logo2

ugm-logo

MPR: Pemerintah harus aktif melakukan mitigasi bencana alam

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Lestari Moerdijat mengatakan pemerintah harus melakukan langkah mitigasi bencana demi menghindari adanya korban jiwa.

"Beberapa waktu lalu pascapesta demokrasi terjadi sejumlah bencana di berbagai wilayah Indonesia. Kondisi itu harus diwaspadai dan disikapi dengan langkah-langkah yang tepat," kata dia dalam keterangan pers yang diterima ANTARA, Rabu.

Pernyataan Lestari pun merujuk kepada beberapa peristiwa bencana alam yang terjadi belakangan ini. Salah satunya peristiwa angin puting beliung yang terjadi di kawasan Bandung, Jawa Barat.

Menurut Lestari, bencana alam kekinian sangat mudah terjadi lantaran cuaca ekstrim yang sering melanda beberapa wilayah.

Selain itu, kata dia, perubahan iklim juga berpotensi memicu terjadinya bencana alam seperti banjir bandang karena curah hujan tinggi ataupun angin puting beliung.

"Hal tersebut dapat pun dapat memicu bencana alam lain salah satunya yakni tanah longsor," ujarnya.

Oleh karena itu, Lestari menekankan pentingnya mensosialisasi langkah mitigasi itu guna pencegahan bencana.

Lestari mengatakan mitigasi itu meliputi pencegahan bencana hingga panduan langkah yang harus dilakukan masyarakat agar bisa menyelamatkan diri.

Di saat yang sama, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Laksmi Dhewanthi mengatakan bahwa bencana alam yang terjadi belakangan disebabkan oleh cuaca ekstrim.

Karena hal tersebut, pihaknya berupaya membangun kampung iklim dan komunitas iklim di 7.000 lokasi di Indonesia.

Di kampung iklim tersebut, kata dia, masyarakat bisa mendapatkan edukasi soal langkah mitigasi bencana.

Pihaknya juga aktif melakukan sosialisasi mitigasi bencana lewat media massa dan media sosial.

Dengan upaya tersebut, dia berharap masyarakat bisa teredukasi dengan baik, sehingga angka korban jiwa karena bencana alam bisa ditekan.

Peningkatan kapasitas warga kunci perkecil dampak bencana di Kotim

Jakarta (ANTARA) - Peningkatan kapasitas warga mengenai kondisi kebencanaan dinilai menjadi kunci untuk memperkecil dampak bencana hidrometeorologi yang menahun terjadi di pesisir Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Multazam mengungkapkan hal tersebut dalam siaran daring bertajuk “Teropong Bencana” Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Menurut Multazam, peningkatan kapasitas yang dimaksud dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan pendampingan, dan pendidikan literasi seputar situasi kebencanaan kepada warga.

Pihaknya menilai hal tersebut menjadi penting sebab sebagian besar warga di pesisir Kotim memilih tinggal dan bermukim di seputar bantaran sungai dan bertahan saat terjadi banjir.

Bahkan, ia menyebutkan, warga terus menolak untuk direlokasi ke tempat dataran jauh dari sungai, meski sudah dibangunkan rumah yang layak dari Dinas Sosial setempat.

Ia pun mencontohkan kondisi ini seperti yang terjadi Desa Hanjalipan, Kecamatan Kota Besi dan tujuh desa lainnya yang berada di Kecamatan Cempaga Hulu, Cempaga, Tualan Hulu.

“Warga setempat menolak direlokasi karena ada budaya atau nilai sosiologis yang melekat berkaitan dengan livehood mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Karena tidak ada titik temu maka kalau begini kapasitas mereka harus ditingkatkan sehingga risiko mengecil,” ujarnya.

Pusdalops BPBD mencatat hampir setiap tahun ketika hujan deras dan ditambah pasang surut tujuh kecamatan tersebut pasti akan terdampak banjir atas luapan Sungai Mentaya.

Data terbaru pada Minggu (25/2), banjir setinggi 2 meter lebih menggenangi ratusan rumah, gedung sekolah, hingga tempat ibadah dari delapan desa di tujuh kecamatan itu.

Kemudian dilaporkan tim Pusdalops BPBD, dari 1.816 orang warga yang terdampak banjir, sebanyak 61 orang yang berhasil dievakuasi selebihnya tertahan di rumah.

“Tim kami terus berusaha meski mengalami kesulitan karena harus estafet dari darat, kemudian menggunakan perahu karet menyusuri setiap lokasi banjir,” ujar Multazam.

Terlepas dari itu, ia memastikan hingga saat ini timnya masih bersiaga di lokasi kejadian untuk memastikan keselamatan dan kesehatan para korban terlebih hingga hari ini banjir masih menggenangi wilayah itu.

More Articles ...