bertambah. Saat gempa dahsyat terjadi Minggu malam, 19 Agustus, listrik padam. Hal ini menyebabkan komunikasi serta pendataan terhambat.

Selain rumah warga, Humas BNPB menyatakan ada sekitar enam tempat ibadah yang rusak dan 24 orang mengalami luka-luka.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, waspada, dan jangan terpancing isu-isu yang menyesatkan.

"Saat ini masih marak hoax di Lombok dan Sumbawa. Di saat masyarakat Lombok dirundung duka dan derita akibat gempa beruntun, tenyata banyak pihak yang menebarkan informasi yang tidak benar dan menyesatkan," ucap Sutopo.

4. Rinjani Longsor 

Gunung Rinjani

Meski tidak sepopuler jalur pendakian Senaru dan Senalun, Torean oleh masyarakat lokal kerap digunakan “jalan singkat” untuk langsung sampai ke Danau Segara Anak. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.

Sebelum gempa baru dengan magnitudo 6,9 goyang Lombok, dua kali gempa susulan terjadi. Pertama pada pukul 12.06 Wita dengan kekuatan magnitudo 5,4 dan episenter gempa pada 8,29 Lintang Selatan dan 116.62 Bujur Timur. Atau tepatnya pada lereng utara timur laut Gunung Rinjani dengan kedalaman 10 km.

Getaran lindu yang cukup kuat saat itu sempat direkam oleh Riadi Sulhi, warga Lombok yang tinggal di kaki Gunung Rinjani.

Sejumlah warga yang tengah beraktivitas panik dan langsung berlarian menyelamatkan diri begitu lereng Rinjani longsor.

Longsoran batu dan tanah dari Gunung Rinjani juga terlihat dekat persawahan milik warga. Aktivitas bercocok tanam sontak terhenti, para petani pun berhamburan menyelamatkan diri.

Bahkan tak sedikit warga yang meninggalkan motornya di pinggir sawah. Sambil berlari mereka menyebut asma Allah agar diberi keselamatan.

Penyebab Rentetan Gempa di Lombok Menurut PVMBG

BANDUNG - Wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, kembali diguncang rentetan gempa, Minggu (19/8/2018). Pusat Vulaknologi Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM mencatat ada enam kali gempa.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (20/8/2018), gempa pertama terjadi pukul 11.06 WIB dengan kekuatan magnitudo 5,4 pada kedalaman 10 kilometer, berjarak 25 kilometer arah timur laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa kedua berlangsung empat menit kemudian atau pukul 11.10 WIB dengan kekuatan gempa mencapai 6 magnitudo pada kedalaman 10 kilometer, berjarak 32 kilometer arah timur laut Lombok Timur.

Kemudian, gempa ketiga terjadi pukuk 21.56 WIB dengan kedalaman 10 kilometer berkekuatan 7 magnitudo. Hanya berselang beberapa menit, gempa kembali terjadi pukul 22.16 WIB dengan kedalaman 10 kilometer berkekuatan magnitudo 5,6. Disusul gempa kelima pada pukul 22.28 WIB dengan kedalaman 10 km berkekuatan magnitudo 5,8. Gempa keenam berkekuatan magnitudo 5,0 dengan kedalaman 10 kilometer terjadi pukul 23.25 WIB.

Kepala Bidang Gempa Bumi dan Tusnami Badan Geologi Kementrian ESDM, Sri Hidayati mengatakan, gempa itu disebabkan sumber gempa bumi berasosiasi dengan zona pensesaran naik busur belakang (Flores back- arc Thrust) yang berarah relatif barat-timur. Dia menambahkan, seluruh pusat gempa berada di darat. Sebagian besar daerah tersebut, kata Sri, tersusun oleh batuan sedimen dan batuan metamorf berumur pratersier hingga tersier, batuan gunung api berumur tersier hingga kuarter, dan aluvium berumur resen.

"Pada daerah yang tersusun oleh batuan yang telah tersesarkan dan terlapukkan dan daerah aluvium sangat rentan terhadap goncangan gempa bumi karena bersifat urai, lepas, dan belum terkonsolidasi, sehingga akan memperkuat efek getaran gempa," ucapnya.

Masyarakat pun diimbau tetap waspada, mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan tak terpancing oleh isu tak bertanggung jawab. "Masyarakat diharapkan tetap berada di tempat terbuka dan menghindari bangunan karena akibat guncangan gempa bumi sebelumnya, sehingga bangunan rawan roboh. Waspadai retakan pada permukaan bumi dan longsoran," jelasnya.

KOMPAS.com

More Articles ...