logo2

ugm-logo

Blog

Gunungkidul Belum Terapkan KLB terkait Antraks Infeksi Puluhan Warga

Gunungkidul, CNN Indonesia -- Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk sebaran antraks usai penyakit yang disebabkan bakteri itu merebak di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu.

"Sementara belum ya karena bisa dilokalisasi di Jati dulu pasca ini hasil teman-teman survei ke lapangan langkah-langkah itu nanti kita selanjutnya seperti apa," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (5/7).

Heri menerangkan, pemkab akan memetakan untuk melihat perlu tidaknya penanganan ditingkatkan ke level kelurahan.

"Tapi untuk KLB sementara ini kita akan diskusikan dulu," sambungnya.

Sementara untuk jumlah warga positif terpapar berdasarkan tes serologi antraks ada 87 orang dari total 143 diperiksa. Mereka adalah warga Candirejo.

Selain itu, ada yang masih menjalani masa inkubasi 90 hari sejak sampel pertama muncul.

Ada pula satu pasien terjangkit antraks yang meninggal dunia pada 4 Juni 2023 lalu.

"(Warga positif antraks) tidak ada yang bergejala semua sekarang dalam pemantauan kondisi sehat," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul Sidig Hery Sukoco.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari menambahkan berdasarkan hasil pemeriksaan bersama Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates, terdapat 12 ekor ternak-- berupa 6 sapi dan 6 kambing-- milik warga Dusun Jati yang terpapar antraks.

Belasan hewan itu, kata Wibawanti, ada yang dibeli dari luar Dusun Jati dan ada pula yang merupakan hasil pembiakan peternak setempat. Dia mengatakan, 6 kambing dan 6 sapi itu sudah mati semuanya.

Namun, lanjut Wibawanti, terdapat tiga ekor sapi terpapar antraks yang kemudian dikonsumsi oleh warga setempat.

"Sakit, sudah mati dan dikubur melalui SOP. Tapi, sama masyarakat itu ada yang satu digali lagi dan dikonsumsi," kata Wibawanti ditemui di Kantor Pemkab Gunungkidul, DIY, Rabu.

"Lainnya memang belum sempat dikubur memang. Dua lainnya sudah mati tapi tetap dikonsumsi," lanjut dia.

Wibawanti melanjutkan, sejak ada dugaan penyakit antraks ini merebak awal Juni kemarin, pihaknya langsung melokalisir hewan ternak di Dusun Jati. Termasuk saat Iduladha akhir bulan lalu, menurutnya, sudah tidak ada lagi hewan ternak yang keluar dari lingkungan setempat.

Dinas peternakan telah memberikan antibiotik serta vaksinasi kepada total 77 ekor sapi dan 289 ekor kambing ternak di sana demi mencegah penyebaran antraks lebih luas.

Warga DIY Meninggal Akibat Antraks, Kemenkes Akan Lakukan Penyelidikan Epidemiologi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, terdapat 3 kasus antraks yang memakan korban meninggal dunia.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, ketiganya berasal dari Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kendati begitu, Nadia mengaku akan mengonfirmasi ulang kasus Antraks di wilayah tersebut, mengingat satu dari tiga orang yang meninggal teridentifikasi suspek, dan dua lainnya meninggal dengan gejala Antraks.

"Ada 3 yang dilaporkan, tapi masih akan dikonfirmasi ulang karena 1 suspek dan 2 dengan gejala antraks," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/7/2023).

Nadia menyampaikan, Kemenkes akan melakukan penyelidikan epidemiologi dari mana kasus bermula. Dia menjabarkan, penularan Antraks biasanya terjadi karena memakan daging sapi yang terkontaminasi Antraks.

Biasanya, virus Antraks mampu menular ke sapi, ketika hewan tersebut memakan rumput yang tanahnya terdapat virus Antraks.

"Biasanya virus bisa menular ke sapi saat sapi itu makan rumput pada daerah yang tanahnya ada virus Antraks. Karena virus Antraks sangat kuat di dalam tanah, tidak gampang mati," ucap Nadia.

Oleh karena itu, Nadia mengimbau masyarakat perlu hati-hati kepada sapi yang sakit dan mati mendadak.

Ia pun mengimbau masyarakat tidak membeli daging sapi dengan harga yang terlampau murah. Tak bisa dipungkiri, beberapa pihak tetap nekat menjual sapi dengan harga murah karena telah mati lebih dulu.

"Itu yang selalu kita bilang kepada masyarakat jangan membeli sapi yang biasanya lebih murah. Kita selalu katakan sapi yang digunakan (dijualbelikan) harus sehat. Jadi dinas peternakan harus periksa semua gitu," jelas Nadia.

