logo2

ugm-logo

Pakar: Mitigasi banjir perlu berfokus pada faktor dominan

Jakarta (ANTARA) - Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Yanto, Ph.D mengatakan program mitigasi banjir perlu berfokus pada faktor dominan penyebab terjadinya bencana.

"Mitigasi perlu berfokus pada faktor dominan penyebab banjir agar tepat sasaran," kata dia dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Dosen Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Sipil Unsoed Purwokerto tersebut menjelaskan persoalan banjir selalu melibatkan dua wilayah yakni wilayah hulu yang merupakan sumber air dan wilayah hilir sebagai penerima.

"Faktor dominan tiap-tiap wilayah bersifat unik. Di sebagian wilayah, faktor hulu lebih dominan dan di sebagian yang lain faktor hilir lebih dominan," katanya.

Kendati demikian, jika bencana banjir pada suatu wilayah cukup sering terjadi, kemungkinan besar penyebabnya adalah kombinasi faktor hulu dan hilir.

"Baik pada wilayah hulu maupun hilir, masalah penyebab banjir dapat berasal dari karakteristik alam maupun campur tangan manusia," katanya.

Dia menyebutkan bentuk daerah aliran sungai (DAS), perubahan kemiringan lahan dari hulu ke hilir, kerapatan jaringan sungai adalah contoh faktor alam yang memengaruhi besarnya banjir.

"Sementara perubahan tata guna lahan, metode pengolahan lahan, jenis tanaman pelindung merupakan contoh campur tangan manusia," katanya.

Meskipun mitigasi yang berfokus pada faktor dominan penyebab banjir akan memberikan solusi yang lebih hemat, kata dia, mempersiapkan upaya mitigasi banjir dari hulu ke hilir akan memberikan solusi yang lebih menyeluruh.

"Mitigasi banjir yang komprehensif sangat diperlukan guna memberikan solusi yang dibutuhkan dengan tingkat risiko yang lebih kecil," katanya.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya mencegah bencana banjir dengan melakukan optimalisasi pada sistem drainase.

Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Letjen TNI (Purn) Sudirman mengatakan optimalisasi sistem drainase dan tata air serta sistem peresapan dan tampungan air dapat mencegah terjadinya banjir dan longsor.

Khofifah: Mitigasi Bencana Harus Dilakukan Secara Komprehensif

Pacitanku.com, SUDIMORO – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta semua pihak untuk melakukan upaya mitigasi secara komprehensif menyikapi kejadian bencana alam yang terjadi, utama yang terjadi belakangan ini di sejumlah daerah, termasuk Pacitan.

Hal itu disampaikan perempuan yang akrab disapa Khofifah ini saat meninjau rumah terdampak bencana di Kecamatan Sudimoro pada Jumat (28/10/2022).

“Kalau ini sepertinya wilayah pansela dari mulai Jabar, Jateng kemudian ke Jatim ini sepertinya ada fenomena pergerakan tanah, maka masing-masing harus melakukan mitigasi secara komprehensif, masyarakat komunitasnya, kemudian kami Pemkab dan Pemprov bersama-sama,”katanya.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan fenomena bencana alam yang terjadi utamanya pergerakan tanah ini memang membutuhkan salah satu solusi, yakni upaya relokasi yang bisa dilakukan pemerintahnya.

“Maka salah satu solusi untuk bisa bisa memberikan hunian yang aman ya asal masyarakatnya setuju jalannya ada bisa disiapkan untuk relokasi,”kata Gubernur perempuan pertama di Jatim ini.

Rencana relokasi itu, kata Khofifah, juga setidaknya juga diupayakan di sejumlah Kabupaten di Jatim lainnya terdampak bencana, seperti Trenggalek dan Blitar.

“Di Trenggalek sudah fixed (relokasi), masyarakat dan Kades memang semua siap direlokasi, kebetulan ada lahan Pemprov di desa yang sama, yakni Desa Jumurung, Kecamatan Bandengan, untuk awal November Insyaallah udah mulai melakukan groundbreaking renovasi 51 KK,”papar Khofifah.

Khofifah mengatakan di Kabupaten Trenggalek juga sudah berkomunikasi dengan 51 KK tersebut memberitahukan terkait rencana relokasi rumah terdampak bencana tersebut.

“Ini sudah kita lakukan di trenggalek awal November grounbreaking untuk 51 Kepala Keluarga (KK), mereka sudah sepakat relokasi, saya sudah kulonuwun kemasyarakat sekitar yang akan punya relokasi, bahwa akan punya tetangga baru,”tandas mantan Menteri Sosial ini.

Selain di Trenggalek, upaya relokasi juga direncanakan akan dilakukan di Blitar.

“Tadi malam di Blitar ada 75 KK yang rumahnya sudah mulai retak, kemudian tanahnya mulai retak dan bergeak jadi opsinya juga relokasi,”ujarnya.

Sema halnya di Pacitan, jika masyarakat berkenan dirinya juga membuka opsi relokasi untuk puluhan rumah warga di tiga desa terdampak, yakni Desa Ketanggung, Desa Sukorejo dan Desa Karangmulyo.

“Disini (Pacitan), kita juga melihat (rumah) yang sudah mengalami keretakan tanah atau pergerakan area ini untuk relokasi jika masyarakat nya memang berkenan,”kata Khofifah.

Saat berkunjung dan melihat dampak bencana di Sudimoro, Khofifah yang mendarat menggunakan helikopter di lapangan Sukorejo didampingi Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, Sekda Pacitan Heru Wiwoho Supardi Putra dan Camat Sudimoro Khemal Pandu Pratikna meninjau calon tempat relokasi korban terdampak bencana di Desa Sukorejo.

Selain di Desa Sukorejo, Gubernur bersama rombongan juga melihat langsung rumah warga yang retak di Desa Ketanggung serta memberikan paket kebutuhan pokok bagi warga terdampak.

More Articles ...