logo2

ugm-logo

Blog

Memitigasi bencana banjir di Kabupaten Bekasi

Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi satu dari sekian daerah langganan banjir akibat luapan air sungai dan guyuran hujan dengan intensitas tinggi, terutama pada musim hujan.

Kondisi geografis daerah berjuluk pusat kawasan industri itu didominasi dataran rendah, dengan 72 persen area berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut sehingga sebagian besar wilayah ini sering terendam banjir pada musim basah.

Bahkan selama 2 tahun terakhir ini, banjir merendam hampir seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, termasuk kawasan selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor, yang berada di ketinggian 100-135 meter di atas permukaan air laut.

Lantas bagaimana upaya pemerintah daerah setempat memitigasi dampak banjir yang semakin meluas, apalagi musim kemarau tahun ini diprediksi segera berakhir, yang ditandai dengan turun hujan di sejumlah wilayah meski masih dalam intensitas rendah?

Mitigasi bencana mutlak diperlukan guna meminimalisasi dampak banjir sekaligus mengendalikan air, agar jangan sampai merendam permukiman penduduk yang berpotensi melumpuhkan aktivitas perekonomian dan sendi-sendi lain masyarakat.


Perbaikan Infrastruktur

Pemerintah Kabupaten Bekasi sejauh ini telah mengantisipasi bencana banjir melalui perbaikan infrastruktur dalam skema besar pengendalian air.

Perbaikan saluran sekunder dan tersier, saluran drainase, gorong-gorong, hingga normalisasi sejumlah aliran sungai juga sudah dan terus dilaksanakan untuk memastikan aliran air tidak terhambat.

Perbaikan saluran drainase dan gorong-gorong dilaksanakan secara masif melalui kebijakan organisasi perangkat daerah terkait, diperkuat dengan program padat karya yang disalurkan pemerintah daerah ke sejumlah desa rawan banjir.

Normalisasi sungai melalui pengangkatan lumpur yang mengendap atau sedimentasi disertai pengangkutan sampah serta tanaman liar penghambat laju air juga terus dilakukan guna mengendalikan dampak banjir dengan menambah daya tampung air ketika musim hujan.

Perbaikan tanggul-tanggul sungai juga terus  dikerjakan melalui koordinasi bersama Balai Besar Wilayah Sungai. Di sejumlah titik, warga juga sudah mulai sadar akan arti penting tanggul dalam menjaga air sungai tidak meluap, dengan bergotong-royong memperbaiki tanggul menggunakan bahan material seadanya.

Mengacu hasil kajian kejadian bencana banjir pada tahun 2021 dan 2022, sejumlah titik tanggul seperti di wilayah Kecamatan Pebayuran dan Cabangbungin yang dilintasi aliran Sungai Citarum, kerap jebol akibat peningkatan debit air saat terjadi hujan.

Siaga logistik banjir

Pemerintah daerah saat ini bergerak cepat mengantisipasi ancaman banjir tahunan dengan menyiagakan logistik yang dimiliki, mulai dari pompa air, tenda kedaruratan, armada bantuan darat, serta perahu karet sebagai penanggulangan dampak bencana.

Pemeriksaan kondisi serta kelengkapan sarana dan prasarana tersebut juga dilakukan dan kini tinggal didistribusikan ke sejumlah titik kategori rawan bencana banjir. Logistik tersebut disiagakan 24 jam penuh melalui koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat.

Sarana dan prasarana kebencanaan tersebut dalam waktu dekat segera didistribusikan ke sejumlah wilayah rawan bencana banjir untuk membantu optimalisasi percepatan penanganan bencana.


Berdasarkan pengalaman penanganan bencana pada tahun-tahun sebelumnya, logistik akan dititipkan di kantor-kantor desa terdekat dengan area rawan bencana supaya ketika banjir datang, seluruh pihak dan sukarelawan kebencanaan sudah siap melakukan penanganan secepat mungkin.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi juga menyiagakan ratusan personel yang siap disebar ke titik-titik rawan banjir wilayah itu untuk membantu percepatan penanganan bencana sekaligus melakukan pendataan hingga pelaporan status.

Optimalisasi sukarelawan bencana

Selain menerjunkan petugas dari BPBD Kabupaten Bekasi, sejumlah organisasi sukarelawan kebencanaan mulai dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), desa tangguh bencana (Destana), kelurahan tangguh bencana (Katana), serta sukarelawan lain juga siap diterjunkan sebagai upaya percepatan penanganan bencana.

