logo2

ugm-logo

Blog

Bisakah Jakarta Bebas Banjir ?

Jakarta, kota metropolitan yang tak pernah tidur, seringkali harus berhadapan dengan banjir, terutama saat musim hujan tiba. Banjir bukan hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga menimbulkan kerugian materi dan bahkan mengancam keselamatan jiwa. Namun, sebenarnya banjir di Jakarta bisa dikurangi dampaknya jika kita semua bekerja sama dan mengambil langkah-langkah yang tepat. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mitigasi banjir di Jakarta, disajikan dalam narasi yang mudah dipahami.

Memperbaiki Sistem Drainase: Membersihkan dan Merawat Sungai

Salah satu penyebab utama banjir di Jakarta adalah sistem drainase yang tidak optimal. Sungai-sungai yang seharusnya menjadi saluran air justru sering tersumbat oleh sampah dan sedimentasi. Oleh karena itu, normalisasi sungai—yaitu membersihkan dan memperdalam sungai—perlu dilakukan secara berkala. Selain itu, pembangunan kanal banjir seperti Kanal Banjir Timur dan Barat juga membantu mengalirkan air lebih cepat ke laut. Tentu saja, ini harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai.

Meningkatkan Resapan Air: Hijaukan Jakarta

Jakarta butuh lebih banyak ruang terbuka hijau. Taman-taman kota, hutan kota, dan area hijau lainnya bukan hanya membuat kota lebih indah, tetapi juga membantu menyerap air hujan ke dalam tanah. Selain itu, pembangunan sumur resapan dan penerapan teknologi biopori di rumah-rumah warga bisa menjadi solusi sederhana namun efektif untuk mengurangi genangan air. Bayangkan jika setiap rumah memiliki sumur resapan, berapa banyak air hujan yang bisa diserap dan tidak menjadi banjir.

Mengatasi Penurunan Tanah: Kurangi Penggunaan Air Tanah

Jakarta tengah mengalami penurunan tanah (land subsidence) yang cukup serius. Salah satu penyebabnya adalah pengambilan air tanah secara berlebihan. Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu memperluas jaringan air bersih dari PDAM sehingga masyarakat tidak lagi bergantung pada air tanah. Selain itu, regulasi yang ketat terhadap pengambilan air tanah juga harus diterapkan.

Tata Ruang yang Bijak: Jangan Bangun di Daerah Rawan Banjir

Pembangunan yang tidak terkendali, terutama di daerah resapan air dan bantaran sungai, memperparah masalah banjir. Pemerintah perlu menegakkan aturan zonasi dengan tegas dan memastikan bahwa pembangunan hanya dilakukan di area yang aman. Pemukiman kumuh yang berada di daerah rawan banjir juga perlu direlokasi ke tempat yang lebih layak dan aman.

Sistem Peringatan Dini: Siaga Sebelum Banjir Datang

Teknologi bisa menjadi sahabat kita dalam menghadapi banjir. Dengan memasang sensor di sungai dan daerah rawan banjir, ketinggian air bisa dipantau secara real-time. Informasi ini kemudian bisa disebarkan kepada masyarakat melalui SMS, aplikasi, atau media sosial. Dengan begitu, warga bisa bersiap-siap sebelum banjir datang.

Gotong Royong: Bersama-sama Menjaga Kebersihan

Tidak semua solusi harus datang dari pemerintah. Masyarakat juga punya peran besar dalam mitigasi banjir. Mulai dari hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, hingga terlibat dalam kegiatan gotong royong membersihkan sungai dan saluran air. Edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan juga perlu digencarkan.

Kerjasama Regional: Banjir Jakarta Bukan Hanya Urusan Jakarta

Banjir di Jakarta tidak bisa diselesaikan sendirian. Daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi juga harus dilibatkan. Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di hulu, seperti reboisasi dan konservasi, bisa mengurangi sedimentasi dan aliran air yang berlebihan ke Jakarta.

Teknologi dan Infrastruktur: Bangun Jakarta yang Lebih Kuat

Pembangunan waduk dan bendungan bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menampung air hujan. Selain itu, penerapan teknologi canggih seperti smart water management bisa membantu memantau dan mengelola sistem drainase secara lebih efisien. Infrastruktur tahan banjir, seperti jalan dan bangunan yang dirancang khusus, juga perlu diperbanyak.

