Jakarta (ANTARA) - Bencana, sesuatu yang sulit ditolak karena bisa terjadi kapan saja. Namun, sejumlah jenis bencana bisa diupayakan untuk dicegah, seperti kebakaran.
Selain itu, ada juga potensi bencana yang bisa dideteksi dengan menggunakan teknologi, seperti banjir dan tanah longsor. Tapi, ada pula bencana yang sulit diprediksi seperti gunung meletus (erupsi) dan gempa bumi.
Gempa bumi atau gempa tektonik sulit diprediksi terjadinya, meskipun kemajuan teknologi sudah bisa mendeteksi potensinya. Tetapi tetap sulit memprediksi kapan pastinya akan terjadi.
Memasuki musim hujan, sejumlah daerah sudah saling mengingatkan kepada masyarakat di wilayahnya agar waspada pada potensi banjir dan longsor.
Bencana kebakaran hutan dan lahan, juga kebakaran di wilayah pemukim, sesungguhnya bisa dicegah dengan selalu mengingatkan warga agar tidak abai atau selalu waspada.
Sementara banjir dan longsor kadang sulit menghindarinya karena daya dukung alam yang rusak dan pemerintah daerah serta masyarakat yang alpa untuk merestorasinya.
Banjir dan longsor acap terulang dan terkadang sampai menelan korban jiwa, harta dan benda serta rusaknya fasilitas umum.
Korban, bukan terdampak
Di ruang publik, kerugian yang ditimbulkan acap diperhalus dengan menggunakan istilah "dampak". Eufimisme itu secara psikis mungkin untuk mengurangi beban bagi korban bencana atau menyenangi pihak terkait bahwa tidak ada korban, tetapi hanya pihak yang terdampak.
Pada kondisi tertentu, bencana tidak dapat dihindari, terlebih banyak anggota masyarakat yang tinggal di lokasi bencana atau di daerah potensi bencana, seperti di daerah aliran sungai, di lereng dan punggung gunung, di atas tanah bergerak atau tak menyadari bahwa mereka tinggal di atas tanah labil atau likuefaksi.
Ahli Geologi, Dr.Eng.Imam Achmad Sadisun dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB menjelaskan fenomena likuefaksi secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan material yang padat (solid), dalam hal ini berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, yang akibat kejadian gempa, material tersebut seakan berubah karakternya seperti cairan (liquid).
Sebenarnya, likuefaksi hanya bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated). Air tersebut terdapat di antara pori-pori tanah dan membentuk apa yang seringkali dikenal sebagai tekanan air pori. Tanah yang berpotensi likuifaksi umumnya tersusun atas material yang didominasi oleh ukuran pasir.
Peristiwa likuefaksi yang fenomenal terjadi di Petobo, di Kecamatan Palu Selatan, Sulawesi Tengah, setelah gempa pada Jumat (28/9/2018) yang berkekuatan 7,4 padanskala Richter.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB saat itu Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers mengatakan sedikitnya 744 rumah di Petobo, Kecamatan Palu Selatan, tenggelam dalam lumpur.
Dalam kasus ini (likuefaksi) upaya mitigasi (mengurangi risiko bencana) sulit dilakukan, terlebih jika warga tidak paham bahwa mereka bermukim atau beraktivitas di atas tanah cair (liquid).
Letusan Lewotobi
Sementara pada kasus letusan (erupsi) Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin, 4 November 2024, yang menelan korban jiwa sembilan, kemudian dikabarkan menjadi 10 jiwa, itu di luar perkiraan banyak pihak.
Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat gunung tersebut erupsi pada Senin (4/11) pagi pukul 02.48 Wita dengan melontarkan pasir dan batu yang menjangkau pemukiman warga.
Sebelumnya sudah berulang dikabarkan kondisi Gunung Lewotobi dan semua pihak terkait, terutama warga diminta waspada dan selalu memantau peringatan dari lembaga yang berwenang.
Apa yang terjadi pada Gunung Lewotobi mengingatkan pada letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, khususnya di Desa (Kalurahan) Argomulyo, Kecamatan Caringin, Sleman, DIY, pada 26 Oktober hingga 5 November 2010.
Letusan Gunung Merapi pada 2010 itu mengakibatkan sekitar 3.000 rumah tersapu awan panas, lebih dari 3.000 ekor ternak mati, 398 jiwa meninggal dunia, dan lebih dari 800 orang kehilangan usahanya dan menyebabkan lumpuhnya perekonomian.
