logo2

ugm-logo

Blog

Mitigasi dan Kesiapsiagaan Hadapi Bencana, BPBD DIY Perkuat Kaltana dan Libatkan LSM

RADAR JOGJA -  Gempa Jogja 27 Mei 2006 silam menjadi pelajaran bersama bahwa mitigasi dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi prioritas utama untuk mengurangi risiko akibat peristiwa alam itu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ pun telah memperkuat keberadaan Kalurahan Tangguh Bencana (Kaltana) dan melibatkan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pengurangan risiko bencana.

Kepala Pelaksana BPBD DIJ Noviar Rahmad mengatakan, terdapat lima sesar besar di Jogjakarta, antara lain, Sesar Opak, Sesar Mataram, Sesar Progo. Ini menjadikan Provinsi DIJ sebagai salah satu wilayah dengan potensi gempa yang tinggi.

"Sebetulnya kalau sesar-sesar itu semua aktif, cuma kapan patahan-patahannya itu nggak ada yang tahu. Jadi yang bisa kita siapkan adalah melakukan mitigasi kepada masyarakat terkait kesiapsiagaannya," kata Noviar kepada Radar Jogja kemarin (26/5).

Noviar menjelaskan, terkait dengan gempa belum ada satu teknologi yang bisa mendeteksi kapan terjadinya gempa di patahan-patahan sesar itu, termasuk Sesar Mataram. Instansi ini melakukan upaya memperkuat organisasi kepemerintahan maupun nonpemerintah. Organisasi pemerintah seperti Kaltana, Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), dan masih banyak lagi.

Selain itu berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) seperti Caritas Germany, Plan Indonesia, Yakkum Emergency Unit, Human Initiative, dan Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) turut berperan aktif dalam melakukan simulasi dan pendidikan terkait bencana. Khususnya bagi kelompok rentan seperti difabel dan lansia.

Noviar menyebut Bank Dunia dan Prudential Foundation dari Hongkong juga memberikan dukungan dalam penyusunan rencana manajemen risiko bencana. "Pertama kita mewaspadai apabila tiba-tiba terjadi gempa, maka yang harus dilakukan apa. Pertama, melakukan penyelamatan diri sendiri dulu ke mana perginya, misalnya," ujarnya.

Menurutnya, simulasi yang dilakukan lebih banyak melibatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan mereka. Masyarakat diajarkan cara menyelamatkan diri, evakuasi, pembentukan tenda pengungsi, serta pentingnya membawa tas siaga bencana yang berisi dokumen berharga saat terjadi gempa.

"Jadi hanya satu tas yang harus dibawa. Isinya surat berharga saja. Harta benda lain harus ditinggalkan dalam rangka penyelamatan nyawa," jelasnya.

Meskipun sudah ada 328 Kaltana dan 333 SPAB yang terbentuk, jumlah ini masih jauh dari target. Dari 8.900 satuan pendidikan di Jogjakarta, baru 333 yang sudah menjadi SPAB, sementara 2.903 di antaranya berada di daerah rawan bencana.

"Belum mencapai target, kalau Kaltana masih kurang. Dan itu ada tingkatannya, yaitu Kaltana Pratama, Kaltana Madya, Kaltana Utama. Kita belum mengukur yang dari 328 itu, baru sekadar pembentukan," terangnya.

Mengenai konstruksi bangunan, pengalaman gempa 2006 menunjukkan banyaknya korban jiwa diakibatkan oleh konstruksi bangunan yang masih tradisional. Oleh karena itu, masyarakat diminta mengurus izin mendirikan bangunan (IMB) yang mencakup standar struktur bangunan.

Saat ini regulasi belum mewajibkan rekomendasi dari BPBD untuk pembangunan di dekat jalur sesar. Berbeda dengan negara-negara maju yang mensyaratkan rekomendasi tersebut. Proses pengeluaran IMB masih sepenuhnya diatur oleh dinas terkait di kabupaten/kota, tanpa konsultasi dari BPBD.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat regulasi terkait untuk mengurangi risiko bencana dan melindungi warga Jogjakarta dari ancaman gempa bumi.