Adaptasi Perubahan Iklim: Siap Hadapi Tantangan Baru

Perubahan iklim membuat cuaca semakin tidak menentu. Jakarta perlu beradaptasi dengan membangun infrastruktur yang tahan terhadap banjir dan memetakan daerah-daerah rawan banjir secara lebih detail. Dengan begitu, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

Regulasi dan Penegakan Hukum: Tegas pada Pelanggar

Tanpa penegakan hukum yang tegas, semua upaya mitigasi banjir bisa sia-sia. Pemerintah perlu menindak tegas pelanggaran seperti pembuangan sampah sembarangan dan pembangunan ilegal. Di sisi lain, insentif bagi perusahaan yang menerapkan praktik ramah lingkungan juga bisa mendorong partisipasi swasta.

Kesimpulan: Jakarta Bisa Bebas Banjir jika Kita Bersatu

Banjir di Jakarta adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi menyeluruh. Tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat dan sektor swasta. Dengan kerja sama dan komitmen bersama, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih aman dan nyaman, bebas dari ancaman banjir. Mari kita mulai dari hal kecil, karena setiap tindakan kita—sekalipun sederhana—bisa memberikan dampak besar bagi masa depan Jakarta.

Kemensos Salurkan Bantuan dan Kirim Tagana ke Lokasi banjir di Bima

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Sosial (Kemensos) membantu penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejumlah bantuan logistik telah dikirimkan untuk warga terdampak.

“Bantuan telah dikirimkan dari gudang logistik Kemensos di Dinsos NTB dan Sentra Paramita Mataram," kata Plt. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Masryani Mansyur dalam rilis resmi Kemensos pada Selasa, 4 Februari 2025.

Bantuan tersebut berupa 350 paket makanan siap saji, 440 paket makanan anak, 40 paket family kit, 90 paket kidsware, 280 lembar selimut, 240 lembar kasur, 20 paket peralatan dapur, 200 lembar tenda gulung, dan 7 unit tenda keluarga. 

Selain itu, Kemensos mengerahkan tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk melakukan asesmen cepat serta membantu proses evakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Sebagian besar pengungsi masih bertahan di rumah kerabatnya. 

Sebelumnya, hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat pada Minggu 2 Februari 2025 hingga menyebabkan banjir dan longsor di Desa Nangawera dan Desa Nunggi Kecamatan Wera. Berdasarkan data sementara yang dihimpun, banjir menghanyutkan tujuh rumah dan menyebabkan padamnya listrik di area kejadian. Sejumlah fasilitas seperti jembatan dan jalan di beberapa desa dilaporkan rusak akibat kejadian tersebut. 

Akibat bencana ini sebanyak 36 kepala keluarga terdampak. Sebanyak delapan orang menjadi korban, dengan dua orang ditemukan meninggal dan enam korban lainnya dilaporkan hilang. Hingga kini tim gabungan terus menyisir area terdampak untuk melakukan pencarian terhadap korban hilang. 

Pemkab Bima tetapkan status darurat bencana banjir

Bima, NTB (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat resmi menetapkan status tanggap darurat bencana setelah banjir bandang dan longsor melanda Kecamatan Wera dan Ambalawi.

"Bupati sudah menetapkan status siaga tanggal bencana terhitung dari 4 sampai 17 Februari mendatang," ungkap Kabag Prokopim Kabupaten Bima Syuriadin yang diwawancara ANTARA di lokasi banjir, Selasa.

Menurutnya, keputusan ini diambil untuk mempercepat penanganan dan distribusi bantuan kepada masyarakat terdampak.

"Status ini untuk memastikan proses rekonstruksi dan penanganan pasca-banjir dan longsor yang terjadi di dua kecamatan tersebut," jelasnya.

Syuriadin menegaskan, penetapan status tanggap darurat itu mengacu berbagai indikator, seperti bencana banjir dan tanah longsor beruntun yang terjadi di Kabupaten Bima pada tanggal 19, 20, 23 Desember lalu dan awal Februari ini.

Pemkab Bima, lanjut Syuriadin, akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor.

Ia juga mengimbau kepada seluruh warga Bima untuk tetap waspada terhadap cuaca ekstrem dan bencana yang terjadi seperti banjir bandang, angin puting beliung, hingga tanah longsor.

"Segera laporkan langsung ke BPBD, kantor camat, kantor desa, dan Babinsa, Bhabinkamtibmas apabila ada kejadian bencana di wilayah masing-masing," katanya.

Sebelumnya banjir bandang yang terjadi pada hari Minggu (2/2), menyebabkan beberapa rumah di Kecamatan Wera terhanyut, bahkan banjir bandang membuat dua desa di kecamatan itu terisolir.

