logo2

ugm-logo

Blog

Banjir Bandang Terjang Palopo Sulsel, Sebagian Warga Mengungsi di Tempat Ibadah

Liputan6.com, Jakarta BPBD Sulawesi Selatan atau Sulsel melaporkan, banjir bandang menerjang Kota Palopo, Sabtu malam (30/10/2021).

Akibatnya, tiga kelurahan dan satu kecamatan terdampak dan sebagian warga mengungsi ke tempat Masjid Nurul Ikhlas.

"Peristiwa tersebut berlangsung pada pukul 20.00 waktu setempat. BPBD melaporkan ada sebagian warga mengungsi ke tempat ibadah," tulis siaran pers BNPB diterima, Minggu (31/10/2021).

BPBD merinci, tiga kelurahan terdampak adalah Pentojangan, Jaya, Sumarambu dan Salubattang. Sedangkan satu kecamatan terdampak banjir bandang ada di Kecamatan Telluwanua.

"Saat ini, petugas di lapangan masih melakukan pendataan terhadap warganya yang berada di tempat itu dan pendataan kerugian material akibat banjir bandang tersebut," jelas BNPB.

Jurus Polri Hadapi Potensi Bencana Hidrometeorologi Akibat La Nina

Liputan6.com, Jakarta - Polri menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi di Indonesia akibat perubahan cuaca ekstrem dampak dari fenomena La Nina.

"Polri beserta jajarannya telah diinstruksikan untuk menyiapkan setiap langkah antisipasi terhadap bencana alam yang berpotensi di Indonesia," kata Kabagpenum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Ahmad Ramadhan dikutip dari Antara, Minggu (31/10/2021).

Ia mencontohkan, langkah-langkah antisipatif yang dimaksudkan, seperti penyiapan personel yang ditugaskan ketika terjadi bencana. Kemudian langkah-langkah ketika ada bencana, seperti pendistribusian logistik.

"Tentunya layanan kesiapsiagaan personel, menangani pelayanan kesehatan, dan logistik," ujar Ramadhan.

Menurut Ramadhan, dalam melakukan antisipasi tersebut, Polri akan berkoordinasi bersama pemerintah daerah dan stakeholders lainnya secara intensif.

"Koordinasi dengan pemerintah daerah, TNI juga. Berkoordinasi dengan pemda itu seperti BNPB maupun BPBD di wilayah, agar lebih sigap dalam melakukan antisipasi bencana," terang Ramadhan.

Lebih lanjut, Polri akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk menangani mitigasi bencana, salah satu kegiatannya melakukan pelatihan penanggulangan bencana baik kepada masyarakat atau mitra kepolisian.

"Polri menyiapkan satgas tentunya akan melakukan pelatihan penanganan bencana," ujarnya.

Seperti November 2020 lalu, Divisi Humas Polri mengadakan pelatihan peliputan bencana banjir untuk awak media di Jakarta.

Ramadhan memastikan Polri beserta seluruh jajaran di wilayah (polda, polres dan polsek) menyiapkan upaya-upaya antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi.

Musim Hujan Tiba, Warga Trenggalek Diimbau Waspadai Bencana

Liputan6.com, Trenggalek - Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek Tri Puspita Sari, mengimbau warga mulai mewaspadai potensi bencana banjir dan tanah longsor sebagai dampak peralihan musim kemarau ke musim hujan, akhir Oktober hingga beberapa bulan ke depan.

"Kami berharap semua pihak termasuk masyarakat mulai meningkatkan kesiapsiagaan bencana, terutama daerah-daerah yang selama ini menjadi lokasi rawan bencana," katanya dikutip dari Antara, Sabtu (30/10/2021).

Selain banjir dan longsor, bencana yang kerap melanda pada saat peralihan musim yang juga harus diantisipasi adalah angin puting beliung.

Beberapa daerah yang berada di dataran dan diapit perbukitan, seperti Kecamatan Durenan, Pogalan dan Gandusari terdapat beberapa desa yang kerap menjadi langganan bencana puting beliung.

Pada saat yang sama potensi banjir juga mengancam, terutama saat turun hujan dengan intensitas curah air tinggi hingga beberapa jam yang merata di wilayah pegunungan.

Menurut dia, daerah-daerah di Trenggalek yang selama ini rawan longsor ada di Kecamatan Bendungan, Dongko, Tugu, Pule, Munjungan, Panggul, dan Watulimo.

Sementara di wilayah perkotaan Kecamatan Trenggalek, beberapa titik menjadi langganan banjir. Melihat geografis Trenggalek, mayoritas daerah berpotensi terjadi bencana alam.

"Untuk itu kami terus lakukan koordinasi antar-stakeholder terkait untuk melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan sesuai tugas pokok fungsi dan kewenangan. Termasuk meningkatkan koordinasi dengan BMKG," ujarnya.