Warga Desa Argomulyo itu semula merasa aman karena jarak desa mereka dari puncak Merapi sekitar 15 kilometer.
Namun, pada malam naas itu, awan panas diikuti dengan hujan pasir dan batu dimuntahkan Merapi melebihi jarak aman yang semula ditetapkan 15 km dari puncaknya.
Mayat bergelimpangan. Mereka yang selamat mengalami luka bakar. Bangunan dan fasilitas hancur.
Dalam kondisi demikian, yang dapat memberi pertolongan pertama adalah masyarakat sendiri karena akses jalan dan akses komunikasi terputus, sebagaimana juga pernah terjadi pada ketika tsunami melanda Aceh.
Berharap pada Destana
Menyadari hal tersebut, Pemerintah membentuk Desa Tangguh Bencana dengan tujuan warga desa yang harus menolong sesama setelah kejadian bencana, baru kemudian pertolongan dari luar datang setelah akses terbuka.
Supriyono (61), relawan Destana Argomulyo yang sehari-hari petani, membenarkannya. Diakuinya, dahulu sebelum erupsi Merapi 2010, mereka warga desa hanyalah penonton.
Awal-awal erupsi, mereka justru mendekati Merapi ingin menyaksikan fenomena alam yang berbahaya, tetapi menarik perhatian.
Mereka mengabaikan peringatan yang disampaikan BMKG, juga tokoh spiritual Mbah Maridjan, hingga awan panas menggulung desa mereka.
Namun, kini, mereka adalah salah satu Desa Tangguh Bencana (Destana) terbaik saat ini. Tidak sekadar memiliki peralatan sederhana, seperti parang, sekop, cangkul, tetapi mereka dilengkapi dengan akses komunikasi yang bisa digunakan meski listrik mati.
Digambarkannya, sebegitu tingginya pengabdian relawan Destana Argomulyo sehingga warga meminta mereka menangani semua kasus bencana.
Kini penanganan bencana melebar, jika terjadi kecelakaan, hajatan, orang hilang, bahkan jika butuh darah PMI, warga meminta mereka yang menangani.
Pemerintah kini sudah membentuk ratusan Destana. Membentuk Destana itu mudah, tetapi menjadikannya tangguh tidak mudah.
Destana menurut BNPB, merupakan desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak yang merugikan.
Destana memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.
Relawan sejati
Destana Argomulyo acap menerima tamu dari berbagai provinsi, kabupaten, bahkan dari mancanegara, seperti dari Singapura atau Australia. Sebagian besar yang tidak ada pada mereka adalah sikap relawan sejati, yakni rela bekerja, berjuang menanggulangi, mengurangi risiko bencana dengan sepenuh hati tanpa mengharapkan apa-apa.
Partono, relawan Destana Argomulyo lainnya yang kehilangan tiga anggota keluarganya, relawan tidak mengharapkan pengakuan dari orang lain, cukup dari Gusti Allah. Relawan harus siap bekerja 24 jam tanpa digaji atau imbalan apapun.
Etos seperti ini yang tidak dimiliki banyak orang yang mengaku relawan, kata Supriyono. Dia diundang banyak pihak untuk mengedukasi relawan, tetapi ketika dipaparkan tentang sikap yang harus dimiliki, banyak yang mengatakan kondisi itu sedikit orang yang bisa.
Terlepas dari itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah merilis ajakan agar semua pihak di seluruh Indonesia bersiap menghadapi potensi curah hujan Januari - Desember 2025, yang sudah mulai pada November tahun ini.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa secara umum sepanjang tahun 2025 kondisi hujan lebih bersahabat.
Intensitas curah hujan berkisar antara 1.000 – 5.000 mm per tahun di sebagian besar wilayah Indonesia. Iklim tahun 2025 ini dianggap para ahli klimatologi dan geofisika BMKG sebagai kesempatan strategis bagi sentra pangan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, guna mendukung ketahanan pangan nasional.
Meski demikian, Dwikorita tetap mengingatkan semua pemangku kepentingan dan masyarakat melakukan upaya dini mencegah bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi selama periode musim hujan tersebut.
Meski cuaca lebih bersahabat, kewaspadaan tetap harus ditingkat karena di bawah langit, semua kemungkinan bisa terjadi.
