Relawan FKKMK UGM yang sudah bertugas di Sulawesi Barat, Apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid juga melaporkan beban luar biasa sektor kesehatan dalam bencana kali ini.

Relawan FKKMK UGM yang sudah bertugas di Sulawesi Barat, Apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid juga melaporkan beban luar biasa sektor kesehatan dalam bencana kali ini.
“Kemarin saya sempat berkeliling juga ke Puskesmas-Puskesmas terdampak, terutama yang di Mamuju. Memang bencana kali ini sungguh sangat berbeda sekali, karena kita selain meresponnya juga harus mematuhi protokol kesehatan,” kata Gde.
Di bencana sebelumnya, pengungsian biasanya dikoordinir untuk mempermudah penanganan. Kali ini, kata Gde pengungsian tersebar dalam begitu banyak titik. Tersebarnya korban gempa semacam ini sangat menyulitkan tenaga kesehatan dari Puskesmas yang harus terus berkeliling. Gde menceritakan, banyak pengungsian diisi oleh satu keluarga besar yang telah memahami satu sama lain, bahwa mereka aman dari resiko Covid-19. Penolakan sering dilakukan jika ada korban lain yang diketahui memiliki mobilitas tinggi sebelumnya.
“Kita agak kesulitan dalam membantu tenaga Puskesmas untuk melakukan skrining ke populasi terdampak. Itulah kenapa, kita membutuhkan lebih banyak lagi tim-tim EMP mobile tipe satu untuk di lapangan,” kata Gde.
EMT yang disebut Gde adalah emergency medical team. Secara global, EMT dikelompokkan dalam 4 tipe, yaitu EMT tipe 1 (outpatient emergency care), EMT tipe 2 (inpatient surgical emergency care), EMT tipe 3 (inpatient referral care) dan additional specialized care team. Sedangkan istilah mobile yang disebut Gde bermakna, tim ini harus mencari, menemukan dan melayani korban, karena mereka tidak bisa mengakses fasilitas kesehatan. Mobile team bekerja di luar fasilitas kesehatan.
“Tim EMP tidak datang ke pos pengungsian besar, kemudian ada banyak pasien. Tetapi harus menyisir, ini akan membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit,” lanjut Gde.
Khusus di Sulawesi Barat ini, kata Gde, tim kesehatan juga membuat sub klaster khusus, yaitu sub klaster ambulans. Petugas ambulans akan melakukan skrining awal bagi pasien korban gempa, sebelum diantar menuju layanan kesehatan yang sesuai. Langkah ini sangat penting untuk memisahkan pasien terindikasi Covid-19 dan tidak, sehingga mereka bisa menerima layanan yang sesuai. [ns/ab]
sumber: VOA
PALU, MERCUSUAR – Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), bersama Tim Gabungan Peduli Sulbar, berangkat mengunjungi Sulawesi Barat untuk menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak bencana gempa bumi di wilayah Majene dan Mamuju, 28 Januari 2021 lalu.
Bersama Tim Gabungan Peduli Sulbar yang terdiri dari Pokja Bencana FKM Untad, Indah Komoditi Cloud, YCMHE, Tupogpala, Forum Peduli Sosial, ICI Palu, dan UKM STIK IJ Palu, Persakmi Sulteng bersama-sama melakukan aksi sosial untuk menjadi relawan dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan di Sulawesi Barat.
Ketua Persakmi Sulteng, Dr. Muh Ryman Napirah, S.KM., M.Kes. kepada Mercusuar menyebut, bantuan yang diberikan berupa paket sembako, berbagai kelengkapan hygiene perorangan, dan perlengkapan ibu dan balita.
“Kami harapkan dapat sedikit meringankan beban saudara kita yang terdampak bencana. Apresiasi dan terima kasih banyak kepada semua tim yang terlibat,” ujarnya.
Dr. Ryman yang juga merupakan Ketua Pokja Bencana FKM Untad turut berkoordinasi bersama Tim Relawan Pokja Bencana FKM Untad yang telah beraktivitas sebelumnya dalam melakukan respon kesehatan di Sulbar sejak 16 Januari 2021.
“Apresiasi sebesar-besarnya kepada teman-teman relawan mahasiswa FKM Untad yang dipimpin oleh Wakil Dekan Bidang Akademik FKM Untad, yang berjuang di lapangan dalam membantu saudara kita yang membutuhkan, sejak awal terjadinya gempa hingga saat ini, di mana Pokja Bencana FKM Untad bersama tim relawan dari FK-KMK UGM dan stakeholder lainnya, berkolaborasi dalam melakukan berbagai langkah penanggulangan bencana. Untuk saat ini fokus tim relawan pada penyuluhan kesehatan masyarakat di beberapa Puskesmas di Sulbar, setelah sebelumnya mendampingi Dinkes Kabupaten Mamuju dan Majene dalam mengaktifkan klaster kesehatan,” tandasnya.
Dr. Ryman juga mengharapkan agar aksi yang dilakukan tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat Sulbar. Dirinya berharap aspek kesehatan masyarakat menjadi perhatian penting oleh pemerintah Sulbar pasca bencana.
“Semoga cobaan ini segera berlalu, Sulbar kuat, Sulbar bangkit,” tutupnya. CLG