Sebelumnya diberitakan, kasus antraks dilaporkan menjangkiti puluhan warga Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semono, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat antraks. Sementara Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah warga yang meninggal sebanyak tiga orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty menuturkan, kasus ini bermula ketika warga menyembelih dan mengonsumsi sapi yang sudah mati.

"Dia (warga yang meninggal) ikut menyembelih dan mengkonsumsi. Sapinya kondisinya sudah mati lalu disembelih," kata Dewi, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (4/7/2023).

Warga yang meninggal itu dibawa ke RSUP Sardjito pada Sabtu (1/4/2023). Pihak Dinkes Gunungkidul baru menerima laporan adanya warga meninggal di RSUP Sardjito pada Senin (4/7/2023).

Menerima laporan itu, Dinkes Gunungkidul bersama Satgas One Health dari Kapanewon Semanu langsung bergerak untuk melakukan penelusuran.

Dari hasil penelusuran, sebanyak 125 orang diketahui melakukan kontak langsung dengan hewan ternak yang mati karena antraks. Setelah dilakukan pemeriksaan, Dewi menyebutkan, sekitar 85 orang dinyatakan positif antraks.

"18 orang yang bergejala mulai dari luka, ada yang diare hingga pusing," jelas Dewi.

 

BNPB dan MPBI Luncurkan Pedoman Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas

JAKARTA – Meningkatnya ancaman bencana adalah suatu fenomena yang tidak terelakkan yang diikuti pula dengan sumber daya yang semakin terbatas, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia memerlukan terobosan yang inovatif, responsif, dan adaptif dalam membangun resiliensi yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui Kedeputian Bidang Pencegahan menghadiri Peluncuran Pedoman Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) dan Buku Kisah Petualang Tangguh Perjalanan Menuju Resiliensi di Timur Indonesia. 

Deputi Bidang Pencegahan Dra. Prasinta Dewi, M.A.P mengatakan bahwa PRBBK menjadi momentum untuk mempromosikan pendekatan berbasis komunitas dalam mengurangi risiko bencana.

“Kegiatan ini menjadi momen yang penting untuk mendiskusikan dan mempromosikan pendekatan berbasis komunitas dalam mengurangi risiko bencana serta untuk memperkuat keberlanjutan komunitas di berbagai daerah”, ujar Prasinta dalam sambutannya, Rabu (14/6).

Prasinta turut menyampaikan diharapkan dapat membantu para praktisi dan pegiat PRBBK baik pemerintah, organisasi masyarakat, universitas, dunia usaha dan komunitas dalam membangun ketangguhan masyarakat terhadap risiko bencana.

“Pedoman ini menjadi acuan bagi para praktisi dan pembuat kebijakan dalam mengembangkan strategi dan implementasi program pengurangan risiko bencana yang berkelanjutan”, jelas Prasinta.

Avianto Amri selaku Ketua Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) menjelaskan Program PRBBK sudah berkembang pesat di Indonesia semenjak 15 tahun yang lalu. 

“Hal ini harus terus didukung dengan upaya pengembangan, pemutakhiran, dan pendokumentasian upaya-upaya praktik baik dan pengkajian kritis terkait pembelajaran yang didapat, baik itu berupa kegagalan yang dialami hingga keberhasilan yang dicapai yang perlu dijaga, dipertahankan, dan ditingkatkan’, tutur Anto.

Pada kesempatan tersebut diluncurkan pula “Buku Kisah Petualang Tangguh Perjalanan Menuju Resiliensi di Timur Indonesia”. Buku ini berisi kisah inspiratif dan pengalaman nyata dari masyarakat di Timur Indonesia yang berhasil mengatasi tantangan dan membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana. 

Menutup sambutannya, Prasinta mengapresiasi dan terima kasih kepada  mitra lokal Oxfam di Indonesia yang telah merangkul komunitas untuk melakukan praktik-praktik baik, membuka ruang inovasi, menggerakkan kelompok perempuan dan anak muda, meningkatkan kesadaran pengetahuan bencana, kepekaan terhadap kelompok rentan dan peran gender, menggali potensi komunitas, membangkitkan semangat kebersamaan dan kemampuan berjejaring, serta terus berproses dengan berbagi pengetahuan untuk mencapai resiliensi melalui Program ICDRC (Indonesia Disaster Climate Resilient Community) yang dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Turut hadir pada kesempatan tersebut sebagai narasumber Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo, Ketua Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana Dr. Eko Teguh Paripurno dan Direktur Penanganan Daerah Rawan Bencana, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Hasman Maa'ni,

MPBI bersama dengan BNPB dan Kementerian/Lembaga serta organisasi mitra kemanusiaan telah meluncurkan Buku Panduan PRBBK yang disusun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dilakukan oleh berbagai organisasi di Indonesia. Edisi termutakhir buku panduan PRBBK terdiri dari 4 bagian, yaitu:

Buku 1: Konsep Pengelolaan Risiko Bencana di IndonesiaPedoman Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK)

Buku 2: Pendekatan PRBBK di Indonesia

Buku 3: Teknik dan Alat PRBBK

Buku 4: Pembelajaran PRBBK di Indonesia

Gempa Bumi Bantul, Kemenko PMK Dorong Daerah Terdampak Bencana Segera Tetapkan Status Tanggap Darurat

Gempa bumi dengan magnitudo 6,4 SR mengguncang wilayah Kabupaten Bantul Provinsi DIY, Jumat 30 Juni 2023, pukul 19.57 WIB, dengan kedalaman 25 KM, yang dirasakan hingga ke 21 kabupaten/kota di Provinsi DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tercatat sebanyak 1 korban jiwa meninggal, 24 korban jiwa luka–luka dan 9 KK mengungsi. Kerusakan rumah tercatat sebanyak 396 unit (371 rusak ringan, 22 rusak sedang, dan 3 rusak berat), 12 unit fasilitas umum rusak ringan, 11 fasilitas pendidikan  rusak ringan, 10 fasilitas ibadah rusak ringan, dan 1 fasilitas kesehatan rusak ringan.

Bersama dengan Deputi Bidang Penanganan Darurat Bencana BNPB Fajar Setyawan, Asisten Deputi Bidang Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana Kemenko PMK Nelwan mengunjungi langsung lokasi terdampak, Desa Semanu, Kab. Gunung Kidul, DIY, 1-3 Juli 2023. Nelwan juga berkunjung dan melakukan koordinasi penanganan darurat bencana Gempa Bantul dengan BPBD DIY, BPBD Kabupaten Bantul, dan BPBD Kabupaten Pacitan.

Dari hasil kunjungan, diketahui beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah, diantaranya perawatan bagi korban luka-luka di rumah sakit dan pendirian posko pengungsian di Kabupaten Gunung Kidul yang dilengkapi dengan dapur umum dan kebutuhan logistik. 
BPBD kabupaten/kota terdampak juga telah melakukan pemenuhan kebutuhan logistik bagi korban terdampak bencana dan telah berkoordinasi dengan TNI/Polri serta relawan untuk melakukan pembersihan puing dan perbaikan rumah rusak.

Hingga saat ini, tercatat BPBD belum menetapkan status tanggap darurat. Nelwan mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk segera menetapkan status tanggap darurat sebagai dasar untuk melakukan pemenuhan kebutuhan dasar korban terdampak, mengakses dana biaya tak terduga, melakukan koordinasi dan komando di daerah, hingga pengusulan penggunaan dana siap pakai jika dibutuhkan. 

Nelwan berharap, pemerintah pusat dan daerah dapat menjadikan gempa Bantul sebagai simulasi penanganan bencana yang lebih besar. “Ini merupakan bukti pemerintah pusat hadir di DIY untuk memastikan seluruh korban Gempa Bantul yang terdampak mendapatkan penanganan yang optimal", ujar Nelwan. 

Hingga saat ini, Pemprov DIY, Pemkab Bantul, dan Pemkab Gunung Kidul menyatakan kesiapannya dalam menangani dampak gempa. Namun, jika di kemudian hari pemerintah daerah membutuhkan bantuan dan intervensi dari pemerintah pusat, Kemenko PMK dan BNPB siap melakukan pendampingan dan dukungan sesuai prosedur yang ada.

Eksplorasi Sistem dan Proses Biomimikri dalam Pengembangan Desain Produk untuk Mitigasi Bencana

BANDUNG, itb.ac.id–Sebagai seorang desainer produk, Bismo Jelantik Joyodiharjo, M.Ds., banyak menghasilkan karya di berbagai lintas keilmuan. Pada gelar wicara Karsa Loka ITB, ia bercerita mengenai “Eksplorasi Sistem dan Proses Biomimikri dalam Pengembangan Desain Produk untuk Mitigasi Bencana” pada Jumat (23/6/2023).

Dosen Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB itu menyadari bahwa di masa ini tatanan kehidupan tidak lagi berfokus pada eco yang dekat dengan alam, melainkan kepada ego dengan menempatkan manusia sebagai makhluk yang paling berkuasa. Hal itu yang menyebabkan banyak kekacauan keseimbangan alam terjadi karena manusia mengedepankan egonya. Ia melihat permasalahan foto ikan pari yang berenang di laut dengan sampah-sampah di sekitarnya dengan penuh keprihatinan.