"Kami imbau ketika terjadi gempa, pertama tidak panik. Simulasinya sudah ada dan sering kita lakukan. Paling gampang adalah setiap masyarakat harus menginstal InaRISK (sistem informasi risiko bencana). Di dalam itu ketika memasuki tempat akan muncul potensi bencana dan penyelamatan yang dilakukan," tambah Noviar. (wia/laz)

BMKG Rekomendasi Modifikasi Cuaca di Sumbar Kurangi Potensi Bencana

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merekomendasikan untuk segera dilakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengurangi potensi hujan deras dan kebencanaan di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).

"Berdasarkan hasil analisa dan kondisi yang terjadi di Sumatera Barat saat ini, rekomendasi kami memohon kepada pihak berwenang untuk segera melakukan TMC," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Minggu (12/5) malam.

Ia menjelaskan sebagaimana pengalaman yang dilakukan sebelumnya, modifikasi cuaca dengan cara menabur zat NaCl ke langit menggunakan pesawat tersebut merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengendalikan potensi awan penghujan.

BMKG menilai upaya tersebut perlu juga diterapkan di Sumatera Barat yang berdasarkan hasil analisa cuaca diprakirakan hingga 22 Mei 2024 berpotensi diguyur hujan intensitas sedang hingga sangat deras.

Dwikorita mengatakan kondisi cuaca tersebut sebelumnya telah terdeteksi oleh BMKG sejak 8 Mei 2024. Bahkan menurut dia, puncaknya telah memicu bencana banjir disertai tanah longsor dengan dampak kerusakan parah di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang, pada Sabtu (11/5) malam.

Dari hasil analisa BMKG mendapati fenomena Sirkulasi Sinklonik atau pembentukan awan dan belokan angin lokal di Sumatera Barat turut berkontribusi derasnya intensitas hujan hingga mencapai lebih dari 300 mm di wilayah itu.

"Dengan demikian TMC diharapkan tidak semakin memperluas jangkauan dan memperparah dampak bencana sekaligus menunjang kelancaran upaya penanggulangan dampak bencana yang sedang dilangsungkan saat ini," kata mantan rektor Universitas Gadjah Mada ini.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sejumlah kecamatan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang dilanda banjir bandang bercampur material lahar pada Sabtu (11/5) malam.

Bencana tersebut dilaporkan menimbulkan dampak kerusakan yang cukup serius. Pusdalops BNPB mencatat sampai dengan Minggu (12/5) pukul 16.40 WIB ada sebanyak 27 orang korban warga di tiga daerah tersebut meninggal dunia, lebih dari 200 orang warga mengungsi, dan lebih dari 100 unit rumah dan puluhan fasilitas publik rusak.

Selain itu, juga menimbulkan tanah longsor hingga memutus jalan dan melumpuhkan arus lalu lintas. Di antaranya seperti di wilayah Malalak Kabupaten Agam (Jalan Penghubung Padang-Bukit Tinggi), Sitinjau Lauik Kabupaten Tanah Datar (Jalur penghubung Padang - Solok). Jalan Lembah Anai (jalur penghubung Bukit Tinggi-Padang).

BNPB memastikan tim petugas gabungan masih melakukan upaya penanggulangan dampak bencana sehingga data jumlah korban jiwa maupun dampak kerusakan lainnya masih dapat bertambah.

Pemicu banjir lahar dingin di 3 Wilayah Sumbar

Pada kesempatan itu, Dwikorita mengatakan intensitas hujan yang sangat deras dan berdurasi panjang menjadi pemicu utama banjir bandang bercampur lahar gunung yang melanda tiga kabupaten/kota di Sumbar.

Dia bilang berdasarkan analisa per tanggal 8 Mei 2024 sudah ditemukan potensi hujan intensitas sedang hingga sangat deras dapat mengguyur wilayah Sumatera Barat.

