logo2

ugm-logo

Blog

BNPB: Tsunami Capai Daratan 24 Menit Usai Anak Krakatau Longsor

Kondisi Gunung Anak Krakatau lewat udara yang terus mengalami erupsi pada Ahad, 23 Desember 2018. Pada Sabtu, 22 Desember 2018, secara visual teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300 sampai 1.500 meter di atas puncak kawah. TEMPO/Syafiul Hadi

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan ada tenggat waktu saat tsunami Selat Sunda mencapai daratan. Tsunami tersebut, kata dia, terjadi setelah adanya longsor bawah laut yang diduga akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Berdasarkan hasil penelitian, ada tenggat waktu 24 menit dari longsor pemicu tsunami, dan perjalanan gelombang sampai menghantam pantai," ujar Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Selasa, 25 Desember 2018.

Tsunami Selat Sunda terjadi pada Sabtu malam, 22 Desember 2018. Tsunami diduga disebabkan oleh longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat adanya erupsi Gunung Anak Krakatau pada pukul 21.03 WIB. Kemudian, tsunami yang menghantam pesisir barat Banten dan Lampung Selatan itu terjadi sekitar pukul 21.30 WIB.

Alat pencatat gelombang atau tide gauge BMKG merekam ketinggian gelombang di beberapa daerah. Tide gauge wilayah Serang merekam ketinggian gelombang 0,9 meter pada 21.27 WIB, tide gauge Banten merekam ketinggian 0,35 meter pada pukul 21.33 WIB.

Sedangkan tide gauge Kota Agung, Provinsi Lampung, merekam gelombang pada pukul 21.35 WIB dengan ketinggian 0,36 meter, serta tide gauge Pelabuhan Panjang mencatat ketinggian 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB.

Menurut Sutopo, berdasarkan penuturan masyarakat, ada gemuruh yang terdengar sebelum datangnya tsunami. Warga yang mendengar gemuruh langsung berlari menuju bukit untuk menghindari tsunami.

Dalam kejadian tsunami Selat Sunda, tidak ada peringatan dini yang terdengar di beberapa lokasi terdampak. Hal itu, disebabkan tidak adanya alat pendeteksi tsunami yang disebabkan oleh longsor bawah laut akibat erupsi gunung api.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono menjelaskan alat yang dimiliki oleh lembaganya saat ini hanya untuk melaporkan peringatan dini untuk tsunami yang diakibatkan gempa tektonik saja. "Tsunami ini diakibatkan oleh gempa vulkanik, saat ini belum ada alatnya," kata Rahmat di kantornya pada Ahad dini hari, 23 Desember 2018.

Tsunami Selat Sunda berdampak pada pesisir barat Banten serta Lampung Selatan. Dalam rilis BNPB per tanggal 25 Desember pukul 13.00, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 429 jiwa. Selain itu 1.485 orang menjadi korban luka-luka, 154 masih hilang, dan 16.082 jiwa mengungsi

Tsunami Selat Sunda Sebagai Bencana Kabupaten, Begini Alasannya

Tsunami Selat Sunda Sebagai Bencana Kabupaten, Begini Alasannya

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan bencana tsunami Selat Sunda sebagai bencana kabupaten, bukan bencana nasional.

Pasca-tsunami, masa tanggap darurat di wilayah Banten dilakukan selama 14 hari dan wilayah Lampung Selatan tujuh hari. Hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, jumlah korban jiwa akibat tsunami menjadi 

1. Pemerintah daerah sanggup menangani dampak bencana


IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pemerintah daerah masih sanggup menangani dampak bencana tsunami Selat Sunda.

"Jadi status bencananya bencana kabupaten, tidak ada wacana bencana nasional. Pemerintah kabupaten sanggup, menyanggupi. Kepala daerah betul-betul berada di lapangan. Pemerintah pusat memperkuat logistik," ujar Sutopo di kantornya, Jakarta, Selasa (25/12).

2. Tak ada wacana penetapan bencana nasional

Tsunami Selat Sunda Sebagai Bencana Kabupaten, Begini Alasannya
IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Sutopo menegaskan hingga kini tak ada wacana penetapan bencana nasional. Pemerintah daerah tak lumpuh, pemerintah pusat juga sepenuhnya membantu penanganan bencana ini.

"Pemda sanggup mengatasi, potensi nasional juga siap menangani bencana ini," ujar dia.

3. Korban meninggal dunia terus bertambah hingga 429 orang


IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Berikut data dampak tsunami Selat Sunda hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB:

Korban
- 429 Meninggal
- 1.485 Luka-luka
- 154 Hilang
- 16.082 Mengungsi

Kerusakan
- 882 Unit rumah
- 73 Penginapan
- 60 Warung
- 434 Perahu dan kapal
- 24 Kendaraan roda empat
- 41 Kendaraan roda dua
- 1 Dermaga
- 1 Shelter.

