logo2

ugm-logo

Blog

Bencana Hidrometeorologi, Jawa Timur Mendapat Dukungan Dana dari BNPB

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan dukungan berupa Bantuan Operasional Dana Siap Pakai (DSP) untuk upaya mitigasi dan penanganan bencana hidrometeorologi di Jawa Timur.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (16/1/2024) malam, menyebut bantuan tersebut untuk Provinsi dan seluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Timur yang telah menetapkan status siaga dan tanggap darurat bencana hidrometeorologi basah masing-masing sebesar Rp250 juta.

Selain itu, BNPB menyalurkan dukungan peralatan logistik kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupa 8 unit Perahu Katamaran 3,2 meter, 13 set tenda pengungsi, 33 set tenda keluarga, 45 unit genset 2 KVA, 1.900 lembar selimut dan matras serta 110 unit tempat tidur lipat (velbed).

“Lakukan stimulan awal dengan bantuan yang diberikan, siapkan langkah-langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak dari potensi bencana hidrometeorologi basah yang sewaktu-waktu dapat terjadi,” tutup Suharyanto. 

Pada kesempatan yang sama, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyampaikan apresiasi kepada BNPB atas dukungan yang selalu diberikan guna percepatan penanganan bencana di daerah.

“Sejak masa siaga darurat bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan, BNPB terus memberikan dukungan dana operasional dan peralatan. Sekarang pun demikian, dalam masa persiapan dan siaga darurat bencana hidrometeorologi basah kepada Jawa Timur,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhi Karyono.

Pihaknya menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada BNPB yang terus mendukung tidak hanya pada masa tanggap darurat, namun sejak fase kesiapsiagaan. Sehingga diharapkan upaya awal ini dapat berjalan dengan maksimal.

Adhi menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah melaksanakan dua kali apel kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana hidrometeorologi basah, yaitu apel siaga peralatan serta personel yang terdiri dari lintas sektor.

“Tidak hanya itu, kami juga memperkuat sistem penanggulangan bencana melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur terkait Klaster Logistik Tahun 2023 - 2024 sehingga alokasi bantuan ketika tanggap darurat dapat terorganisir dengan baik,” jelas Adhi.

Rapat Koordinasi Antisipasi dan Siaga Bencana Hidrometeorologi Tahun 2024 di wilayah Provinsi Jawa Timur turut dihadiri oleh Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Tenaga Ahli BNPB serta diikuti oleh 120 orang yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota serta organisasi perangkat daerah se-Jawa Timur.

Kenapa Intensitas Gempa di Indonesia Meningkat? Ini Kata Pakar Geologi UGM

YOGYAKARTA - Intensias gempa bumi di Indonesia dalam beberapa tahun mengalami peningkatan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat lebih dari 10.000 kali gempa dalam satu tahun sejak 2013.

Guru Besar Geologi UGM, Wahyu Wilopo mengatakan, tingginya intensitas gempa ini karena Indonesia berada di kawasan Ring of Fire atau cincin api Pasifik. Selain ini berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia.

"Indonesia rawan gempa karena berada di cincin api pasifik dan di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia," kata dia pada Sekolah Wartawan di UGM, Jumat (13/1/2024).

Lantaran berada di daerah rawan gemoa, masyarakat butuh upaya mitigasi bencana. Setidaknya ada empat prinsip pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa bumi. Pertama, mengumpulkan informasi bahaya oatahan aktif yang akurat. Kedua, rencanakan untuk menghindari bahaya zona patahan sebelum pengembangan dan pembagian ruang.

Ketiga, mengambil pendekatan berbasis risiko di wilayah yang sudah dikembangkan atau ditempati. Keempat, komunikasikan risiko di kawasan terbangun pada zona patahan.

"Untuk daerah yang telah dihuni perlu adanya penguatan gedung, peningkatan ketangguhan, dan kesiapsiagaan masyarakat," terangnya.

Mitigasi bencana perlu dilakukan dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, media massa. Hal ini perlu dilakukan untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Guru Besar UGM Ungkap Pentingnya Perencanaan Mitigasi untuk Daerah Rawan Gempa

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mencatat aktivitas gempa bumi menunjukkann tren peningkatan dalam beberapa tahun terkahir. Data memperlihatkan adanya pola peningkatan aktivitas gempa sejak 2013 dengan rata-rata 10.000 kali dalam setahun.

Guru Besar Geologi Universitas Gadjah Mada atau UGM Wahyu Wilopo mengatakan kondisi tersebut dikarenakan posisi Indonesia yang berada di kawasan Ring of Fire atau cincin api Pasifik dan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia. “Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan derah rawan gempa bumi,” kata dia dikutip dari laman UGM, Senin, 15 Januari 2024.

Karena itu, Wahyu menilai mitigasi bencana menjadi hal yang patut diperhatikan dan dikuatkan untuk meminimalkan dampak bencana. Mitigasi awal yang harus dilakukan adalah penyusunan tata ruang berbasis informasi multi bahaya khususnya gempa bumi.

Menurut Wahyu, ada empat prinsip pendekatan perencanaan di daerah rawan gempa bumi. Pertama, mengumpulkan informasi bahaya patahan aktif yang akurat. Kedua, rencanakan untuk menghindari bahaya zona patahan sebelum pengembangan dan pembagian ruang.

Ketiga, mengambil pendekatan berbasis risiko di wilayah yang sudah dikembangkan atau ditempati. Keempat, komunikasikan risiko di kawasan terbangun pada zona patahan.

“Untuk daerah yang telah dihuni perlu adanya penguatan gedung, peningkatan ketangguhan, dan kesiapsiagaan masyarakat,” kata Wahyu.