Bencana di Kota Cimahi, 131 Rumah Rusak
BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi mencatat ada 131 unit rumah yang tersebar di sejumlah kelurahan rusak diterjang hujan deras disertai angin kencang pada Sabtu (10/11).
Selain kerusakan rumah kategori ringan, sedang hingga berat, cuaca ekstrem juga menyebabkan 27 pohon di sejumlah titik tumbang menutup akses jalan, fasilitas umum hingga tempat ibadah.
"Rusak ringan ada 109 rumah pada bagian atap. Kemudian rusak sedang 13 rumah karena atap, plafon dan sebagian dindingnya rusak. Lalu kategori berat ada 9 rumah, dengan atap, plafon, dinding dan struktur bangunan rusak," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi Fitriandy Kurniawan, Minggu (10/11).
Saking banyaknya kejadian, ia mengaku, petugas BPBD sampai saat ini masih menyisir pohon yang tumbang untuk dilakukan pembersihan, termasuk juga yang berada di jalan-jalan utama Cimahi.
"Pascadievakuasi, lalu lintas kembali lancar. Untuk yang lainnya, petugas masih menyisir pohon-pohon yang tumbang di akses jalan lingkungan," bebernya.
Bencana tersebut mengundang keprihatinan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin yang langsung meninjau beberapa titik terdampak. Pihaknya mendapat laporan bahwa telah terjadi tiga bencana yakni di Kota dan Kabupaten Cirebon dan Kota Cimahi. Namun yang terparah di Cimahi.
Didampingi Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi, Bey meninjau SDN Baros Mandiri 4 yang roboh pada bagian benteng karena tertimpa pohon. Setelah itu, mereka ke gudang logistik KPU untuk melihat surat suara yang rusak.
"KPU sudah melakukan penanganan secara prosedural, sudah dikeringkan (surat suara). Dari 2.000-an surat suara, tinggal 194 yang menurut KPU dan Bawaslu perlu diganti," kata Bey
Dia menyatakan, semua daerah di Jawa Barat diimbau mewaspadai potensi bencana hidrometerologi pada musim hujan kali ini. Pemprov Jabar sendiri telah menetapkan status siaga darurat bencana Hidrometeorologi.
"Kita minta semua daerah waspada, termasuk masyarakatnya. Status Siaga Darurat sudah kita terapkan dari Oktober 2024 sampai April 2025," ujarnya.
Sementara Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi mengaku, pihaknya telah menerjunkan instansi terkait untuk mengevakuasi pohon tumbang, termasuk memberikan bantuan bagi korban terdampak.
Terkait kebocoran gudang logistik KPU, Dicky menyatakan, kejadian itu diluar prediksi meski seluruh logistik pilkada serta surat suara di dalamnya sudah disimpan dengan rapi dan aman. Setelah diinventarisasi, hanya sedikit yang direkomendasikan untuk diganti dengan surat suara yang baru.
"Dua ribuan surat suara terkena air dan 20 kotak rusak. Tapi dari apa yang diakukan hari ini ternyata tinggal 194 yang bermasalah. Apakah layak dipakai atau tidak. Kalau tidak, kita minta penggantian," kata Dicky.
More Articles ...
