logo2

ugm-logo

Blog

Mitigasi Bencana, BPBD Bondowoso Keruk Pohon dan Tebang Pohon Keropos

DABASAH, Radar Ijen - Awal musim hujan di Bondowoso justru dibarengi dengan sejumlah bencana. Di antaranya, angin kencang yang menyebabkan pohon tumbang. Bencana tersebut bukanlah hal yang baru. Namun, kerap terjadi, terutama saat musim hujan. Oleh sebab itu, perlu ada persiapan atau antisipasi dari pemerintah untuk mitigasi bencana.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso Mahfud Junaedi mengatakan, pihaknya telah melakukan asesmen untuk sejumlah titik rawan bencana di Bondowoso.  Antisipasi bencana juga tidak bisa ditangani sendirian, melainkan bersama-sama. Termasuk lintas instansi, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air, dan Bina Konstruksi (BSBK) Bondowoso.

"Kemudian, yang berkaitan dengan penyebab bencana, kami koordinasikan dengan dinas terkait. Misalnya pohon yang berpotensi tumbang,  karena umur sudah tua untuk segera dipotong. Bahkan saluran irigasi yang perlu dilakukan pengerukan untuk menampung volume air hujan yang tiba-tiba datang," katanya.

Dia juga menjelaskan, kerawanan bencana di Bondowoso meliputi pohon tumbang, banjir luapan sungai, dan angin puting beliung atau angin kencang. Peristiwa itu berpotensi terulang kembali pada musim hujan kali ini. "Karena secara keilmuan, hal itu dapat terulang kembali jika sebelumnya pernah terjadi bencana tersebut. Seperti Kecamatan Tamanan yang baru saja terjadi bencana angin kencang," jelasnya.

Dinsos Rejang Lebong andalkan logistik bantuan bencana dari pusat

Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA) - Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menyebutkan pengadaan logistik bantuan bencana alam di daerah itu saat ini mengandalkan bantuan pemerintah pusat.

"Saat ini bantuan logistik penanggulangan bencana alam diberikan oleh pemerintah pusat melalui Sentra Dharma Guna di Bengkulu, kalau yang kita adakan jumlahnya sangat kecil," kata Kepala Dinas Sosial Rejang Lebong Anes Rahman di Rejang Lebong, Rabu.

Dia menjelaskan, logistik bantuan bencana alam (buffer stock) ini sejak dua tahun lalu sudah dikirim oleh pemerintah pusat dan tidak lagi bergantung dengan pengadaan daerah.

Logistik bantuan bencana alam yang biasa mereka sediakan ini, kata dia, seperti terpal, peralatan masak, selimut, peralatan makan minum, bahan makanan dan lainnya.

Jika terjadi bencana alam pihaknya akan langsung mengajukan permintaan bantuan kepada pihak Sentra Dharma Guna di Bengkulu sebagai perpanjangan tangan Kementerian Sosial di daerah.

"Anggaran dari APBD Rejang Lebong untuk pengadaan logistik bantuan bencana alam tahun 2023 ini jumlah cukup kecil, hanya belasan juta. Kalau ada kejadian bencana alam kita akan langsung menghubungi Sentra Dharma Guna di Bengkulu," terangnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rejang Lebong Shalahduin mengatakan, jika terjadi bencana alam pihaknya selain melakukan pertolongan ke lapangan juga menyiapkan bantuan penanggulangan bencana alam seperti bahan makanan, terpal, peralatan dapur serta barang lainnya.

Barang bantuan itu sendiri, kata Shalahudin, merupakan bantuan yang dikirim oleh BNPB bukan dari pengadaan oleh pihaknya. Bantuan ini biasanya didistribusikan bersama dengan pendistribusian bantuan dari pemerintah daerah, baznas, dinas sosial dan pihaknya lainnya.

BPBD sebut tiga hal penyebab NTT rawan bencana alam

Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebut ada tiga hal yang menjadi penyebab provinsi berbasis kepulauan itu rawan bencana alam.

"Pertama, letak NTT berada pada wilayah yang mudah terkena dampak bencana hidrometeorologi," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambroisius Kodo  saat membuka sosialisasi publik dokumen kajian risiko bencana dan kick off penyusunan rencana penanggulangan bencana Provinsi NTT di Kupang, Senin.

Kedua, lanjutnya, NTT juga rawan akan potensi bencana alam secara geologis, karena provinsi ini berada pada jalur cincin api atau ring of fire.

"Sesuai kajian kami, NTT dikelilingi oleh 25 gunung api yang berada di Alor hingga bagian barat Flores," ujar dia.