Para sukarelawan kebencanaan ini memang  dibentuk hingga ke tingkat desa dan kelurahan untuk membantu penanganan banjir sekaligus mempermudah koordinasi dengan petugas lapangan dari pemerintah daerah.

Bantuan personel ini diyakini mampu meminimalisasi dampak bencana, terlebih seluruh sukarelawan kebencanaan itu telah dibekali pelatihan dan edukasi terkait cara penanganan bencana secara menyeluruh.

Ditambah personel bantuan dari unsur forum koordinasi pemerintah daerah, yakni Polres Metro Bekasi dan Kodim 0509 Kabupaten Bekasi, penanganan bencana, terutama bagi masyarakat terdampak, diyakini mampu berjalan optimal.

Mengacu prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan akan mulai merata pada pekan kedua November 2023. Informasi terbaru, karena masih El Nino, curah hujan saat ini memiliki durasi yang tidak panjang, namun dengan intensitas tinggi.

Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Bekasi ---setidaknya dalam 2 tahun terakhir ini-- disebabkan curah hujan tinggi serta luapan air sungai yang mengakibatkan sejumlah titik mengalami dampak relatif parah sehingga butuh antisipasi yang lebih presisi untuk meminimalisasi bencana tersebut.

Pemerintah Kabupaten Bekasi senantiasa mengingatkan kepada segenap masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap dampak bencana sejak dini melalui beragam ikhtiar pencegahan.

Upaya itu dilakukan dengan bergotong-royong membersihkan seluruh saluran air di wilayah permukiman agar tidak mampat saat curah hujan tinggi sehingga air hujan bisa mengalir ke saluran air yang sehat.

Warga juga diminta selalu menjaga kebersihan lingkungan termasuk membuang sampah pada tempatnya. Seluruh jajaran kecamatan hingga tingkat desa maupun kelurahan juga diajak kerja bakti membersihkan saluran-saluran air dari sampah.

Karena, pencegahan jauh lebih efektif hasilnya dibandingkan sebaik apa pun penanganan yang dilakukan. Hal ini butuh kerja sama seluruh unsur masyarakat untuk menjaga lingkungan terbebas dari banjir.

Selain banjir, musibah longsor dan angin kencang juga turut diwaspadai Pemerintah Kabupaten Bekasi seiring datangnya musim hujan. Bahkan pada pekan ini saja sudah ada laporan terjadi angin puting beliung di sejumlah wilayah.

Dari laporan yang diterima BPBD Kabupaten Bekasi, puting beliung terjadi di wilayah Kecamatan Bojongmangu dan Karangbahagia. Sementara guyuran hujan pada pekan pertama November 2023, tidak menimbulkan genangan, dengan kondisi masih terpantau aman.

Meski demikian, kesiapsiagaan seluruh elemen penanggulangan bencana tidak boleh berkurang sedikit pun karena puncak musim hujan segera tiba.

27 Daerah di Jawa Barat Waspada Bencana Alam

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 27 daerah di Provinsi Jawa Barat diminta meningkatkan kewaspadaan soal bencana alam.

Itu disebabkan menjelang akhir tahun 2023, hujan sudah mulai turun tidak menentu di beberapa wilayah yang ada.

Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, kejadian bencana alam yang kerap terjadi yakni tanah longsor dan banjir.

"Potensi bencana banjir dan longsor itu (sering) terjadi tapi kami minta kepada seluruh daerah untuk siap siaga. Kalau dari data kan ada di Sukabumi, Bogor untuk longsor kalau banjir ada di Pantura (pantai laut utara). Kami minta semua kabupaten dan kota untuk berhati - hati serta bersiap siaga," ujar Bey ditulis Bandung, Sabtu, 11 November 2023.

Bey menerangkan berdasarkan wilayah potensi gerakan tanah per November 2023 dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), terdapat 473 kecamatan dari 627 kecamatan di Jawa Barat yang memiliki potensi gerakan tanah menengah – tinggi.

Bey mengatakan sementera prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim akan terjadi Januari - Maret 2024 mendatang.

"Data dan fenomena ini harus kita sikapi dengan bijaksana dan waspada. Yang dapat dilakukan pemda kabupaten dan kota yakni, pertama, memantau intensif kondisi masing-masing wilayah potensial sebagai sumber bencana dan atau terdampak bencana," kata Bey.

Bey juga menekankan penyampaian informasi potensi bencana dari otoritas yang berwenang harus mudah dipahami publik.

Langkah lainnya dalam antisipasi terjadinya bencana alam, Bey menyebutkan mempersiapkan dan mengecek seluruh sumber daya yang tetiba harus dikerahkan dalam penanganan darurat bencana.