- 27 bencana terjadi di Cimahi akibat hujan deras & angin, enam terluka
- Banjir dan Longsor Tewaskan Ratusan Orang di Nepal
- Hujan Lebat Picu Banjir Bandang-Longsor Tewaskan 170 Orang di Nepal
- Korban Tewas Akibat Banjir Besar di Nepal Terus Bertambah
- 170 warga tewas akibat bencana banjir dan tanah longsor di Nepal
- Antisipasi Dampak Megathrust, BPBD DKI Ingatkan Warga Barang Ini Harus Dibawa
- 700 Rumah Rusak, Pemkab Bandung Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi
- BPBD tingkatkan kesiapsiagaan siswa serta guru dalam penanganan bencana gempa bumi
- 350 Rumah Warga Terdampak Gempa di Garut, Pemkab Belum Tetapkan Status Tanggap Bencana
- Pemkab Bandung tetapkan status tanggap darurat bencana gempa bumi
- Jutaan Penduduk di Indo-China Berjuang Melawan Banjir, Ratusan Korban Tewas
- Penambangan Ilegal di Sungai Alolonggo Riung Marak. Warga Diminta Waspada Kerusakan Lingkungan Hidup dan Bahaya Banjir
- Topan Yagi Sudah Tewaskan 226 Orang di Vietnam, Lebih dari 100 Lainnya Hilang
- Fenomena Supermoon 18 September, BMKG Imbau Waspada Potensi Banjir di Pesisir Banten
- Banjir di Kabupaten Sanggau, 193 Kepala Keluarga Terdampak
- Banjir di Thailand Meluas hingga Ke-4 Provinsi, 22 Orang Tewas
- BRIN ungkap budaya siaga bencana ada di Indonesia sejak zaman nenek moyang
- Pentingnya Simulasi Bencana Gempa Megathrust yang Berpotensi Tsunami
- Korban Banjir Bandang Ternate: 18 Warga Tewas, 1 Orang dalam Pencarian
- Heboh Megathrust-BMKG Sebut Banyak Bencana Ancam RI
- Antisipasi Gempa Megathrust, Kota Ini Bentuk Kampung dan Sekolah Tangguh Bencana
- Banjir Kepung Kabupaten Aceh Jaya
- BMKG ingatkan potensi banjir di pesisir wilayah Kepri
- Banjir di Yaman memaksa lebih dari 12 ribu keluarga di Marib mengungsi
- Tim Mahasiswa UGM Kaji Efektivitas Tanggul Long Storage untuk Mitigasi Banjir Rob
- Dua Desa di Aceh Jaya Dikepung Banjir
- PBB: Ratusan Ribu Orang Terdampak Banjir di Afrika Tengah dan Barat
- Bentuk Mitigasi Bencana ala Jepang, Selamatkan Ribuan Jiwa
- BMKG Ungkap Prediksi Gempa Megathrust Nankai di Jepang Selatan dan Upaya Mitigasi di Indonesia
- Palung Nankai, Megathrust yang Hantui Jepang dengan "Gempa Kembar"
- Gempa Megathrust Menghantui, Warga Jepang Dilanda Aksi Panic Buying
- Khawatir Terjadi Gempa Besar di Jepang, Ribuan Orang Batalkan Perjalanan
- Mungkinkah Gempa Megathrust Jepang 'Menular' ke Indonesia?
- Gempa Jepang begitu dahsyat, tapi mengapa jumlah korban terbilang minim?
- Tiongkok Evakuasi Puluhan Ribu Orang, Ini Penyebabnya
- Ribuan Warga Terdampak Bencana Banjir di Singkil
- Banjir Rendam Ratusan Rumah di Empat Kecamatan Tapanuli Tengah
- BNPB pastikan penanganan banjir-longsor di Balikpapan cepat teratasi
- Jumlah korban tewas akibat hujan di Sudan bertambah jadi 53 orang
- BPBD Beberkan Penyebab Krueng Kala Sering Meluap setiap Tahun
- Korut akan Pindahkan Ribuan Korban Banjir ke Ibu Kota Pyongyang
- Analisis BMKG soal Gempa Kuat Jepang: Tak Berpotensi Tsunami di Indonesia
- Gempa berkekuatan 7,1 guncang Jepang, picu peringatan tsunami
- 5 Fakta Gempa Kuat di Jepang Picu Peringatan Tsunami
- Korban Tewas Bencana Longsor Maut di India Tercatat 215 Jiwa, 206 Orang Masih Hilang
- Bencana Longsor India, Ratusan Orang Tewas
- Bencana Ekologis Terjadi: WALHI Maluku Utara Meminta Aktivitas Pertambangan di Lokasi Banjir Dihentikan
- Topan Gaemi Landa China setelah Banjiri Taiwan
- Topan Gaemi Terjang Pesisir Pantai China, Banjir Besar Ancam Tiongkok
- BNPB Siapkan Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Dingin Gunung Ibu
- Banjir Bandang hingga Longsor Landa Vietnam Utara, 7 Orang Tewas
- BNPB mulai survei pemasangan EWS banjir lahar dingin Gunung Ibu
- 92 Titik Banjir Hantui Warga Kabupaten Tangerang
- 112 Kota Banjir Rob, Pekalongan hingga Demak Lebih Buruk dari Jakarta
- Banjir Landa Kawasan Industri Nikel Weda, Walhi: Aktivitas Tambang Jadi Penyebabnya
- ‘Tiga hari minum air hujan’ – Banjir bandang melanda Halmahera Tengah, murni akibat cuaca atau aktivitas pertambangan nikel?