"Potensi hujan yang demikian itu teramati dapat berlangsung secara lebih intensif oleh karena ada fenomena Sirkulasi Sinklonik, atau pembentukan awan dan belokan angin lokal," ujarnya.

Merespons hal itu maka, ia menyebutkan, tim Meteorologi BMKG pada hari yang sama langsung menerbitkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem yang dapat berujung bencana hidro-meteorologi seperti banjir, longsor dan seterusnya di Sumatera Barat.

Dalam peringatan dini tersebut BMKG meminta masyarakat di Sumatera Barat, khususnya di daerah rawan bencana seperti pesisir, pegunungan, perbukitan waspada cuaca ekstrem mulai dari tanggal 9-12 Mei 2024.

"Dari rentetan ini puncaknya terjadi kemarin (Sabtu, 11/5) hujan berlangsung mulai dari sore hingga malam di atas 150/200 mm sehingga banjir bandang diikuti oleh lahar melanda Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang," kata Dwikorita.

Terkait lahar gunung, ia pun menjelaskan, material tersebut berasal dari sisa erupsi Gunung Marapi beberapa waktu lalu yang masih mengendap di lereng bagian puncaknya, kemudian terbawa air hingga turut melanda tiga kabupaten/kota tersebut yang berada di sekitarnya.

"Jadi bukan saat itu Gunung Marapi erupsi tapi karena memang hujannya sangat deras, yang bahkan masih akan berlangsung hingga tanggal 22 Mei 2024 atau setidaknya dalam tiga hari ke depan," imbuhnya.

Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sumatra Barat Bertambah Jadi 37 Orang

TEMPO.CO, Jakarta -  Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Padang mencatat ada 37 orang korban meninggal akibat banjir bandang di Sumatra Barat. Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Basarnas Padang Abdul Malik dalam keterangan resminya Ahad petang, 12 Mei 2024.

"Dapat kami laporkan ada 37 korban meninggal akibat banjir bandang lahar dingin di Kabupaten Tanah Datar dan Agam yang terjadi pada Sabtu 11 Mei 2024," katanya.

Abdul melanjutkan, korban yang ditemukan itu berada di tiga titik yakni, Rumah Sakit Ahmad Muchtar Bukittinggi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batusangkar Tanah Datar dan RS Bhayangkara. "Ada beberapa korban yang sudah dibawa oleh keluarga untuk disemayamkan," katanya.

Banjar bandang itu juga menyebabkan ruas jalan terputus. Wakapolda Sumatra Barat Brigjen Guguh Setiyono mengatakan, jalan yang terputus itu berada di sekitar kilometer 64. Jalan tersebut amblas ke sungai dan tidak bisa dilalui oleh roda 2 maupun roda 4. "Kami belum bisa perkirakan sampai kapan," katanya.

"Saya liat jalannya amblas dan banyak ruang kosong di bawah bahu jalan," katanya.

Guguh melanjutkan, kondisi jalan saat ini sangat rusak berat. Sehingga butuh waktu yang untuk perbaikannya. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk perbaikannya," katanya.

Selain via Silaing, akses jalan via Malalak Padang Pariaman juga tidak bisa dilalui. Sebab jalan menuju Kota Bukittinggi itu tertimbun material longsor. "Malalak juga tidak bisa lalui karena juga longsor. Kami sedang berusaha membersihkan," katanya.

Dia juga menjelaskan, bagi masyarakat yang ingin menuju Kota Bukittinggi dari Kota Padang dapat melalui jalur Sitinjau. "Jalur satu-satunya yang kami rekomendasikan untuk ke Kota Bukittinggi bisa via Sitinjau, namun tetap harus berhati-hati," katanya.

Memahami Aktivitas Gunung Ruang: Bahaya Tsunami, Erupsi Dahsyat, dan Prediksi 2036

JATINANGOR, itb.ac.id - Gunung Ruang yang terletak di Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, Kembali erupsi pada Selasa (30/4/2024).

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan stasus Awas pada Gunung Ruang. Menurut keterangan resmi PVMBG, tercatat 15 kali gempa guguran, 425 kali gempa vulkanik dalam, 237 gempa vulkanik dangkal, 6 kali gempa tektonik jauh, dan 15 kali gempa tektonik lokal.