Bey mengingatkan pula mitigasi bencana yang telah dilakukan oleh lintas lembaga ini harus didukung dengan adanya sejumlah jalur dan tempat evakuasi sampai ke tingkat desa dan kelurahan.

"Serta serta pembuatan rencana kontinjensi dari tingkat kabupaten dan kota sampai ke tingkat desa dan kelurahan," sebut Bey.

Sebelumnya, otoritasnya diakui telah menggelar rakor penanganan bencana banjir dan tanah longsor dengan berbagai pemegang kebijakan (stakeholders).

Bey mengatakan, keberhasilan penanggulangan bencana bergantung pada sistem penanggulangan bencana, sarana prasarana penunjang yang mumpuni, serta koordinasi yang baik antar-stakeholders dan masyarakat di wilayah rawan bencana.

Kemarin (Rabu, 08/11/2023), telah dilakukan apel siaga antisipasi terjadinya bencana di Bale Rame Sabilulungan Soreang, Kabupaten Bandung diikuti kesatuan keamanan, instansi vertikal, perangkat daerah provinsi maupun kabupaten kota, serta Palang Merah Indonesia (PMI) dan relawan bencana.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Dani Ramdhan, seluruh instansi tersebut dibagi menjadi delapan klaster.

Mulai dari klaster pencarian dan penyelamatan dengan koordinator Basarnas dibantu TNI/Polri, klaster pengungsian, klaster pendidikan (dinas pendidikan), klaster sarana prasarana (dinas PU dan BBWS), klaster logistik (dinas sosial, Bulog, BPBD), klaster keamanan (TNI/Polri, Satpol PP), klaster perlindungan (Damkar), serta klaster kesehatan dengan koordinator dinas kesehatan.

Pesan Menlu Cina ke Israel: Cegah Bencana Kemanusiaan yang Lebih Serius

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri luar negeri Cina, Wang Yi, telah mengatakan kepada rekannya dari Israel bahwa semua negara mempunyai hak untuk membela diri. Pernyataan tersebut disampaikan Wang saat melakukan panggilan telepon pertama antara diplomat tinggi dari kedua negara sejak konflik Israel-Hamas berkobar bulan ini.

“Semua negara mempunyai hak untuk membela diri,” kata Wang Yi kepada Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen, Selasa (24/10/2023).

Namun Wang juga menekankan bahwa Israel harus mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan melindungi keselamatan warga sipil. Wang berjanji Cina akan melakukan yang terbaik untuk mendukung upaya yang kondusif terhadap perdamaian.

Hamas menyerbu masuk ke Israel dari Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober. Cina menahan diri untuk tidak secara eksplisit mengutuk Hamas atas serangan tersebut.

Washington mengatakan pihaknya berharap persahabatan Cina dengan pendukung Hamas, Iran, dapat membantu meredakan konflik, terutama setelah Beijing menjadi perantara antara Teheran dan musuh lamanya, Arab Saudi, tahun ini.

“Tugas paling mendesak saat ini adalah mencegah situasi semakin memburuk dan mengarah pada bencana kemanusiaan yang lebih serius,” kata Menteri Luar Negeri Wang kepada Cohen.

Ia juga menegaskan kembali posisi Beijing bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya hasil yang layak dalam konflik ini.

"Cina dengan tulus berharap bahwa masalah Palestina akan diselesaikan secara komprehensif dan adil berdasarkan ‘solusi dua negara’, dan sebagai hasilnya, masalah keamanan yang sah dari semua pihak akan diselesaikan dengan cara yang tulus dan menyeluruh," tutur Wang.

Gaza Memburuk, Bencana Kemanusiaan dan Pembantaian Massal di Depan Mata

Hingga Selasa 17 Oktober 2023, agresi Israel ke Gaza, Palestina, membuat situasi Gaza semakin memburuk dan berada dalam bencana kemanusiaan dan pembantaian massal. Hal tersebut disampaikan Direktur Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban Ahed melalui siaran persnya di Jakarta yang dikutip Rabu 18 Oktober 2023.

“Pendudukan Israel telah memutuskan pasokan air, listrik, dan bahan bakar, serta melarang masuknya bahan pokok makanan ke wilayah Gaza. Sebagai akibatnya, Gaza berada di ambang bencana kemanusiaan yang besar dan menghadapi pembantaian massal," kata Ahed.

