logo2

ugm-logo

Hadapi Kerawanan Bencana, Tagana Sleman Tambah Personel

bencana alam

SLEMAN -- Guna menghadapi cuaca ekstrem yang menimbulkan kerawanan bencana, saat ini Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Sleman tengah menyiapkan penambahan personel.

Sekretaris Tagana Sleman, Nanang Heri Trianto, menyampaikan, penambahan personel tersebut dilakukan untuk mengimbangi jumlah bencana yang semakin banyak terjadi.

"Rencana penambahan personel tahun ini sebanyak 50 orang. Semuanya tersebar di berbagai desa," kata Nanang, Senin (1/2).

Menurutnya, saat ini jumlah personel Tagana mencapai 162 orang yang tersebar di 17 kecamatan. Nanang menjelaskan, setiap di desa pasti ada personel Tagana, minimal satu atau dua orang.

Sementara untuk wilayah rawan bencana, seperti di kawasan Lereng Merapi, jumlah personel Tagananya bisa mencapai lima sampai tujuh orang per desa.

Adapun wilayah prioritas satu bagi Tagana adalah daerah bantaran sungai yang berhulu di Merapi, seperti Kecamatan Ngemplak. Sebab, daerah tersebut cukup rawan terkena bencana banjir lahar dingin.

Wilayah prioritas dua adalah kawasan rawan angin kencang, seperti Tempel, Mlati, dan Moyudan. Sementara wilayah prioritas tiga adalah kawasan rawan longsor, yaitu Prambanan.

"Pada dasarnya seluruh wilayah di Sleman berpotensi terjadi bencana. Maka itu, kita harus siap siaga," ujarnya.

Guna mempersiapkan kesiagaan bencana, saat ini Tagana telah melakukan pendampingan pada desa-desa rawan bencana.

Di antaranya, pendampingan sosial, psikologis, dan siklus pergudangan kebencanaan. Selain itu, satuan yang berada di bawah kewenangan Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial (Disnakersos) ini tengah mengupayakan pengintegrasian kurikulum kebencanaan di sekolah-sekolah.

"Kami sudah tiga tahun menyelenggarakan Tagana Goes to School. Harapannya, kurikulum kesiapsiagaan bencana bisa masuk di lembaga pendidikan Sleman," tutur Nanang.

Adapun kendala yang dihadapi Tagana saat ini terletak pada masalah pendanaan. Di mana sumber keuangan untuk kegiatan Tagana masih berasal dari anggaran Disnakersos Sleman.

Artinya belum ada kemandirian secara kelembagaan. Namun, menurut Nanang, hal tersebut tidak menghambat kinerja Tagana dalam menangani bencana.

Di sisi lain, ia pun menilai, Disnakersos Sleman cukup tanggap dalam menyediakan fasilitas kebencanaan yang saat ini dikelola oleh Tagana, seperti angkutan tanggap bencana dan sekretariat Tagana.

Sementara itu, Kepala Disnakersos Sleman, Untoro Budiharjo, menyampaikan, Tagana merupakan unit satuan kebencanaan yang keberadaannya cukup penting mengingat wilayah bagian utara DIY ini memiliki kerawanan bencana yang lumayan tinggi.

Di antaranya longsor, angin kencang, dan banjir lahar dingin. "Selama ini kami sendiri berupaya untuk memfasilitasi keberadaan Tagana. Bukan kenapa-napa, sebab mereka memiliki peranan penting di lapangan saat bencana terjadi," tuturnya.

sumber: REPUBLIKA.CO.ID

RS UMM Fasilitasi Simulasi Bencana di RSI Aisyiyah

MUHAMMADIYAH Disaster Management Center (MDMC) bersama Rumah Sakit Islam (RSI) Aisyiyah menggelar simulasi penanggulangan bencana rumah sakit, Sabtu (30/1). Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui RS UMM bersama sejumlah stakeholders seperti Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kelurahan Kasin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Malang, kepolisian, dinas kesehatan, hingga pemadam kebakaran (Damkar) turut serta dalam kegiatan ini.

Wakil Direktur RS UMM, dr Thontowi Djauhari MKes saat ditemui di sela-sela pelaksanaan simulasi mengatakan, RS UMM memberikan bantuan satu unit ambulan dan dua tenaga perawat serta tim medis dari mahasiswa untuk menyukseskan simulasi ini. “Simulasi ini penting sehingga jika ada bencana nantinya antar rumah sakit bisa saling komunikasi,” ujarnya.

Selain kerjasama antar rumah sakit, kata Thontowi, simulasi ini juga untuk mensinergikan baik dengan masyarakat, pemerintah, dan stakeholders terkait untuk bersama-sama membantu jika ada bencara di rumah sakit.

Senada, Ketua MDMC PP Muhammadiyah, H Budi Setiawan menjelaskan, simulasi ini merupakan bentuk program bernama Kesiapsiagaan Rumah Sakit dan Kesiapan Masyarakat dalam Situasi Darurat dan Bencana atau Hospital Preparedness and Community Readiness for Emergency and Disaster (HPCRED).

“Kita bersama di sini ingin menguji dokumen Rencana Kedaruratan Bencana Rumah Sakit (RKB RS) dan Dokumen Rencana Aksi Komunitas (RAK) FPRB Kelurahan Kasin, sehingga tercipta dokumen RPBS yang teruji dan dipahami oleh stakeholders juga jajaran internal serta eksternal RSI Aisyiah,” kata Budi.

Sementara itu, perwakilan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia, Charless T Pellham mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang resiko bencananya sangat besar. “Kami harap dari kerjasama ini, dapat meningkatkan hubungan baik antara Indonesia dan Australia,” ucap Charless.

Sama halnya yang diucapkan Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ir Medi Herlianto. Ia menyebut, Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki indeks kebencanaan sangat tinggi. “Semua daerah di Pulau Jawa ini punya potensi bencana yang sama tingginya. Karena itu, simulasi ini penting untuk menurunkan resiko bencana tersebut,” katanya.

Dalam gelaran ini, RSI Aisyiah disimulasikan mengalami kebakaran di lantai tiga pada pukul 10.00 WIB. Pihak RS kemudian mengevakuasi pasien yang berada di lantai dua dan tiga untuk menuju lantai satu, kemudian pasien yang berada di lantai empat, lima, dan enam dievakuasi ke lantai tujuh atau lantai teratas gedung ini. Bersamaan dengan kebarakan di RSI Aisyiah, terdapat pula kasus kecelakaan yang harus dilarikan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Usai simulasi, kegiatan ini akan dievaluasi oleh perwakilan Pengendalian Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Pusdiklat BNPB, dan beberapa mitra MDMC PP Muhammadiyah. (zul/han)

More Articles ...