Banjir itu menghanyutkan 8 orang diantaranya satu orang lansia, dua orang ibu muda beserta tiga anaknya dan seorang ibu.

Banjir juga menghilangkan puluhan traktor tangan, dan merendam puluhan hektare lahan persawahan beserta tanaman padi yang baru ditanam beberapa sebelumnya.

Pencarian terhadap korban lainnya saat masih terus dilakukan warga setempat bersama tim penyelamat, dibantu oleh petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima.

577 Jiwa Terdampak Banjir Bandang dan Longsor di Bima

BIMA, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), melaporkan sebanyak 577 jiwa dari 270 kepala keluarga (KK) terdampak akibat banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Ambalawi dan Wera, Minggu (2/2/2025).

Bencana tersebut mempengaruhi warga di 10 desa, termasuk Desa Tolowata, Rite, Nipa, Mawu, Talapiti, dan Kole di Kecamatan Ambalawi.

Sementara itu, di Kecamatan Wera, banjir berdampak pada warga di Desa Nangawera, Wora, Nunggi, dan Oi Tui.

"Hasil pendataan yang kami lakukan ada 577 jiwa yang terdampak dari 270 KK," ungkap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bima, M Nurul Huda, saat dikonfirmasi pada Selasa (4/2/2025) malam.

Nurul Huda menambahkan bahwa bencana hidrometeorologi ini tidak hanya berdampak langsung pada warga, tetapi juga menyebabkan kerusakan signifikan, termasuk 19 unit rumah.

Rincian kerusakan mencakup delapan unit rumah yang terbawa arus banjir, lima unit yang tertimbun longsor, dan enam unit yang rusak sedang akibat luapan air.

Selain itu, infrastruktur umum juga mengalami kerusakan parah.

Tercatat enam jembatan rusak berat, tujuh bendung jebol, 400 meter saluran irigasi jebol, serta akses jalan penghubung Wera-Bima yang terkikis.

Pagar sekolah sepanjang 10 meter ambruk, dan bangunan gedung serba guna juga mengalami kerusakan berat.

"Talud permukiman warga sepanjang enam meter juga rusak akibat terjangan banjir kemarin," ujarnya.

Dalam insiden ini, lahan sawah yang sudah memasuki masa panen juga tertimbun longsor, namun luasannya masih dalam proses pendataan.

Nurul Huda menginformasikan bahwa dua hari setelah kejadian, Selasa (4/2/2025) sore, banjir kembali melanda Desa Nangawera akibat curah hujan yang tinggi.

Kondisi ini mengakibatkan penghentian sementara aktivitas pencarian lima dari delapan orang yang masih hilang.

"Banjir di Desa Nangawera terjadi lagi pukul 16.00. Upaya perbaikan jalan darurat sejak pagi tadi sampai pukul 15.00 kembali rusak akibat diterjang banjir, untuk pengungsian tidak ada," kata Nurul Huda.

BPBD Bima terus memantau situasi dan berupaya memberikan bantuan kepada warga yang terdampak.

Banjir Bandang Bima, Tiga Meninggal, Lima Masih Hilang

Bima, flashlombok.com – Bencana banjir bandang yang  melanda wilayah Kecamatan Wera, Kabupaten Bima pada Minggu malam (2/2/2025), mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Hujan deras yang disertai dengan material longsor dari pegunungan menyebabkan terendamnya pemukiman warga.

Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi menjelaskan, tiga korban jiwa ditemukan meninggal dunia, atas nama Hermawati (40) asal Desa Wora, Aisah (5) dari Desa Nangawera, dan Burhan (50) warga Desa Nunggi.  ‘’Hingga pukul 18.00 WITA, total ada tiga korban jiwa yang sudah ditemukan,” kata Hariyadi, Senin (3/2/2025).

Ditambahkan, berdasarkan data yang diterima, masih ada lima warga Dusun Karuwu Desa Nangawera yang hilang. Pihaknya telah mengerahkan tim rescue dari Pos SAR Bima sejak kemarin malam untuk melakukan upaya pencarian bersama TNI, Polri, BPBD Bima, Polair Kota Bima, PMI, Tagana, TSBK Kota Bima, Potensi 204 Bima, relawan, Aparatur Desa, masyarakat setempat, dan pihak terkait lainnya.

“Pencarian dilakukan dengan menyisir aliran sungai hingga ke muara dengan menggunakan perahu karet,” jelasnya seraya menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. (ro1/sar03).