Akibat adanya erupsi itu, sebanyak tujuh bandara di Sulawesi pun terpaksa ditutup, termasuk Bandara Internasional Sam Ratulangi di Kota Manado, Sulut.

Ahli vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Mirzam Abdurachman, S.T., M.T., telah melakukan diskusi dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), mengenai erupsi Gunung Ruang tersebut.

Menurutnya erupsi Gunung Ruang adalah bagian dari serangkaian erupsi yang terjadi bersamaan dengan beberapa gunung api lainnya di Indonesia, termasuk Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Marapi, dan Gunung Lewatolo. Hal ini menunjukkan kompleksitas aktivitas vulkanik di Indonesia.

Jalur Busur Vulkanik
Sebagai informasi, perlu diketahui bahwa, Indonesia memiliki empat jalur gunung berapi (busur vulkanik) yang terbentuk di atas lempeng tektonik. Jalur-jalur ini, ketika dilihat dari atas, membentuk lengkungan atau busur.

Empat busur vulkanik di Indonesia adalah Busur Sunda, Busur Banda, Busur Halmahera, dan Busur Sangihe-Selebes. Gunung Ruang terletak di ujung utara Sulawesi Utara, mengarah ke Filipina, dan termasuk dalam Busur Sangihe-Selebes. Menariknya, dalam waktu yang berdekatan, beberapa gunung api lain di Indonesia juga mengalami erupsi.

Pertama, gunung-gunungapi yang terletak dalam busur vulkanik yang sama, seperti Gunung Merapi, Semeru, dan Marapi, cenderung mengalami erupsi bersamaan. Hal ini ibarat busur vulkanik yang bertindak sebagai "Event Organizer". Lantaran mereka dipengaruhi oleh interaksi lempeng tektonik yang sama.

Kedua, gunungapi yang berada di busur vulkanik berbeda, seperti Gunung Lewatolo dan Ruang, dapat meletus bersamaan karena memiliki interval letusan yang berdekatan. Kesamaan waktu letusan ini merupakan fenomena alamiah yang tidak selalu terkait dengan interaksi lempeng tektonik.

Namun, beberapa busur ini sudah tidak relevan dan belum diperbarui, sehingga perlu dilakukan pemutakhiran data untuk memahami interkoneksi gunung api dengan lebih baik dan meningkatkan akurasi prediksi letusan.

Gunungapi meletus ketika keseimbangan dalam dapur magma terganggu, yang melibatkan tiga proses kritis, yakni di bawah, di dalam, dan di atas dapur magma.

Perlu diketahui, di bawah dapur magma, terjadi injeksi magma baru karena pergerakan lempeng tektonik, yang serupa dengan menambahkan air ke botol yang sudah penuh, yang pada akhirnya dapat menyebabkan tumpahnya magma.

Di dalam dapur magma, terjadi proses pendinginan magma yang menghasilkan kristalisasi, menciptakan ketidakseimbangan yang jika tidak terkendali dapat memicu erupsi. Meskipun ada pola dan siklus yang dapat diprediksi, terdapat juga faktor tak terduga seperti keruntuhan dinding dapur magma, seperti yang terjadi dalam kasus letusan Gunung Ontake di Jepang.

Di atas dapur magma, meskipun tidak secara langsung terhubung dengan tubuh gunung api, faktor eksternal seperti pelelehan es di puncak gunung (seperti yang terjadi di Gunung Fuji), badai (seperti pada Gunung Pinatubo), gelombang laut (seperti pada Gunung Gamalama), dan gempa bumi dapat memicu letusan.

Dampak Letusan Gunung Ruang
Pada saat gunung berapi erupsi bahaya yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu bahaya primer (yang terjadi langsung saat erupsi terjadi) seperti aliran lava panas, wedus gembel, efek balistik, abu vulkanik, gas beracun, dan lahar. Ada pula bahaya sekunder (post eruption), terjadi setelah erupsi gunung api, seperti banjir bandang, tsunami, hujan asam, perubahan iklim, dan polusi atmosfer.

