logo2

ugm-logo

Blog

Mitigasi Bencana Longsor di daerah Perbukitan

Mitigasi bencana longsor di daerah perbukitan melibatkan sejumlah strategi dan tindakan preventif untuk mengurangi risiko serta dampak yang dapat ditimbulkan oleh longsor. Berikut adalah beberapa langkah mitigasi yang dapat diambil:

Pemetaan dan Identifikasi Zona Longsor: Melakukan pemetaan dan identifikasi zona-zona potensial yang rentan terhadap longsor. Hal ini memungkinkan pemerintah dan masyarakat untuk mengetahui wilayah yang memerlukan perhatian khusus.

Zonasi dan Penataan Ruang Kota yang Bijak: Mengatur tata ruang kota dengan bijak, termasuk pembatasan pembangunan di daerah berpotensi risiko tinggi. Penentuan zona-zona tertentu yang dinyatakan sebagai daerah larangan pembangunan dapat membantu mengurangi risiko longsor.

Penerapan Sistem Peringatan Dini: Mengembangkan dan menerapkan sistem peringatan dini yang efektif untuk memberikan informasi cepat kepada masyarakat tentang potensi terjadinya longsor. Sistem ini dapat memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk mengambil langkah-langkah evakuasi.

Pemeliharaan dan Penguatan Vegetasi: Memelihara dan memperkuat vegetasi di perbukitan, seperti pohon dan semak, dapat membantu mengurangi erosi tanah dan meningkatkan daya tahan lereng terhadap longsor. Pengelolaan vegetasi ini sebaiknya melibatkan reboisasi dan pemeliharaan tanaman penutup tanah.

Pengaturan Drainase yang Baik: Memastikan sistem drainase yang baik di daerah perbukitan untuk menghindari penumpukan air yang dapat merusak stabilitas tanah. Ini termasuk pembuatan saluran air yang memadai dan pengelolaan aliran air hujan.

Konstruksi Perkuatan Lereng: Melakukan konstruksi perkuatan lereng menggunakan teknologi atau struktur yang dapat memperkuat daya dukung lereng dan mencegah terjadinya longsor.

Pelatihan Masyarakat: Melakukan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat tentang tanda-tanda awal dan perilaku yang aman selama potensi terjadinya longsor. Ini termasuk penyelenggaraan simulasi dan praktik evakuasi.

Pemantauan dan Evaluasi Periodik: Melakukan pemantauan dan evaluasi periodik terhadap lereng dan kondisi tanah di daerah perbukitan. Sistem pemantauan yang baik dapat mendeteksi perubahan yang mungkin menyebabkan longsor.

Pembuatan Fasilitas Tanggul: Pembuatan fasilitas tanggul yang sesuai dengan kondisi geografis daerah perbukitan dapat membantu menahan aliran lumpur dan material longsor, mengurangi risiko kerusakan di daerah dataran rendah.

Kerjasama Antar Pihak: Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi. Hal ini mencakup penyuluhan, pelibatan masyarakat dalam pemantauan, dan kolaborasi dalam proyek-proyek mitigasi longsor.

Mitigasi bencana longsor di daerah perbukitan memerlukan perencanaan dan implementasi strategi yang komprehensif serta partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan.

Mitigasi Gempa Bumi di Area Perkotaan

Mitigasi gempa bumi melibatkan serangkaian tindakan dan strategi untuk mengurangi risiko serta dampak negatif yang dapat diakibatkan oleh gempa bumi. Berikut adalah beberapa langkah mitigasi yang dapat diambil:

Bangunan dan Konstruksi Tahan Gempa: Mengembangkan dan menerapkan standar bangunan dan konstruksi yang tahan gempa adalah langkah kunci dalam mitigasi. Ini mencakup perencanaan dan perizinan bangunan, serta pemeliharaan berkala untuk memastikan keandalan struktur.

Pengawasan dan Evaluasi Bangunan Lama: Memiliki program pengawasan dan evaluasi berkala untuk bangunan tua atau bersejarah guna menentukan apakah perlu dilakukan perbaikan atau peningkatan struktural guna meningkatkan ketahanan terhadap gempa.

Penataan Ruang Kota yang Bijak: Pengaturan tata ruang kota yang bijak dapat membantu mengurangi risiko terhadap gempa bumi. Hal ini melibatkan pembatasan pembangunan di daerah berpotensi risiko tinggi dan pemetaan zona-zona gempa.

Edukasi Masyarakat: Melakukan kampanye edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tindakan yang harus diambil selama dan setelah gempa bumi. Ini mencakup penyelenggaraan simulasi gempa dan penyediaan informasi tentang tempat pengungsian dan jalur evakuasi.