4. Lima kabupaten terdampak tsunami Selat Sunda


IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Sebelumnya, Sutopo mengatakan, tsunami yang disebut-sebut akibat fenomena naiknya gelombang laut dan erupsi Gunung Anak Krakatau itu, menghancurkan lima kabupaten di wilayah Provinsi Banten dan Lampung, yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Sementara, korban jiwa di masing-masing kabupaten yakni Pandeglang 290 orang, Serang 29 orang, Lampung Selatan 108 orang, serta Tanggamus dan Pesawaran masing-masing satu orang. Total korban meninggal hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB, 429 orang.

5. Dua faktor alam diduga menjadi penyebab tsunami


IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan tsunami yang terjadi di wilayah pesisir barat Provinsi Banten dan Lampung Selatan itu disebut-sebut akibat dua faktor alam dan fenomena langka.

Pertama, karena naiknya gelombang akibat bulan purnama. Kedua, akibat erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, yang memicu terjadinya longsor tanah bawah laut.

Alat pendeteksi tsunami yang menjadi alarm peringatan dini tsunami tidak berfungsi, sehingga masyarakat tidak mengetahui datangnya tsunami. BMKG awalnya menyebut datangnya gelombang laut akibat laut pasang, namun pada Minggu (23/12) dini hari, meralat kejadian tersebut sebagai gelombang tsunami.

Sementara, BNPB maupun BMKG menyebutkan, Indonesia belum memiliki alat pendeteksi tsunami yang disebabkan erupsi gunung. Indonesia hanya memiliki alat pendeteksi tsunami akibat gempa bumi.

 

Tsunami Selat Sunda Ditetapkan Jadi Bencana Kabupaten

Tsunami Selat Sunda Ditetapkan Jadi Bencana Kabupaten

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan penetapan bencana kabupaten bagi tsunami di Selat Sunda. Pemerintah daerah sanggup menangani dampak bencana.

"Jadi status bencananya bencana kabupaten, tidak ada wacana bencana nasional. Pemerintah kabupaten sanggup, menyanggupi. Kepala daerah betul-betul berada di lapangan. Pemerintah pusat memperkuat logistik," ujar Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Selasa (25/12/2018).

Sutopo menegaskan tak ada wacana penetapan bencana nasional. Pemerintah daerah tak lumpuh, pemerintah pusat juga sepenuhnya membantu.

"Pemda sanggup mengatasi, potensi nasional juga siap menangani bencana ini," ujarnya.

Berikut data dampak tsunami Selat Sunda sejauh ini:

Korban:
- 429 Orang meninggal
- 1.485 Luka-luka
- 154 Orang Hilang
- 16.082 Orang mengungsi

Kerusakan:
- 882 Unit rumah rusak
- 73 Penginapan rusak
- 60 Warung rusak
- 434 Perahu dan kapal rusak
- 24 Kendaraan roda 4 rusak
- 41 Kendaraan roda 2 rusak
- 1 Dermaga rusak
- 1 Shelter rusak

BNPB Prediksi Tahun 2019 Panen Bencana

BNPB Prediksi Tahun 2019 Panen Bencana

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi pada tahun 2019 Indonesia panen bencana.

Bencana yang bakal terjadi di Indonesia adalah banjir, longsor, dan puting beliung. Kemudian erupsi gunung berapi dan kekeringan.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam acara Spirit of Humanity Forum 2018 yang digelar PKPU Human Initiative di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Selasa (18/12/2018).

Menurut Sutopo, bencana banjir, longsor, dan puting beliung terjadi pada musim hujan.

Bencana tersebut diprediksi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April. Lalu, pada bulan November dan Desember.

Kemudian bencana kekeringan akan terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, hingga Oktober.

"Pada tahun 2019 erupsi gunung berapi juga terjadi. Namun, waktunya saya tidak tahu. Salah satu gunung berapi yang akan erupsi adalah Gunung Krakatau. Apakah gempa bumi akan terjadi? Yah..bisa saja terjadi, tapi kami tidak tahu kapan waktunya," tutur Sutopo.

Sutopo mengatakan, antipasi mengatasi ancaman bencana alam tersebut sudah ditetapkan. Salah satunya cara menghimpun dana bantuan dari masyarakat dan lembaga kemanusian.

Sebab, mengandalkan dana seutuhnya dari pemerintah tidak mungkin, karena keterbatasan dana.

"Sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), maka kami akan mengumpulkan lembaga kemanusiaan, organisasi masyarakat, dan kementerian untuk membicarakan bantuan yang tepat guna bagi korban bencana alam. Koordinasi ini perlu dilakukan untuk memudahkan solusi mengatasi bencana," ujar Sutopo.