Sementara Gunung Ruang, yang terletak di tengah laut, memiliki beberapa potensi bahaya yang perlu diwaspadai.

"Pertama, potensi tsunami dapat terjadi apabila material longsor masuk ke laut atau jika lereng gunung api runtuh, Kedua, letusan Gunung Ruang dapat mengeluarkan aliran lava dan piroklastik panas.Ketiga, abu vulkanik yang dihasilkan erupsi dapat mengganggu kesehatan pernapasan dan merusak ekosistem di sekitarnya," ujarnya.

Selain itu, terdapat pula fenomena kilatan petir yang muncul saat erupsi merupakan hal yang umum terjadi. Kilatan ini disebabkan oleh gesekan partikel-partikel yang terlontar dari gunung api.

Penyebab Terjadinya Petir pada Letusan Gunung Ruang
Lantas, mengapa terdapat fenomena petir saat letusan Gunung Ruang?

Menurut Dr. Mirzam, hal tersebut sebenarnya umum terjadi ketika ada aktivitas gunungapi. “Explosive dengan kecepatan tinggi, maka yang tadinya senyawa a dan b akan putus menjadi a plus dan b minus, atau dalam konteks yang lebih kecil skala atom. Adanya tekanan yang tinggi itu, elektron-elektron tersebut dipaksa keluar, sehingga menjadi elektron bebas. Ketika sudah ada elektron bebas atau b minus tersebut, maka itu adalah cikal bakal syarat utama terbentuknya petir. Lalu ketika elektron bebas sudah ada, maka selanjutnya petir akan terjadi,” ungkapnya.

Partikel-partikel yang terlontar, ucapnya, dapat terlontar dengan kecepatan tinggi kemudian bergesekan satu sama lain yang akhirnya menghasilnya muatan listrik.

“Jadi peristiwa gemuruh petir yang terjadi saat gunung api erupsi merupakan hal yang biasa, ini hanya menunjukan eksplosivitas yang tinggi saja,” tuturnya.

Siklus Letusan Gunung Ruang
Gempa bumi yang terjadi di Pulau Doi pada tanggal 9-14 April 2024, diikuti dengan erupsi Gunung Ruang pada tanggal 16 April, membuka peluang untuk memprediksi letusan gunung berapi dalam jangka panjang.

Berdasarkan data letusan Gunung Ruang dari tahun 1808 hingga 1940, Dr. Mirzam menemukan pola siklus letusan dengan rata-rata 32,25 tahun. Analisis data ini menunjukkan bahwa letusan kuat tidak terjadi setiap tahun, dan tercatat pada tahun 1810, 1817, 1840, 1870, 1904, 1905, dan 1940. Jika pola ini berlanjut, letusan kuat berikutnya diprediksikan terjadi antara tahun 1972 dan 2036.

Namun, perlu diingat bahwa pola ini tidak selalu tepat dan letusan besar dapat terjadi di luar periode prediksi. Hal ini terlihat pada tahun 2002 dan 2004, di mana terjadi letusan besar yang tidak sesuai dengan pola 32,25 tahun.

Sehingga, menurutnya kita perlu selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya letusan sisa rentang periode 2004-2036. "Dua gempa kemarin yang diikuti erupsi Gunung Ruang sudah menjadi pertanda akan isi perut gunung ruang yang belum dikeluarkan sepenuhnya pada prediksi letusan periode 2004," ucapnya.

Sejarah Letusan Gunung Ruang
Setelah adanya kejadian erupsi kembali pada 30 April 2024, PVMBG pun mengimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi dari tsunami. Adanya peringatan ini karena adanya material erupsi yang runtuh dan masuk ke dalam laut.

Ternyata, catatan sejarah menunjukan, pada tahun 1871, erupsi Gunung Ruang telah mengakibatkan terjadinya tsunami dengan tingkat kekuatan letusan atau Volcanic Explosity Index (VEI) sebesar 2. Sekitar 400 orang dilaporkan meninggal dunia akibat bencana tersebut. Tsunami yang terjadi diakui sebagai tsunami vulkanik, yaitu jenis tsunami yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik.