Dia mengatakan bahwa sejumlah gunung api itu bisa saja meletus atau erupsi kapan pun yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat.

Penyebab ketiga, NTT berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia dan eurasia. "Selain itu, NTT diapit oleh dua zona penyebab gempa yang bisa memicu tsunami, yaitu megathust selatan Sumba dan sesar naik Flores," ujar dia.

Untuk megathrust selatan Sumba, potensi gempanya bisa mencapai 8,5 magnitudo, sementara sesar naik Flores potensi gempanya bisa mencapai 7,5 magnitudo.

Sejumlah kekuatan gempa itu, ujar dia, bisa memicu tsunami berbahaya di Nusa Tenggara Timur.

Karena itu, tambah dia, langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan harus menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat di NTT.

BPB-PK Kalteng Intruksikan Penanggulangan Bencana Wajib dan Memiliki SPM

BORNEONEWS, Palangka Raya - Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Provinsi Kalimantan Tengah, Alpius Patanan mengintruksikan penanggulangan bencana bersifat wajib dan memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang harus diterapkan masing-masing kabupaten/kota.

Penanggulangan bencana merupakan urusan konkuren yang bersifat wajib memiliki artian, dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007.

Penanggulangan bencana juga sudah memiliki SPM, yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018, tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota.

"Pemerintah daerah, baik itu pada tingkatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota, memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi penjaminan pemenuhan hak masyarakat,"tuturnya, Rabu, 22 November 2023.

Kemudian, katanya standar pelayanan minimal, perlindungan masyarakat dari dampak bencana, pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana.

"Hal ini juga selaras dengan program pembangunan dan pengalokasian dana penanggulangan bencana, serta mendapat dukungan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang memadai," jelasnya. (MARINI/R)

Banjir rendam 41 desa di Nagan Raya Aceh

Suka Makmue (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh mencatat sebanyak 41 desa yang tersebar di sembilan kecamatan di daerah itu terendam banjir dengan ketinggian air mencapai di atas satu meter.

“Pemerintah daerah bersama TNI, Polri, Tagana dan pihak terkait lainnya masih terus berupaya membantu masyarakat yang terdampak bencana alam,” kata Kepala Pelaksana BPBD Nagan Raya, Aceh, Irfanda Rinadi, di Nagan Raya, Kamis.

Menurutnya, penyebab terjadinya banjir di Kabupaten Nagan Raya disebabkan karena tingginya curah hujan yang terjadi sejak Senin (20/11) lalu, sehingga mengakibatkan aliran sungai di daerah tersebut meluap ke permukiman masyarakat dan turut merendam badan jalan.

Ada pun ke-41 desa yang saat ini terdampak banjir diantaranya di Kecamatan Darul Makmur banjir merendam Desa Kuta Trieng, Lamie, Geulanggang Gajah, Alue Waki, Ujong Lamie, Alue Raya, Kayee Unoe, Suka Ramai, Sumber Makmur, Gunong Cut.

Di Kecamatan Tripa Makmur banjir merendam desa Panton Pange, Ujong Krueng, Mon Dua. Neubok Yee PK, Neubok Yee PP, Pasi Kebeu Dom, Kabu, Drien Tujoh.

Kemudian di Kecamatan Tadu Raya meliputi Desa Alue Bata, Gunong Geulugo, Gunong Kupok, Gunong Sapek, Sarah Mantok, Alue Gajah, Pasi Luah. Kecamatan Kuala meliputi Desa Simpang Peut dan Blang Muko.


Banjir juga turut berdampak di desa di Kecamatan Kuala Pesisir diantaranya Langkak, Padang Rubek, Gampong Pulo, Lueng Teungku Ben. Di Kecamatan Seunagan meliputi Desa Pante Ceureumen dan Alue Buloh dan di Kecamatan Kecamatan Seunagan Timur meliputi Desa Sawang Mane dan Pulo Teungoh.

Banjir juga berdampak terhadap sejumlah desa di Kecamatan Beutong diantaranya Panton Bayam, Blang Neuang, Kulam Jeureuneh, Meunasah Teungoh serta Krueng Cut. Sedangkan di Kecamatan Suka Makmue banjir merendam rumah warga di Desa Lhok Rameuan.

Irfanda mengatakan pihaknya bersama pihak terkait terus berupaya melakukan evakuasi kepada masyarakat yang terjebak arus sungai, serta melakukan melakukan pendataan terhadap korban terdampak banjir.

“Saat ini sebagian besar air sudah mulai surut, kita harapkan kondisi ini segera normal,” pungkas Irfanda.