logo2

ugm-logo

Mensos: Segera Relokasi Warga di Zona Merah Bencana

Mensos: Segera Relokasi Warga di Zona Merah Bencana

Magelang - Kabupaten Magelang merupakan salah satu dari 323 kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki resiko bencana tinggi. Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, mendesak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat segera melakukan deteksi zona merah oleh pembuatan peta daerah rawan bencana.

"Deteksi zona merah itu bisa dilakukan oleh seluruh aparat BPBD maupun BMKG. Namun untuk menyampaikan ke masyarakat, perlu ada sosialisasi kontinyu dan komprehensif oleh lembaga-lembaga terpercaya," jelas Khofifah di sela meninjau lokasi bencana banjir bandang di Kecamatan Grabag, Magelang, Selasa (2/5/2017).

Dia menyebutkan, hal ini pernah dilaksanakan di titik Sampang, Banjarnegara. "Saat itu memang Pemerintah Daerah menggandeng UGM untuk turun dan menyampaikan sosialisasi ke masyarakat," katanya.

Setelah sosialisasi zona merah, lanjut Khofifah, Pemda memiliki pekerjaan rumah untuk menyiapkan relokasi bagi warga. Pemda harus mencari lahan baru. Menurutnya, relokasi penting dilakukan untuk menghindari bencana alam dan kerugian yang lebih besar, terutama kehilangan nyawa.


"Kementerian Sosial nantinya akan memberi bantuan isi hunian tetap berupa perabotan rumah, peralatan dapur, tempat tidur dan lain sebagainya senilai Rp 3 juta," lanjutnya.

Sebagai solusi jangka panjang, Pemerintah melalui Kemensos juga akan mengembangkan dan memperbanyak keberadaaan Kampung Siaga Bencana (KSB). Kampung ini dimaksudkan untuk mempersiapkan warga di daerah rawan bencana menghadapi bencana alam. Target hingga 2019, berdiri sebanyak 1000 KSB.

Dalam kunjungan itu Mensos berkesempatan menengok korban luka, Aryati Rahayu (29) di RSUD Tidar Kota Magelang. Selanjutya Mensos juga menyerahkan bantuan sejumlah Rp 321 juta terdiri dari santunan kematian bagi 13 ahli waris korban meninggal sebanyak Rp195 juta, korban luka sejumlah Rp 15 juta kepada tiga orang, dan bantuan logistik sejumlah Rp 116,5 juta.

Optimalisasi Tim Respons Untuk Antisipasi Korban Bencana

SOREANG, (PR).- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung terus berupaya mengoptimalisasikan time response atau waktu tanggap evakuasi korban saat terjadi bencana. Diharapkan, semakin cepatnya time response untuk mengevakuasi korban ini mampu mengurangi jumlah korban jiwa akibat dampak bencana alam.

Demikian diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Tata Irawan di sela-sela pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang digelar di Kompleks Pemerintahan Kabupaten Bandung, Rabu, 26 April 2017.

“Time response ini yang akan terus kita bina. Jadi saat kita menerima kebencanaan maka BPBD bisa merespons dengan cepat, tidak lelet apalagi terlambat. Sehingga pertolongan kebencanaan kepada korban bencana dapat dilakukan dengan baik. Tentu saja ini harus dilakukan dengan latihan dan kesungguhan dari setiap personel BPBD terutama tim reaksi cepat BPBD,” ungkap Tata.

Dari pantauan, dalam simulasi yang digelar itu sebanyak 8 adegan diperagakan. Di antaranya mulai dari penerimaan informasi kebencanaan, evakuasi korban bencana, mendirikan posko bencana, hingga membawa korban bencana ke rumah sakit.

Semua adegan yang diperagakan terutama upaya evakuasi korban dilakukan personel BPBD Kabupaten Bandung sesuai berdasarkan standar operasional prosedur evakuasi korban bencana.

Kesiapsiagaan kebencanaan ini, ditegaskan Tata, sangat dibutuhkan karena wilayah Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah dengan potensi bencana alam tertinggi. Berdasarkan hasil pemetaan BPBD Kabupaten Bandung, bencana alam berupa banjir, angin kencang, kekeringan, gempa bumi, epidemi dan wabah penyakit, serta kebakaran lahan merupakan bencana yang kerap mendera wilayah Kabupaten Bandung.

Dari sisi alat pendukung kesiapsiagaan bencana, lanjut Tata, saat ini pihaknya telah menempatkan alat early warning system (EWS) di beberapa titik rawan bencana. Untuk EWS banjir, BPBD Kabupaten Bandung menempatkan di antaranya di Kecamatan Majalaya, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Selain memasang EWS, lanjut Tata, pihaknya pun memasang APCL dan APCH untuk memantau intensitas hujan.

“Sedangkan EWS untuk mendeeksi pergerakan tanah, kita simpan di Ciwidey dan Pasir Jambu. Untuk di Kecamatan Pangalengan dan Kertasari, EWS yang dipasang itu untuk gempa. Secara teknis alat EWS ini terhubung langsung ke Pusdalops BPBD Kabupaten Bandung. Jika ada indikasi akan terjadinya bencana, EWS ini akan memberikan laporan realtime kepada kita,” ucap dia.***

 

More Articles ...