Pemberlakuan Bangunan Hijau: Mendorong penggunaan bangunan hijau dan ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak gempa, seperti desain yang memperhitungkan perubahan alamiah dalam lingkungan.

Pengembangan Sistem Peringatan Dini: Membangun dan memperbarui sistem peringatan dini yang efektif untuk memberikan informasi cepat kepada masyarakat dan instansi terkait tentang potensi terjadinya gempa bumi. Sistem ini dapat membantu orang untuk mengambil langkah-langkah antisipatif.

Pengembangan Infrastruktur Pencegahan Tanah Longsor: Beberapa gempa bumi dapat menyebabkan tanah longsor. Oleh karena itu, mengembangkan infrastruktur pencegahan tanah longsor, seperti dinding penahan tanah dan sistem drainase yang baik, dapat membantu mengurangi risiko terjadinya tanah longsor.

Pelatihan Tim Penanggulangan Darurat: Melibatkan tim penanggulangan darurat dalam pelatihan dan simulasi gempa bumi guna memastikan bahwa mereka terlatih dengan baik dan dapat merespons secara cepat dan efektif pada saat keadaan darurat.

Pemeliharaan dan Penguatan Jaringan Utilitas: Memelihara dan memperkuat jaringan utilitas, seperti jaringan listrik, air, dan gas, agar lebih tahan terhadap gempa bumi. Ini dapat mencegah kegagalan infrastruktur yang dapat meningkatkan dampak gempa.

Evaluasi Dampak Lingkungan: Melakukan evaluasi dampak lingkungan dari kebijakan dan proyek pembangunan untuk meminimalkan risiko dan dampak negatif terhadap lingkungan setelah terjadinya gempa.

Mitigasi gempa bumi memerlukan pendekatan yang terpadu dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mencapai kesiapsiagaan dan ketahanan yang optimal.

Penting ! Mitigasi Bencana di daerah Perkotaan

Mitigasi bencana banjir di perkotaan melibatkan sejumlah strategi dan tindakan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana tersebut. Berikut adalah beberapa langkah mitigasi yang dapat diambil:

Drainase yang Efisien: Perbaikan dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan adalah kunci dalam mengurangi risiko banjir. Sistem drainase yang baik dapat mengalirkan air hujan dengan cepat, mencegah genangan, dan mengurangi risiko banjir.

Ruang Terbuka Hijau: Meningkatkan ruang terbuka hijau di perkotaan dapat membantu menyerap air hujan dan mengurangi aliran permukaan. Taman, taman kota, dan lahan terbuka lainnya dapat berfungsi sebagai resapan air.

Zonasi Banjir dan Pemetaan Risiko: Pemetaan wilayah yang rentan terhadap banjir dan identifikasi risiko merupakan langkah awal dalam pengembangan strategi mitigasi yang efektif. Hal ini memungkinkan pihak berwenang untuk mengarahkan sumber daya mereka ke area yang paling membutuhkan.

Bangunan Tahan Banjir: Penerapan teknologi dan desain bangunan yang tahan terhadap banjir dapat membantu mengurangi kerusakan akibat banjir. Ini mencakup penggunaan material yang tahan air dan peninggian bangunan.

Pemantauan Cuaca dan Sistem Peringatan Dini: Pengembangan sistem pemantauan cuaca dan peringatan dini yang efektif dapat memberikan waktu yang lebih panjang bagi warga untuk mengambil langkah-langkah persiapan sebelum banjir terjadi.

Penataan Ruang Kota yang Bijak: Pengaturan tata ruang kota yang bijak dapat membantu mengurangi risiko banjir. Hal ini mencakup pembatasan pembangunan di daerah rawan banjir, peningkatan infrastruktur, dan peningkatan kualitas tata ruang.

Pelibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam perencanaan mitigasi banjir sangat penting. Pengetahuan lokal dan partisipasi aktif masyarakat dapat memperkuat upaya mitigasi.

Pemeliharaan Sungai dan Daerah Aliran Sungai: Pemeliharaan sungai dan daerah aliran sungai yang baik dapat membantu mengurangi risiko banjir. Ini melibatkan pencegahan erosi sungai, pemeliharaan vegetasi, dan pengelolaan air sungai yang berkelanjutan.

Infrastruktur Penanggulangan Banjir: Pembangunan infrastruktur seperti bendungan, pintu air, dan tanggul merupakan bagian penting dari mitigasi banjir di perkotaan.

Pelatihan dan Simulasi Bencana: Melakukan pelatihan dan simulasi bencana dapat membantu meningkatkan kesiapan masyarakat, petugas pemadam kebakaran, dan pihak berwenang dalam menghadapi banjir serta merespons dengan cepat dan efektif saat terjadi bencana.