Berdasarkan long term prediction, diprediksi erupsi besar Gunung Ruang selanjutnya adalah pada 2036. Akan tetapi, prediksi erupsi besar sebelumnya yaitu pada 2004 tidak terjadi, sehingga ada kemungkinan akan ada bebeberapa erupsi yang terjadi ke depan sisa-sisa dari erupsi 2004.

Potensi Tsunami ke Arah Barat Daya
PVMBG sendiri telah mengkonfirmasi potensi tsunami di garis pantai timur laut pulau tersebut. Ancaman ini dapat berasal dari dua faktor utama, yakni aliran piroklastik yang tiba-tiba atau longsoran bagian gunung api di sisi tersebut.

Namun, terdapat perspektif lain yang perlu dipertimbangkan. Gunungapi Doi, pulau tersebut, dan gunungapi di selatannya sebenarnya merupakan rangkaian besar dari kaldera tua yang berada di bawahnya dengan bukaan ke arah barat.

Hal ini berarti, pulau-pulau Gunung Ruang berada di sisi barat kaldera tua dan lebih mudah meluncur ke arah barat dibandingkan ke arah timur. Oleh karena itu, selain potensi tsunami di garis barat pulau sebelah timur, perlu diwaspadai pula potensi longsor ke arah barat daya. Gunung Ruang terletak di bidang miring kaldera tua yang terbuka ke arah barat daya, sehingga bahaya primer dan sekunder dapat terjadi.

Selain tsunami, bahaya lainnya yang perlu diwaspadai adalah interaksi air laut dengan magma. Hal ini dapat meningkatkan tekanan secara tiba-tiba dan memicu letusan yang lebih besar, seperti yang terjadi pada Gunung Krakatau pada tahun 2018.

“Ketika kemudian sudah longsor air laut masuk bukannya seperti panas disiram, namun panas tersebut melentik kemudian memicu letusan yang lebih besar,” ujar Dr. Mirzam

Imbauan untuk Masyarakat
Masyarakat di sekitar Gunung Ruang diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak memasuki zona berbahaya dalam radius 5 kilometer dari pusat kawah aktif. Hal ini penting untuk menghindari risiko terpapar bahaya letusan gunung berapi.

Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diimbau untuk menggunakan masker yang dibasahi air saat berada di luar ruangan. Membasahi masker dapat membantu memaksimalkan penangkapan abu vulkanik, sehingga melindungi pernapasan dari bahaya debu dan partikel halus yang berbahaya, masyarakat juga dihimbau untuk mentutup sumber-sumber air bersih yang berpotensi tercermar abu vulkanik.

"Kita tidak bisa menghindar, karena indonesia merupakan tempat lahirnya gunungapi, maka yang bisa kita lakukan adalah mengenal karakter gunungapi," pungkasnya.

Reporter : Ahza Asadel Hananda Putra (Teknik Pangan, 2021)

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

TEMPO.CO, Jakarta - Gempa bumi mengguncang wilayah wilayah Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, pada Selasa, 30 April 2024, sekitar 20.52 WIB. Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa tektonik ini berkekuatan M5,5.

"Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,39° LU, 126,79° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 110 kilometer arah barat laut Pulau Doi, Maluku Utara, pada kedalaman 72 kilometer," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, melalui keterangan tertulis, Selasa, 30 April 2024.

Berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempa bumi ini menimbulkan guncangan di daerah Loloda, Halmahera Barat, Pulau Batang Dua, dan Kota Ternate, Maluku Utara, dengan skala intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata di dalam rumah serta terasa getaran seakan akan truk berlalu. Hingga saat ini, kata Daryono, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi tersebut. "Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," ujarnya.

Hingga pukul 21.15 WIB, hasil pemantauan BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock). Daryono mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat setempat juga diimbau menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. "Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," ujarnya.