- Provinsi Kalbar Tetapkan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Asap Akibat Karhutla
- 30 daerah di Jateng tetapkan siaga darurat bencana
- Kabupaten Malang Siaga Darurat Bencana Kekeringan! 20 Desa Terancam Kekurangan Air
- Pasca Banjir, Inilah Penyakit Rentan dan Cara Mengatasinya
- Pasca Banjir, Inilah Penyakit Rentan dan Cara Mengatasinya
- Banjir di Kabupaten Luwu Telah Surut
- Warga Pengungsi Banjir Danau Limboto Mulai Alami Gatal-Gatal & Demam, 1 Orang Gejala Demam Berdarah
- Jumlah korban tewas akibat badai dan banjir di Afghanistan meningkat
- 3.265 Warga Tembagapura Terdampak Banjir
- Normalisasi sungai di Luwu Utara butuh disegerakan untuk cegah banjir
- Banjir Rendam 4 Kecamatan di Luwu Utara Sulawesi Selatan
- 44 Sekolah di Kabupaten Gorontalo Terdampak Banjir, Siswa Masih Diliburkan
- BNPB Menjamin Kebutuhan Pengungsi Banjir Gorontalo
- Pemkab Gunungkidul Tetapkan Siaga Bencana Kekeringan, 1.000 Tangki Air Bersih Siap Disalurkan
- 11 Kecamatan di Gorontalo Banjir Parah, Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Bencana
- Banjir Melanda Hunggaluwa-Bolihuangga Terparah Selama 24 Tahun
- Banjir dan Longsor Gorontalo, Sejumlah Infrastruktur Publik Rusak
- Badan Geologi: Hari Ini Setidaknya Ada 28 Kali Guguran Lava Pijar dari Gunung Semeru
- Gunung Semeru 26 Kali Meletus, Muntahkan Lava Pijar Sejauh 2.500 Meter
- Usai Gempa di Padang Panjang, Gunung Marapi Meletus 3 Kali
- Gunung Lewotobi Laki-Laki Meletus Lagi, Waspada Banjir Lahar
- Gunung Lewotobi Meletus 2 Kali Disertai Gemuruh Kuat Selasa Pagi Ini
- Gunung Lewotobi Meletus 2 Kali Disertai Gemuruh Kuat Selasa Pagi Ini
- Indeks Risiko Bencana tertinggi Sulsel ada di Kabupaten Luwu
- Longsor Maut di Tetangga RI, 2.000 Orang Lebih Terkubur Hidup-Hidup
- Jembatan di Papua Nugini Runtuh, Evakuasi Korban Longsor Kian Sulit
- BMKG Sumbar Akan Pasang 23 Titik Sistem Peringatan Dini Bencana Lahar Dingin
- World Water Forum 2024 Menyerukan sistem peringatan dini bencana di World Water Forum ke-10
- Mitigasi dan Kesiapsiagaan Hadapi Bencana, BPBD DIY Perkuat Kaltana dan Libatkan LSM
- BMKG Rekomendasi Modifikasi Cuaca di Sumbar Kurangi Potensi Bencana
- Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sumatra Barat Bertambah Jadi 37 Orang
- Memahami Aktivitas Gunung Ruang: Bahaya Tsunami, Erupsi Dahsyat, dan Prediksi 2036
- Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate
- Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi Hari Ini, Tinggi Letusan Capai 100 Meter
- Gunung Semeru Alami Erupsi Malam Ini, Tinggi Kolom Letusan Capai 800 Meter
- Antisipasi Letusan Lebih Besar, 5.000 Korban Erupsi Gunung Ruang Dilarang Tinggalkan Pengungsian
- Gunung Ile Lewotolok Erupsi, Selama 4 Jam Terjadi 65 Kali Letusan
- Prediksi Letusan Gunung Ruang jika Melihat Sejarahnya
- Aktivitas Gunung Ruang Masih Tinggi
- Pos PGA ajak warga jauhi radius lima kilometer dari kawah Gunung Ruang
- Relokasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Masih Proses Perhitungan
- Gunung Ruang Naik Status Awas, Gunung Marapi dan Semeru Waspada
- Patut Waspada, Gunung Ruang Miliki Karakter Erupsi Cepat hanya Hitungan Jam
- KRI Kakap-811 evakuasi 488 warga terdampak erupsi Gunung Ruang