Pendekatan terpadu dan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk mencapai mitigasi banjir yang efektif di perkotaan.

Kemensos bantu tenda hingga makanan untuk pengungsi erupsi Lewotobi

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial (Kemensos) menyerahkan bantuan kepada masyarakat terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Kemensos melalui Sentra Efata Kupang sudah hadir di tengah-tengah pengungsi dan terus memberikan bantuan," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sentra Efata Kupang Tota Oceanna Zonneveld dalam keterangan, di Jakarta, Selasa.

Penyaluran bantuan terus dilakukan karena jumlah masyarakat terdampak dan jumlah pengungsi terus bertambah seiring dengan kembali erupsi Gunung Lewotobi.

Kemensos yang diwakili Sentra Efata Kupang dan Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam sudah menyalurkan bantuan berupa makanan siap saji, kasur, selimut, perlengkapan keluarga, perlengkapan anak-anak, tenda gulung, tenda serbaguna, tenda keluarga portable, dan toilet portable.

Selain itu, kata dia, ada juga bantuan bahan makanan untuk dapur umum dan masker untuk pengungsi dan petugas lapangan.

Kemensos juga menyalurkan bantuan melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sikka berupa makanan siap saji, perlengkapan anak-anak, kasur, velbed, selimut, terpal, tikar, pembalut, dan dua unit tenda Merah Putih.

Melalui Dinas Sosial Kabupaten Lembata, lanjutnya, Kemensos juga menyalurkan bantuan logistik berupa tenda Merah Putih, tenda serba guna, tenda portable, selimut, kasur, dan satu set dapur umum lapangan.

Sedangkan melalui Dinsos Kabupaten Flores Timur, Kemensos menyalurkan bantuan logistik berupa tenda Merah Putih, tenda portable, tenda keluarga, tenda payung, dan lima set dapur umum lapangan.

Gunung Lewotobi Laki-laki pertama kali erupsi pada Selasa (2/1/2024) dan erupsi kembali pada Minggu (7/1) serta Senin (8/1) sore pukul 17.22 WITA.

Laman Magma ESDM menyebutkan tinggi kolom abu letusan teramati mencapai 1.500 meter di atas puncak atau sekitar 3.084 meter di atas permukaan laut.

Akibat erupsi tersebut, ribuan orang mengungsi ke pos pengungsian di Kantor Camat Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Saat ini Kemensos elah mendirikan posko pengungsian di depan Kantor Desa Konga, Kecamatan Titehana, yang berada pada radius 15 km dari titik erupsi.

Pada Kamis (4/1) sebanyak 1.103 orang telah mengungsi di posko tersebut dimana terdapat kelompok rentan diberikan perlakuan khusus.

Jumlah tersebut masih terus bertambah mengingat banyak warga yang masih bertahan di rumah masing-masing dan gunung api yang masih berstatus siaga.

Tota mengatakan dapur umum masih tetap berjalan selama dibutuhkan dan tetap ada petugas yang berada di lokasi hingga siaga darurat usai.

"Dapur umum tetap berjalan, tim dari Sentra Efata juga tetap ada yang berada di lapangan hingga siaga darurat selama 14 hari selesai," kata Tota.

Gunung Ibu Erupsi Lagi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter ke Arah Barat

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara, kembali mengalami erupsi, Selasa (9/1/2024), pukul 09.41 WIT. Laporan Magma ESDM menyebutkan, tinggi kolom letusan Gunung Ibu teramati 1.000 meter di atas puncak, atau 2.325 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu erupsi Gunung Ibu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 65 detik.

Warga dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Ibu diimbau tidak beraktivitas di dalam radius 2 kilometer dan perluasan sektoral berjarak 3,5 kilometer ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.

Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas diluar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata).

Erupsi Sebelumnya

Sebelumnya Gunung Ibu juga mengalami erupsi, Jumat pagi (5/1/2024) lalu. Menurut informasi yang dikutip dari Magma ESDM, kolom abu letusan mencapai 1.000 meter ke arah barat daya dan barat. 

 Petugas Pos Pengamatan Gunung Ibu Efrita Lusy Andriany Saragih mengatakan, kolom abu teramati berwarna kelabu.

"Saat laporan ini dibuat erupsi masih berlangsung," kata Efrita.

Gunung Ibu merupakan gunung api bertipe strato volcano yang memiliki ketinggian 1.325 meter di atas permukaan laut terletak di barat laut Pulau Halmahera, Maluku Utara. Puncak gunung merupakan kawah vulkanik. Pusat kawah memiliki lebar 1 kilometer dan kedalaman 400 meter, sedangkan bagian luar memiliki lebar 1,2 kilometer.