Selain itu, dalam melakukan mitigasi bencana, Wahyu mengatakan perlu adanya kerja sama erat antara pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi dan media massa. Hal tersebut ditujukan untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Gempa Sumedang menjadi gempa besar yang cukup merusak pada awal tahun ini. Gempa yang diawali pada 31 Desember 2023 itu diikuti sejumlah gempa susulan dengan kekuatan bervariasi. Magnituodo paling besar sekitar M 4,8. Gempa itu menyebabkan ratusan bangunan rusak dan ribuan orang harus mengungsi.

Banjir Bandang Terjang Kampung Braga Bandung, Ratusan Rumah Terdampak

Liputan6.com, Bandung - Banjir bandang menerjang permukiman warga di empat rukun warga (RW) di Kelurahan Braga, Kota Bandung, Jawa Barat.

Kawasan elite ciri khas Kota Bandung itu terendam air limpasan Sungai Cikapundung yang mengalami peningkatan debit bercampur lumpur saat turun hujan berintensitas sedang menuju tinggi usai tengah hari hingga menjelang petang.

Menurut salah seorang warga Kelurahan Braga, Kota Bandung, Jawa Barat, Dedi, diperkirakan luapan air dari Sungai Cikapundung meluap akibat hujan lebat yang turun di Kawasan Bandung Utara.

"Sungai Cikapundung besar mungkin hujan di Lembang besar juga jadi meluap. Ditambah ada yang jebol rumah warga sehingga air masuk," ujar Dedi, Bandung, Kamis (11/1/2024).

Dedi mengatakan rumah yang terdampak di daerahnya mencapai 100-an unit. Dia memperkirakan jiga yang terdampak empat RW, maka akan lebih dari itu jumlahnya.

Dedi menuturkan ketinggian air di rumahnya yang berada di pinggir Sungai Cikapundung mencapai 100 Centimeter.

Sedangkan diperkirakan untuk rumahnya yang berada lebih tinggi posisinya dari Sungai Cikapundung ketinggian air mencapai 60 Centimeter.

"Banjirnya bawa material lumpur sama sampah. Semuanya kebasahan rumahnya," kata Dedi.

Usai genangan banjir bandang surut, jalan di kawasan Kelurahan Braga, Kota Bandung, Jawa Barat dipenuhi dengan lumpur.

Warga bergoyong royong dengan menggunakan alat seadanya membersihkan lumpur tersebut.

selengkapnya https://www.liputan6.com/regional/read/5503108/banjir-bandang-terjang-kampung-braga-bandung-ratusan-rumah-terdampak?page=2

Apa yang harus dilakukan jika terjebak di Gedung Bertingkat ketika Gempa?

Saat terjebak di gedung bertingkat selama gempa, langkah-langkah berikut dapat membantu untuk penyelematan diri:

  1. Tetap Tenang:
    Jaga ketenangan dan hindari panik. Pemikiran yang jernih membantu Anda membuat keputusan yang tepat.
  2. Segera Cari Perlindungan:
    Cari tempat yang aman, seperti di bawah meja atau struktur bangunan yang kokoh. Hindari jendela, perabot yang dapat roboh, dan dinding yang mungkin runtuh.
  3. Drop, Cover, Hold On:
    Segera lakukan langkah "Drop, Cover, Hold On." Berlutut atau jongkok, lindungi kepala dan leher dengan tangan atau benda keras, dan tetap berada di posisi itu hingga gempa berhenti.
  4. Jangan Menggunakan Elevator:
    Jangan mencoba menggunakan elevator selama gempa atau dalam situasi darurat. Elevator dapat terjebak atau berhenti di antara lantai.
  5. Hindari Pintu dan Jendela:
    Hindari berada di dekat pintu dan jendela karena mereka dapat bergerak atau pecah selama gempa.
  6. Pilih Ruangan dengan Struktur yang Kokoh:
    Jika mungkin, cari ruangan yang memiliki struktur dan dinding yang kokoh. Beberapa elemen bangunan mungkin lebih tahan gempa dibandingkan yang lain.
  7. Hubungi Pihak Berwenang:
    Jika memungkinkan, hubungi pihak berwenang atau petugas darurat untuk memberi tahu mereka tentang lokasi Anda dan meminta bantuan.
  8. Jangan Mencoba Meninggalkan Gedung Saat Gempa Berlangsung:
    Hindari mencoba meninggalkan gedung selama gempa berlangsung. Lebih baik mencari perlindungan dan menunggu gempa mereda.
  9. Gunakan Ponsel atau Alat Pemberitahuan Darurat:
    Jika memiliki ponsel atau alat pemberitahuan darurat, gunakan untuk memberi tahu orang-orang di luar gedung tentang lokasi Anda.
  10. Pertahankan Komunikasi:
    Jika ada orang lain di sekitar Anda, pertahankan komunikasi untuk saling memberi dukungan dan informasi.
  11. Persiapkan Diri untuk Evakuasi:
    Jika terdapat bahaya lebih lanjut dan Anda perlu evakuasi, pastikan Anda telah mempersiapkan diri dengan membawa perlengkapan darurat, seperti senter, baterai cadangan, dan pakaian yang sesuai.
  12. Perhatikan Suara atau Getaran yang Tidak Biasa:
    Jika terdapat suara atau getaran yang tidak biasa setelah gempa mereda, bersiaplah untuk menghadapi situasi darurat yang mungkin timbul, seperti kebakaran atau kerusakan struktural.

Ingatlah bahwa situasi setiap gempa bisa berbeda, dan respons tergantung pada kondisi spesifik di gedung dan lingkungan sekitarnya. Kesiapan dan pengetahuan akan tindakan yang tepat dapat sangat membantu untuk meningkatkan keselamatan diri dalam situasi darurat seperti ini.