“Dengan adanya ego, manusia terkadang berusaha memecahkan masalah tapi sebenarnya menghasilkan masalah baru,” ujar Bismo.

Melihat banyaknya masalah keseimbangan alam yang terjadi, Bismo mengenalkan istilah MPS, kependekan dari mimikri, proses, dan sistem dari sudut pandang desain produk. Mimikri berarti membuat atau mendesain produk dengan menirukan keadaan alam sekitar.

Jenis mimikri sendiri dibagi menjadi tiga di antaranya mengikuti tampilan (surface), perilaku (behavioral), dan cara kerja (functional). Proses mimikri ini menjadi landasan awal seperti apa desain akan dibuat, seperti contohnya ketika membuat robot menyerupai anjing dengan memimikri gestur gerakan ekornya.

Setelah ditentukan memikri objek apa, langkah selanjutnya dalam membuat produk adalah prosesnya. Bismo mengenalkan tiga proses yang umum digunakan di antaranya formatif (dengan membentuk material seperti casting, stamping, dan forging), subtraktif (dengan mengurangi material seperti cutting, milling, dan lathe), dan aditif (dengan menambahkan material seperti 3D printing). Lalu langkah selanjutnya adalah sistem yang dipilih yakni apakah produk nantinya disusun secara modular (mampu bongkar-pasang) atau integral (dibentuk dalam satu kesatuan).

Terinspirasi dari ikan pari yang berenang di lautan tercemar sampah, Bismo membuat prototipe dengan pendekatan metode MPS. Ia mendesain mesin penangkap sampah perairan dengan memikri tampilan, perilaku, dan cara kerja tubuh-tubuh ikan ini. Mesin propulsi untuk pergerakan prototipe ini adalah menyerupai pergerakan sayap/sirip ikan pari yang melambai ke atas dan ke bawah saat berenang. Bahan yang digunakan untuk bagian ini terdiri atas material keras dan lembut. Adanya perbedaan tekstur tersebut membuat bagian tersebut mengalami perlambatan pergerakan saat dalam air sehingga menyerupai pergerakan sirip ikan pari.

“Konsep ini dibuat secara simpel karena supaya bisa di-print tanpa ada material yang terbuang sehingga lebih hemat. Kemudian komponen-komponen yang digunakan umum kita jumpai sehingga bisa dengan mudah mendapatkannya,” tambahnya.

Kemudian ide bagaimana cara alat ini menangkap sampah ia memimikri mulut ikan pari yang menghisap plankton sebagai makanannya. Prototipe ini menggunakan prinsip modular sehingga mampu menyesuaikan apabila ingin ada fitur tambahan seperti kamera, speaker, dan lain-lain.

Prototipe selanjutnya adalah mengembangkan pesawat nirawak (drone) mini untuk aksi penyelamatan. Ide ini berawal dari kecelakaan kapal Sinar Bangun yang menewaskan 18 dari 22 orang penumpang. Kecelakaan memakan korban ini terjadi karena kapal yang dioperasikan melebihi kapasitas muatan yang bisa ditanggung sehingga kapal tenggelam. Belum lagi faktor keamanan yang sangat minim sehingga para penumpang tidak mampu menyelamatkan diri dengan cepat.

Kondisi tersebut menginspirasi Bismo dalam mengembangkan prototipe pesawat nirawak mini yang mampu membawa pelampung untuk aksi penyelamatan korban yang terapung di lautan. Lengan-lengan penjepit prototipe ini memikri pergerakan lengan belalang sembah untuk mencengkeram pelampung dengan kuat kemudian menjatuhkannya di lokasi korban.

Karya-karya lain yang ia kenalkan yakni memikri bentuk angklung untuk membuat angklung berbahan sintetis. Kemudian Bismo juga mendesain prototipe sepeda motor ramah lingkungan segala medan bernama Modultrax dengan memikri bentuk sarang lebah untuk material yang dipakainya. Modultrax sangat berguna untuk mobilisasi kawasan bencana alam di daerah yang minim BBM (bahan bakar minyak) karena memanfaatkan tenaga listrik untuk mengoperasikannya.

Karya-karya yang Bismo buat selama ini sangat merefleksikan bentuk alam sekitar untuk membuat perangkat-perangkat yang membantu banyak permasalahan melalui metode MPS. Beliau menyadari bahwa sebagai seorang desainer produk, memiliki keterbatasan dalam hal fungsional alat. Akan tetapi, hal tersebut justru memunculkan gairah untuk berusaha terus mengatasi permasalahan sekitar melalui riset kolaborasi dengan disiplin ilmu terkait. Berkat kemampuan kolaboratifnya ini Bismo banyak menyumbangkan produk yang menjawab permasalahan sekitar dengan kualitas fungsional dan desain yang saling melengkapi.