logo2

ugm-logo

Blog

BNPB Catat 638 Bencana Alam Sejak Awal Tahun 2022

Merdeka.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 638 bencana alam terjadi di berbagai provinsi di Indonesia dari Januari hingga 20 Februari 2022.

Berdasarkan data BNPB yang diterima di Jakarta, dari ratusan bencana alam tersebut, banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor merupakan kejadian yang paling dominan. Diansir Antara, Senin (21/2).

taboola mid article

Lebih rinci, bencana banjir terjadi sebanyak 249 kali, cuaca ekstrem 231 kali, tanah longsor 130 kali, kebakaran hutan dan lahan 20 kali, gelombang pasang dan abrasi lima kali serta gempa bumi tiga kali.

Jika dilihat dari peta sebaran kejadian, pada umumnya bencana alam paling banyak terjadi di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Akibat kejadian tersebut, BNPB mendata sebanyak 23 orang meninggal dunia, 96 luka-luka dan 982.946 orang menderita dan terpaksa mengungsi. Tidak hanya itu, bencana alam tersebut juga merusak 10,004 rumah warga dan berbagai fasilitas pemerintah maupun umum.

Sesuai tingkat kerusakan, sebanyak 1.074 rumah rusak berat, 1.628 rumah rusak sedang dan 7.302 rumah rusak ringan. Bencana alam tersebut juga mengakibatkan kerusakan terhadap 109 unit fasilitas pendidikan, 78 unit rumah ibadah dan 33 unit fasilitas kesehatan.

Di samping itu, 37 jembatan dan 14 gedung perkantoran yang tersebar di berbagai daerah juga rusak akibat bencana alam tersebut. [ray]

Kapolres Karanganyar Pastikan Kesiapan Personel Antisipasi Bencana

Karanganyar, Jatengnews.id – Kapolres Karanganyar AKBP Danang Kuswoyo memastikan kesiapan personel Sat Samapta saat menghadapi bencana alam.

Kapolres juga memastikan seluruh peralatan SAR yang dimiliki dapat berfungsi dengan baik.

Hal tersebut dikatakan Kapolres Karanganyar AKBP Danang Kuswoyo usai melakukan pemeriksaan anggota dan peralatan SAR yang dimiliki oleh Polres Karanganyar di Lapangan Wirasatya, Senin (21/2/2022).

Peran Kearifan Lokal Sangat Penting Dalam Mitigasi Bencana

Merdeka.com - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Dr Indra Permanajati menekankan pentingnya pemanfaatan kearifan lokal dalam upaya mitigasi bencana. Dia mengemukakan bahwa penguatan mitigasi bisa dilakukan dengan meningkatkan kapasitas komunitas dalam menghadapi potensi bencana melalui pembentukan desa tangguh bencana.

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Universitas Jenderal Soedirman tersebut mengatakan, program desa tangguh bencana akan mendorong desa atau kelurahan meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana.

Menurut dia, program desa tangguh bencana mencakup pembentukan relawan penanggulangan bencana berbasis komunitas serta penyusunan rencana aksi komunitas untuk mengurangi risiko bencana.

"Keberadaan relawan penanggulangan bencana di suatu desa menjadi salah satu indikator program desa tangguh sehingga pengembangan jumlah dan mutu relawan merupakan hal yang sangat penting," katanya, dilansir Antara, Senin (24/1).

"Selain itu, guna mendukung desa tangguh bencana diperlukan sistem peringatan dini berbasis masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam program pengurangan risiko bencana," ia menambahkan.

Menurut dia, pemerintah daerah bisa memperkuat kemampuan mitigasi dengan menjadikan program pembentukan desa tangguh bencana sebagai prioritas.

"Tahun 2022 ini perlu menjadi program prioritas, terutama pada wilayah-wilayah yang rawan bencana," katanya.

"Dengan demikian diharapkan akan dapat memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan jika suatu saat terdapat kejadian bencana," katanya. [eko]

Pemkot Semarang Diingatkan Pentingnya Mitigasi dan Sosialisasi Kerawanan Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Jawa Tengah, perlu melakukan mitigasi bencana dan menyosialisasikan secara masif kepada masyarakat, khususnya yang bermukim di kawasan rawan bencana.

Langkah ini penting dilakukan guna mengantisipasi dan meminimalkan jatuhnya korban jiwa, sebagai dampak terjadinya bencana alam di sejumlah wilayah di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini.

“Upaya-upaya mitigasi harus diperkuat, agar jatuhnya korban jiwa akibat bencana dapat diminimalkan,” ungkap Ketua Pengurus Cabang (PC) Satria Kota Semarang, Rahyan Dhani Rahardian, di sela penyerahan bantuan kepada korban tanah longsor di Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Kamis (27/1/2022).

Menurutnya, Kota Semarang yang memiliki karakteristik permukiman di wilayah pesisir dan perbukitan, cukup rentan terhadap risiko bencana alam, terutama saat curah hujan meningkat dengan tajam. Dengan kondisi geografis tersebut, maka wilayah itu memiliki berbagai potensi bencana cukup besar.

Khususnya bencana alam banjir, tanah longsor, serta angin puting beliung. “Maka mitigasi dan sosialisasi pencegahan merupakan langkah penting yang mesti dilakukan agar kerawanan bencana dapat diantisipasi dengan baik oleh warga maupun seluruh stakeholder kebencanaan,” jelasnya.