Dalam sehari, terang Ahed, Israel menjatuhkan lebih dari 1.200 ton amunisi bom yang terlarang secara internasional. Serangan itu mengakibatkan penghancuran yang luar biasa. Baca Juga PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata Kemanusiaan di Gaza Ribuan unit rumah telah hancur total atau rusak parah, menyebabkan 445.000 warga sipil mengungsi, sementara Tim SAR kesulitan dalam upaya penyelamatan.

Pendudukan Israel, ungkap Ahed, melakukan serangan brutal dan menyasar warga sipil, paramedis, fasilitas kesehatan dan lembaga pendidikan. Ahed menambahkan, hingga saat ini, serangan Israel telah menyasar 144 lembaga pendidikan, termasuk universitas, sekolah, dan taman kanak-kanak. Sementara itu, jumlah korban jiwa meningkat setiap saat di Gaza, bahkan dalam setiap 5 menit satu orang warga Palestina di Gaza terbunuh oleh serangan Israel. Menurut kantor Informasi Pemerintahan Gaza menyebutkan 64% korban tewas adalah anak-anak dan wanita.

“Senin kemarin, korban serangan Israel telah bertambah menjadi 2.778 orang dan 9.938 lainnya luka-luka. Selain itu juga telah memusnahkan total 371 keluarga dengan seluruh anggota keluarganya," kata Ahed. Sehingga jumlah korban terbunuh dan meninggal sejak awal agresi Israel hingga Senin (16/10) telah mencapai lebih 3.200 orang, sepertiganya sebanyak 950 orang adalah anak-anak dan sepertiga lainnya lebih 900 orang adalah wanita dan lansia. "Jumlah ini belum termasuk korban yang masih tertimbun di bawah puing-puing sejak hari pertama agresi di Gaza," demikian Ahed.

sumber: https://www.ajnn.net/.

Pemerintah Siapkan Bantuan Kemanusiaan Penanganan Bencana Banjir ke Libya

JAKARTA – Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah yang berada di negara Libya pada beberapa waktu lalu, berdampak pada 884.000 orang, 6.000 jiwa meninggal dunia dan 10.000 orang masih dalam pencarian. Pemerintah Indonesia bergerak untuk melakukan dukungan percepatan penanganan.

Dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Rencana Bantuan Kemanusiaan Pemerintah Indonesia ke Libya di Kemenko PMK, Jakarta pada Jumat (22/9) diputuskan bahwa pemerintah Indonesia akan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Hal itu diungkap Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat memimpin rapat.

“Sesuai dengan permintaan dari pemerintah Libya, Indonesia akan memberikan bantuan. Mengingat hubungan diplomatis antar dua negara ini sejak tahun 1991 dan juga kita memiliki hubungan sangat dekat dengan pemerintah Libya dan masyarakat Libya,” ucap Muhadjir.

“Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan berupa bantuan logistik dan jasa yang masih dicocokan dengan kebutuhan di lapangan, menunggu kabar dari KBRI Tripoli. Sehingga yang kita kirim akan betul-betul yang dibutuhkan di sana,” lanjutnya.

Pengiriman bantuan kemanusiaan ini akan dipimpin oleh Kepala BNPB.

“Koordinasi penanganan ini akan di lakukan oleh kepala BNPB, pengiriman bantuan diperkirakan dilaksanakan 27 September 2023,” tutup Muhadjir.

Pada kesempatan yang sama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto yang turut hadir dalam rapat, saat ini proses koordinasi dengan berbagai pihak masih terus dilakukan.

“Masih berkoordinasi terus dengan pemerintah Libya kira-kira barang yang diperlukan seperti apa, kit asiapkan 45 ton dengan 16 jenis barang. Belum termasuk dengan bantuan yang dikumpulkan oelh Lembaga lain,” ujar Suharyanto

“Barang-barang yang sangat dibutuhkan ketika bencana banjir seperti tenda, selimut, matras, velbed, pakaian anak, pakaian dewasa, pakaian lansia, pakaian Wanita, alat pembersih, makanan siap saji, kemudian genset. Untuk yang meninggal disiapkan kantong mayat dan kain kafan,” imbuhnya.

Suharyanto mengungkapkan, sebelumnya pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa kali pengiriman dukungan kemanusiaan ke negara sahabat selain logistik juga tim Search and Rescue (SAR) dan Emergency Medical Team (EMT).

“Indonesia sudah punya pengalaman memberikan bantuan ke Pakistan, Turkiye dan Surya. Tim SAR dan EMT sudah ada dan sudah pernah bertugas ke luar negeri,” pungkasnya.

Abdul Muhari, Ph.D.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB