logo2

ugm-logo

Waspada! 34 Desa dan 8 Kecamatan di Jombang Masuk Kategori Rawan Bencana

JOMBANG – Sebanyak 34 desa dari delapan kecamatan di Jombang masuk rawan bencana kategori tinggi. Memasuki musim penghujan ini warga diminta lebih meningkatkan kewaspadaan.

”Kategori rawan bencana kita bagi menjadi tiga, yakni kategori tinggi, sedang dan rendah,’’ ujar Kepala BPBD Jombang Bambang Dwijo Pranowo, kemarin (24/10).

Dijelaskan, ada 34 desa yang masuk rawan bencana ketegori tinggi. Seluruh desa itu tersebar di delapan kecamatan yang meliputi Wonosalam, Bareng, Mojoagung, Mojowarno, Sumobito, Kabuh, Plandaan dan Ngusikan. Potensi bencana di 34 desa itu juga beragam mulai banjir, angin kencang, banjir luapan, longsor dan kebakaran. ”Karena Jombang termasuk kategori dengan bencana yang beragam,’’ tambahnya.

Sedangkan, ada 70 desa yang masuk rawan bencana kategori sedang. Rawan bencana kategori sedang ini juga tersebar di sejumlah kecamatan. Sisanya, seluruh desa di 304 desa/kelurahan masuk rawan bencana kategori rendah. ”Karena pada dasarnya, semua desa masuk rawan bencana,’’ jelas dia.

Ia mengaku telah menyiapkan beberapa antisipasi. Misalnya, dari segi kesiapan personel, peralatan dan lain-lain. Selain itu, ada pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas yang sudah ditingkatkan. ”Yakni melalui desa tangguh bencana di 29 desa, dan rumah sakit tanggap bencana,’’ tandasnya.

Tahun ini saja ia mencatat ada 100 lebih kejadian bencana yang terjadi di berbagai wilayah. Bentuknya beragam mulai banjir, kebakaran, longsor, angin kencang dan lain-lain. ”Namun paling banyak banjir luapan yang terjadi di beberapa titik,’’ pungkas Bambang.

Sementara itu, Bupati Mundjidah Wahab menyampaikan kesiapan personel dalam menghadapi potensi bencana telah dilakukan. Akibat cuaca yang tidak menentu, tidak menutup kemungkinan terjadi cuaca ekstrim yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi. “Sehingga semua pihak harus meningkatkan kesiapsiagaan baik personel, individu maupun sumberdaya dan peralatan yang dimiliki,’’ ujarnya.

Ia menganggap perlu ada sosialisasi kepada masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan dini di musim penghujan. Sosialisasi ini terkait pemahaman tentang kesiapsiagaan bencana pada setiap kegiatan. “Harus disampaikan ke masyarakat, agar mereka mengetahui, waspada dan tanggap  bencana alam,’’ pungkas Mundjidah. (ang/bin/riz)

BNPB: 7 Orang Meninggal Akibat Bencana Hidrometeorologi dalam Sepekan

 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat tujuh orang meninggal dunia, akibat terjangan bencana hidrometeorologi basah di Indonesia selama pekan 17-23 Oktober 2022. 

"Kita mencatat lagi, tujuh meninggal dunia. Minggu lalu 13 meninggal dunia, dan minggu sebelumnya 10 meninggal dunia," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin (24/10/2022).

Abdul mengatakan bertambahnya korban jiwa dalam peristiwa bencana di Indonesia harus menjadi perhatian, khususnya pada bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.

"Seharusnya bisa kita tekan dari sisi korban jiwa meninggal dunia," ujar Abdul.

Di sisi lain, kejadian bencana di 20 provinsi dan 59 kabupaten/kota yang terjadi selama sepekan tidak menyebabkan peningkatan jumlah warga yang mengungsi dan terdampak.

Abdul menjelaskan pada minggu sebelumnya, warga mengungsi dan terdampak mencapai 146 ribu jiwa, pada minggu tersebut tercatat 104.000 jiwa.

"Tapi tetap saja kemudian kita belum bisa mengoptimalkan dan meminimalkan potensi korban meninggal dunia. Ini menjadi catatan kami," ujar Abdul.

Disebutkan dalam pekan tersebut bencana hidrometeorologi basah terjadi cukup intens di Sumatra, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, pesisir selatan Jawa, dan Jawa Tengah.

Dalam sepekan tersebut, telah terjadi 74 kali bencana di seluruh Indonesia, mulai bencana hidrometeorologi basah, kering, hingga geologi. Abdul, mengutip pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan agar pemerintah dan masyarakat siap pada alat, perangkat, personil untuk menghadapi segala kemungkinan bencana.

Sebab memasuki bulan November, intensitas hujan akan semakin tinggi menuju musim puncaknya pada bulan Januari Februari. Di saat tersebut, Abdul mengimbau kesiapsiagaan tanah longsor, cuaca ekstrem, dan juga banjir.

More Articles ...