Mitigasi, lanjut Rahyan, penting guna memetakan titik-titik atau kawasan mana saja yang berpotensi terhadap terjadinya bencana alam berdasarkan karakteristik wilayah serta lingkungannya. Termasuk apa saja yang harus dilakukan manakala gejala atau tanda-tanda alam (cuaca) akan memperbesar risiko ancaman bencana alam. “Data-data mitigasi tersebut juga harus diperbarui agar masyarakat semakin tanggap,” katanya.

Setelah itu, tambahnya, juga ada upaya-upaya untuk pencegahan, mekanisme penanganan darurat, hingga proses evakuasi. “Sehingga kasus jatuhnya korban jiwa seperti bencana longsor di lingkungan RT 05/RW 11 Delikrejo, Kelurahan Tandang, tidak terulang kembali,” tegasnya.   

Sedangkan langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah pembuatan atau renovasi talud yang dirasa sudah semakin membahayakan masyarakat. Kemudian juga dengan upaya pengecekan rutin pada wilayah yang rawan bencana. Dalam hal pengawasan tersebut, upaya pengecekan kawasan rawan dapat melibatkan warga di lingkungan setempat.

“Di samping sebagai upaya mitigasi, langkah itu sekaligus sebagai upaya edukasi kepada masyarakat terkait dengan potensi bencana di wilayah masing-masing, berikut cara-cara pencegahannya,” lanjut Rahyan.

Pada kesempatan ini, sejumlah pengurus organisasi sayap Partai Gerindra Kota Semarang tersebut menyerahkan bantuan kebutuhan bahan pokok serta santunan kepada warga terdampak bencana longsor. Seperti diketahui, dalam musibah tanah longsor di lingkungan Delikrejo, Rabu (19/1) lalu, mengakibatkan Andika Dewa Pratama (16) meninggal dunia dalam perawatan medis di rumah sakit.

Sebelumnya remaja ini harus dievakuasi dari bawah reruntuhan material longsor yang menimpa rumahnya. Selain korban jiwa, musibah ini juga mengakibatkan kerusakan rumah warga, masing-masing rumah milik Winarno, Widodo, dan Salmi yang disewa Yuliani.

Mitigasi Adalah Penanggulangan Risiko Bencana, Ini Penjelasannya

Dalam proses pengurangan dampak kerusakan lingkungan yang diakbatkan oleh bencana, muncul sebuah istilah yang disebut dengan mitigasi. Istilah mitigasi tidak berdiri sendiri, namun juga disertai oleh kesiapan, tanggapan, dan penormalan kembali. Dalam artikel ini akan dijelaskan secara detail mengenai arti mitigasi dalam proses pengendalian bencana.

Penjelasan Singkat Tentang Mitigasi

Mengutip situs Gramedia.com, bahwa mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.

Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses mitigasi bencana, antara lain: tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.Selain dalam proses pembuatan mitigasi bencana ada beberapa program yang harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Mitigasi adalah bekerja dengan strategi demi menanggulangi bencana dengan efektif, sehingga mitigasi bencana harus memiliki integrasi dengan program pembangunan.

2. Fokus dalam mitigasi bencana juga beraneka ragam dari sektor pendidikan, pangan, tenaga kerja, perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya.
3. Adanya sinkronisasi terhadap situasi serta kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat.
4. Di dalam sektor informal , mitigasi bencana menekankan pada peningkatan kapasitas masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri.
5. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik.

Aneka Macam Mitigasi Bencana

Tujuan dari mitigasi adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk, mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik. Berikut dua jenis mitigasi bencana yang dikutip dari situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana, bnpb.go.id:

1. Mitigasi Struktural

Jenis mitigasi yang pertama adalah struktural. Mitigasi ini merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, menciptakan sistem peringatan dini untuk memprediksi gelombang tsunami, hingga membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan tidak membahayakan para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu.

2. Mitigasi Non Struktural

Secara non struktural, mitigasi adalah upaya dalam mengurangi dampak bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas warga.

Hal yang harus Diketahui Saat Penanganan Bencana

Pemahaman penuh akan kondisi bencana menjadi bagian paling penting dalam proses mitigasi. Ilmu mitigasi juga sifatnya variatif karena kondisi setiap negara dan daerah, tipe bahaya-bahaya yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Berikut hal-hal yang harus dipahami saat menghadapi bencana yang dikutip dari buku Pendidikan Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Sahabat Siaga yang ditulis oleh Adi Sukardi dan Suprijayanti:

1. Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan tersebut.

2. Kesiapsiagaan, adalah bentuk perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Adapun tujuannya adalah meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum juga meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana.

3. Respon terhadap bencana, adalah upaya memperkecil bahaya yang ditimbulkan oleh bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.

4. Pemulihan adalah usaha untuk memperbaiki kondisi masyarakat seperti semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana yang dilakukan.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai mitigasi bencana. Pengetahuan ini teramat penting untuk diajarkan di Indonesia sebagai negara yang rawan kehadiran bencana, dan mengevaluasi proses mitigasi yang sudah diterapkan sebelumnya.