BNPB Catat Terjadi 2.203 Bencana Alam, Korban Meninggal 549 Orang

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 2.203 bencana alam terjadi di Indonesia terhitung sejak 1 Januari-30 Oktober 2021. Kejadian bencana alam yang paling banyak terjadi ialah banjir, puting beliung, tanah longsor, serta kebakaran hutan dan lahan. Mayoritas bencana alam itu terjadi di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh. 

BNPB mencatat peristiwa banjir sebanyak 891 kejadian, puting beliung 587, tanah longsor 406, kebakaran hutan dan lahan 258. Selanjutnya, gempa bumi tercatat 26 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 22 kali, serta kekeringan 22 peristiwa.

Ribuan bencana alam tersebut mengakibatkan 6,63 juta orang menderita dan mengungsi, 13.031 orang luka-luka, 549 orang meninggal, dan 74 orang hilang.

BNPB juga mencatat ada 134.587 rumah rusak. Angka itu terdiri dari 17.007 rumah rusak berat, 24.035 rumah rusak sedang, 93.545 rumah rusak ringan.

Selain itu, sebanyak 3.597 fasilitas publik mengalami kerusakan yang meliputi 1.446 fasilitas pendidikan, 1.798 fasilitas peribadatan, dan 353 fasilitas kesehatan. Kemudian, 502 kantor dan 359 jembatan mengalami kerusakan.

Kepala BNPB Ganip Warsito menegaskan pentingnya peringatan dini dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Secara khusus ia menyoroti dampak yang ditimbulkan akibat La Nina yang diperkirakan akan bertahan sampai Februari 2022.

Ganip menuturkan peringatan dini dari BMKG menjadi salah satu referensi untuk ditindaklanjuti di lapangan. Bahkan BNPB memasang 27 alat peringatan dini bencana tanah longsor untuk membantu pengambilan keputusan proses evakuasi masyarakat.

Alat tersebut masih terus ditambah hingga menjangkau ke seluruh pelosok Indonesia yang berpotensi terjadi bencana alam. Dalam waktu dekat penambahan alat untuk beberapa wilayah aliran sungai di Jawa Timur dan Jawa Tengah akan dilakukan penambahan sebanyak tujuh unit alat.

Italia Banjir Bandang, Dua Orang Meninggal Dunia

Jakarta, CNN Indonesia -- Wilayah Sisilia, Italia, diterjang banjir bandang menyebabkan dua orang meninggal dunia. Banjir ini menutupi berbagai jalan di Catania.

Situasi banjir di daerah itu sangat kritis, menurut pejabat pemerintah yang berbasis di Catania, Giuseppa Maria Spampinato pada CNN, Selasa (26/10). Spampinato menyatakan kalau jalan utama di kota itu Via Etnea, terendam banjir.

Pada Senin (25/10), Departemen Perlindungan Sipil Italia memberikan peringatan darurat untuk bencana banjir yang terjadi di Sisilia dan Calabria. Peringatan ini juga diberikan pada Selasa (26/10) akibat potensi turunnya hujan lebat lebih lanjut.

Hujan lebat dan angin kencang tengah melanda wilayah selatan Italia sejak Minggu (24/10).

Beberapa daerah Italia dengan curah hujan tertinggi ialah Linguaglossa, Sisilia, sebanyak 520.4 millimeter dan Fabrizia, Calabria, sebanyak 440.2 millimeter.

Catania sendiri melaporkan curah hujan sebanyak 167 millimeter dalam sehari terakhir. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan curah hujan rata-rata daerah itu yang hanya 62,7 millimeter pada Oktober.

Akibat kondisi ini, Mayor Catania Salvo Pogliese menutup sekolah dan taman di daerah tersebut. Para warga juga dilarang mampir ke daerah yang rentan mengalami longsor dan wilayah pesisir.

Sementara itu, tim SAR Italia Vigili del Fuoco menyatakan bahwa pihaknya menerima 250 panggilan akibat cuaca buruk di Catania.

Mengutip Euro News, sebanyak dua orang meninggal dunia akibat banjir di Sisilia. Kabar ini dikonfirmasi oleh kepala daerah tersebut, Nello Musumeci. Tak hanya itu, ia menyampaikan ada satu orang yang hilang akibat banjir ini.

Musumeci juga menyampaikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu alasan banjir parah ini terjadi.

"Perubahan iklim, kerentanan wilayah kami, dan kondisi instabilitas, yang kebanyakan disebabkan oleh intervensi manusia, adalah faktor yang, jika digabungkan, dapat menyebabkan efek mematikan, seperti yang kita lihat sekarang," tambahnya.

Mengutip laman resmi Badan Lingkungan PBB (UNEP), banjir dapat disebabkan oleh pola cuaca yang kian ekstrim akibat masalah perubahan iklim.

Tak hanya itu, banjir juga rentan terjadi di dataran rendah yang dekat dengan pesisir dan sungai. Untuk daerah langganan banjir, seperti Jakarta, tak menutup kemungkinan banjir akan lebih sering terjadi.