Sementara itu, dalam acara tersebut Sutopo mendapatkan penghargaan sebagai The Best Human Initiative Awards 2018.

Penghargaan tersebut diberikan kepadanya, karena menginspirasi di dunia kemanusiaan. Penghargaan tersebut mendapat koleksi penghargaan Sutopo.

Sebelumnya dia mengdapatkan penghargaan Communicator of the Year 2018 dari Kominfo dan ISKI dan Tokoh Teladan Anti Hoax Indonesia 2018 dari Mafindo.

Kemudian penghargaan IAGI Awards Bidang Komunikasi Bencana Alam dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia serta The Most Inspirational ASN 2018 dari KemenPANRB.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi mendapatkan penghargaan The Best Humanitarian Diplomacy Leader.

 Penghargaan tersebut diberikan kepadanya atas kotribusinya mewakli Indonesia dalam melakukan diplomasi isu kemanusiaan internasional.

Salah satu upayanya adalah membuat Palestina akan mendapatkan kemerdekaan pada tahun 2019. (DOD)

Artikel ini telah tayang di dengan judul BNPB Prediksi Tahun 2019 Panen Bencana, http://wartakota.tribunnews.com/2018/12/18/bnpb-prediksi-tahun-2019-panen-bencana?page=2.
Penulis: Dody Hasanuddin
Editor: Andy Pribadi

Kerugian Akibat Bencana Capai 22 T

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan laporan semester 1 APBN 2018 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 9 Juli 2018. TEMPO/Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kerugian negara akibat bencana alam bisa mencapai Rp 22 triliun dalam setahun. Hal tersebut, dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada di cincin api. "Sebanyak Rp 22 triliun value aset hilang oleh bencana. It's not a small money," ucap dia dalam pemaparannya di Gedung Dhanapala, Senin, 17 Desember 2018.

Oleh karena itu, kata Sri Mulyani, dibutuhkan ahli lingkungan, insinyur, dan ahli tata ruang untuk membuat perencanaan pembangunan properti di Indonesia untuk mengantisipasi bencana. Hal tersebut dilakukan agar aset yang dimiliki negara tidak rusak atau mengalami penurunan nilai akibat bencana.

Terkait aset negara, menurut Sri Mulyani, masih banyak di antaranya yang belum terkelola dengan baik. Hal itu disebabkan oleh rasa memiliki dan merawat aset untuk dikelola dan menghasilkan nilai lebih masih kurang. Oleh karena itu, ia merasa pihaknya perlu menggandeng swasta untuk ikut mengelola aset negara itu.

Dengan keterlibatan swasta dalam pengelolaan aset negara, ujar Sri Mulyani, akan dapat menciptakan vibrasi yang lebih baik dalam meningkatkan nilai-nilai pada aset itu. "Ini adalah salah satu bentuk untuk memperbaiki kepastian hukum, sehingga sektor properti tumbuh sehat dan memberi value (nilai tambahan) kepada publik," tutur Sri Mulyani.

Sebelumnya, pemerintah menyatakan tengah mengkaji sejumlah cara untuk menyiapkan dana darurat yang bisa dipakai saat terjadi bencana alam. Mulai dari mekanisme pooling fund hingga mengasuransikan bangunan-bangunan milik pemerintah.

Selama ini pemerintah mengandalkan dana cadangan kedaruratan yang dipegang Kementerian Keuangan. Sebabnya mulai tahun depan pemerintah mencoba melakukan mekanisme yang disebut pooling fund.

"Pemerintah daerah dengan anggaran yang berasal dari pemerintah pusat akan dibuat suatu pooling fund atau uang yang dikumpulkan dan tata kelola dari uang itu menyangkut pada masalah bencana," kata Sri Mulyani seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2018.

Menurut Sri Mulyani, pemerintah bakal mengkaji tingkat kerawanan bencana di tiap-tiap daerah. Hasil perhitungan ini dijadikan formula untuk menentukan berapa dana yang akan diperoleh oleh pemerintah daerah.

Dengan skema ini, kata Sri Mulyani, pemerintah daerah tidak perlu membayar iuran. Pemerintah pusat akan mengalokasikan anggaran untuk mereka dan menyimpannya. "Kami kumpulkan, kami melakukan suatu dana yang terpisah dari transfer daerah," ucapnya.

Jika suatu daerah terkena bencana alam dengan skala, jumlah korban, dan tingkat kerusakan yang sudah ditentukan nantinya, maka mereka segera mendapatkan tambahan anggaran untuk penanggulangan bencana. "Ini yang sedang kami finalkan, kami pikirkan untuk kami mulai introduce pada 2019," ujar Sri Mulyani.