logo2

ugm-logo

BNPB: Bencana di Indonesia didominasi banjir pada Januari-Oktober 2022

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan kejadian bencana di Indonesia didominasi banjir pada periode 1 Januari hingga 29 Oktober 2022, yakni sebanyak 1.238 peristiwa.

Berdasarkan data yang diterima ANTARA dari BNPB di Jakarta, Sabtu, tercatat sebanyak 3.027 jumlah kejadian bencana terjadi di Tanah Air, yang meliputi banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi erupsi gunung api, dan kekeringan.

Sebanyak 3.027 kejadian bencana itu terdiri dari 1.238 peristiwa banjir terjadi di Indonesia, cuaca ekstrem sebanyak 931 kejadian, tanah longsor sebanyak 562 peristiwa, karhutla sebanyak 248 kejadian.

Kemudian, gelombang pasang dan abrasi sebanyak 22 peristiwa, gempa bumi erupsi gunung api sebanyak 22 kejadian dan kekeringan sebanyak empat peristiwa.

Akibat bencana tersebut, 198 orang meninggal, 31 orang hilang, 832 luka-luka dan 3.903.947 orang menderita dan mengungsi.


Bencana-bencana tersebut menyebabkan sebanyak 32.707 rumah rusak yang terdiri dari 5.342 rumah rusak berat, 5.688 rumah rusak sedang, dan 21.677 rumah rusak ringan.

Kemudian, sebanyak 917 fasilitas rusak yang terdiri dari 520 fasilitas pendidikan, 321 fasilitas peribadatan, dan 76 fasilitas kesehatan. Selain itu, sebanyak 140 kantor dan 270 jembatan rusak.

Sebelumnya, BNPB mengimbau kewaspadaan akan banjir di sejumlah daerah di Indonesia hingga awal Oktober 2022.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing di Jakarta, Selasa (27/9), menyebut saat ini menurut prakiraan cuaca September Dasarian III yang masih berlangsung, wilayah Kalimantan Barat bagian barat, Kalimantan tengah bagian selatan dan Jawa Barat diperlukan kewaspadaan.

Namun memasuki Oktober Dasarian I secara umum curah hujan tidak terlalu signifikan, kecuali Papua di bagian tengah, salah satunya di wilayah Timika, yang diperlukan kewaspadaan.

Abdul mengimbau masyarakat di wilayah tersebut untuk waspada terhadap kemungkinan banjir bandang dan tanah longsor. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, Papua sering dilanda banjir dan longsor, seperti yang paling signifikan terjadi di Sentani, Kabupaten Jayapura pada tahun 2019.

"Jadi ini masyarakat di Papua bagian tengah harus waspada, karena peningkatan intensitas curah hujan di minggu pertama bulan Oktober," ujar Abdul.

Selain itu Abdul juga mengimbau kewaspadaan untuk wilayah Kalimantan, khususnya sepanjang hulu aliran Sungai Kapuas. Jika hulunya terdampak banjir, maka dapat berpotensi banjir di wilayah Katingan hingga Pontianak.

Gubernur Koster Respons Tudingan Banjir Bali Akibat Alih Fungsi Lahan

Denpasar, CNN Indonesia -- Gubernur Bali, Wayan Koster merespons soal dua rencana proyek--pembangunan Terminal LNG di Sanur dan Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk--yang alih fungsi lahannya disorot terkait bencana banjir di sejumlah wilayah itu baru-baru ini.

Koster menilai setiap pembangunan pasti memakan lahan, termasuk pula persawahan. Namun, katanya, itu pun sudah diperhitungkan dan tak menggunakan banyak area,

"Pembangunan pasti ada dikenakan, tapi sawahnya cuman tidak banyak, 200 hektare kalau tidak salah," kata Koster di Denpasar, Bali, Jumat (21/10).

Di satu sisi, Koster menyatakan lewat pembangunan itu wilayah Bali akan berdampak ekonomi yang naik berkali-kali lipat.

"Tapi kan nilai ekonomi seluruh kawasan itu, kan naik sekian kali lipat," katanya.

Kemudian, saat ditanya apakah pembangunan tersebut dipastikan tidak akan berdampak ke depannya terhadap kondisi lingkungan di Bali, Koster menjawab, "Tidak, ini kan sudah diperhitungkan sudah ada amdal-nya. Dan wilayah itu, bukan wilayah uluh, ini kan wilayah melintang, beda kalau pembangunan itu dilakukannya di hulu, itu bisa berbahaya."

Sebelumnya diberitakan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali menyoroti bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Pulau Bali, terutama di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Jembrana. Mereka menilai bencana itu merupakan akibat dari alih fungsi lahan yang terjadi di Pulau Dewata.

"Jadi, adanya bencana akhir-akhir ini yang sangat besar menimpa Jembrana dan Karangasem itu. Menurut hemat kami ditengarai ahli fungsi lahan yang signifikan, yang disebabkan oleh salah satunya adalah pembangunan infrastruktur yang atraktif terhadap lingkungan," kata Direktur Eksekutif Walhi Bali Made Krisna Dinata alias Bokis di Denpasar, Selasa (18/10).

Menurutnya, alih fungsi lahan jelas menjadi salah satu penyebab dominan terjadinya bencana akibat intensitas hujan yang tinggi, seperti banjir dan longsor. Hal itu menunjukkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Bali sangat kurang. Selain itu, sedikitnya vegetasi di dataran tinggi atau lahan curam juga turut menjadi penyebab.

More Articles ...