logo2

ugm-logo

Blog

Bencana Chernobyl, Salah Satu Kecelakaan Nuklir Terbesar di Dunia

Berita tentang Chernobyl menjadi perbincangan banyak orang beberapa waktu terakhir. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan pasukan rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah tersebut.

Pengambilalihan ini menyebabkan muncul api di pembangkit nuklir tersebut, sebagai akibat dari baku tembak antara pasukan Rusia dengan Ukraina. Walaupun api berhasil dipadamkan dan tidak ada pelepasan bahan radioaktif, namun baku tembak tersebut berisiko memicu ledakan.

Tentu saja ledakan yang terjadi di daerah pembangkit nuklir bisa mengancam keselamatan warga Rusia, Ukraina, dan negara-negara disekitarnya. Pasalnya, sebelumnya sudah pernah terjadi ledakan di wilayah tersebut yang memakan banyak korban jiwa.

Mengenal Chernobyl

Chernobyl adalah nama kota yang berada di utara Ukraina dekat dengan Belarusia. Sebagian besar wilayah Chernobyl telah ditinggalkan penduduk setempat akibat bencana di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang terjadi beberapa tahun lalu.

Ketika bencana tersebut terjadi, Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Namun, saat ini Chernobyl berada di Zona Pengecualian 30 km yang mengelilingi PLTN.

Perang Ukraina dan Rusia turut mengancam wilayah ini. Pasukan Rusia bahkan dikabarkan berhasil merebut PLTN Chernobyl. Pejabat Ukraina menyebut, perebutan tersebut merupakan ancaman serius bagi Rusia.

Sementara itu, sumber Rusia mengatakan bahwa penguasaan reaktor nuklir Chernobyl atas Rusia memberikan pesan kepada NATO agar tidak campur dalam urusan ini. Seolah mengamini pesan Rusia, Joe Biden (Presiden Amerika Serikat), menyampaikan bahwa NATO dan Amerika tidak akan mengirimkan tentara bantuan ke Ukraina.

Kronologi Peristiwa Bencana Chernobyl

Bencana Chernobyl merupakan peristiwa yang terjadi saat pembangkit listrik tenaga nulir di wilayah tersebut meledak. Mengutip dari tulisan di drive.batan.go.id, disebutkan bahwa pembangunan pembangkit ini sudah dimulai seak akhir 1970-an. Rencananya, PLTN ini akan memiliki empat reaktor nuklir yang masing-masing bisa menghasilkan 1000 megawat.

Pada 1983, empat reaktor tersebut selesai dibuat dan terdapat penambahan dua reaktor lagi di tahun-tahun berikutnya. Beragam metode pengujian dan pengamatan dilakukan pada keempat reaktor tersebut.

Setelah pembangunan selesai, teknisi mulai menguji rekator tersebut. namun, pengujian yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Kecerobohan teknisi dalam mengecek turbin menyebabkan reaktor tidak stabil.

Hanya dalam hitungan detik saja, reaktor nomor empat mengeluarkan uap panas bersama dengan embusan radiaktif nuklir. Dan dalam hitungan detik, terjadi ledakan yang menyebabkan kebakaran di atas reaktor nomor tiga.

Sistem secara otomatis tidak bekerja maksimal. Petugas kebakaran tiba beberapa menit setelahnya dan mulai mencoba memadamkan api di tempat itu. Dari penjelasan tersebut kita bisa mengetahui bahwa penyebab bencana Chernobyl karena kelalaian manusia dalam hal ini yaitu teknisi.

Ledakan yang terjadi pada saat itu menyebar ke sepanjang perbatasan Ukraina, Rusia, Belarusia, dan negara Eropa Timur lainnya. Berdasarkan keterangan di situs dlhk.jogjaprov.go.id disebutkan bahwa ada sekitar 100 orang meninggal secara langsung akibat ledakan itu.

Sementara itu, PBB dan WHO melaporkan bahwa sekitar 4.000 korban Chernobyl meninggal dunia secara tidak langsung. Mereka umumnya terkena penyakit kanker dan penyakti kronis lainnya akibat paparan radiasi nuklir.

Banyaknya korban yang jatuh akibat peristiwa tersebut menjadikan bencana Chernobyl menjadi kecelakaan nuklir terbesar setelah kecelakaan nuklis di Fukushima, Jepang.

Hal tersebut disampukan oleh Statista, yang menyebutkan setidaknya ada 12 kecelakaan nuklir tersebut di seluruh dunia yang terjadi di periode 1957 – 2011. Di posisi pertama ada ledakan nuklir di Fukushima, Jepang dan yang kedua bencana Chernobyl di Ukraina.

Dampak Chernobyl

United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) memperkirakan terjadi kontaminasi radiaktif akibat bencana Chernobyl yang memicu lebih dari 6000 kasus kanker tiroid pada remaja dan anak-anak di Rusia, Belarusia, dan Ukraina. Selain itu, terjadi pula peningkatan kasus leukimia dan katarak di wilayah tersebut.

Selain memakan banyak korban manusia, peristiwa Chernobyl juga berdampak pada lingkungan sekitar termasuk satwa yang tinggal di wilayah tersebut. Menurut keterangan di dlhk.jogjaprov.go.id, zona larangan yang berjarak 30 kilometer (km) dari pembangkit nuklir tersebut merupakan wilayah yang paling terkontaminasi radioaktif.

Sekitar 400-an hektar hutan pinus musnah seketika. Keanekaragaman hayati dan sumber air di lokasi tersebut juga sangat terkontaminasi zat berbahaya itu. Meski demikian, kini dikabarkan ekosistem di wilayah tersebut mulai pulih.

Hal tersebut bisa dilihat dari meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. Para peneliti bahwa menemukan satwa langka seperti Lynx dan bison Eropa (Wisent) hampir punah di wilayah tersebut.

Salah satu faktor yang mendorong pulihnya populasi satwa liar dengan cepat di zona larangan yaitu tekanan pemburuna liar yang berkurang. Tidak adanya manusia di tempat tersebut membuat tumbuhan dan satwa bisa kembali pulih secara alami dengan cepat.

Meskipun demikian, para ilmuan yang meneliti tanaman pangan, masih menemukan gandum hitam dan haver yang memiliki kandungan isotop radioaktif level tinggi. Maka dari itu, makanan tersebut masih belum bisa dikonsumsi.

Jutaan Orang di Sudan Selatan Terancam Kelaparan, Imbas Bentrokan hingga Bencana Alam

PIKIRAN RAKYAT - Lebih dari 7,7 juta orang di Sudan Selatan terancam kelaparan.

Krisis pangan tersebut disebabkan banjir, kekeringan, hinggq bentrokan senjata yang kian memanas di Sudan Selatanm

Hal ini diketahui usai PBB dan pemerintah Sudan Selatan, menjelaskan bahwa cuaca ekstrim, dan bentrokan senjata yang terjadi beberapa tahun ini menyebabkan jumlah pengungsi mengalami peningkatan.

“Kami akan terus menghadapi situasi yang kami alami di Sudan Selatan jika kami tidak memulai transisi itu untuk memastikan perdamaian di tingkat masyarakat,” kata Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan Selatan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera pada Minggu, 10 April 2022. 

Sementara itu, laporan yang dikeluarkan oleh PBB dan pemerintah Sudan Selatan mengatakan bahwa, populasi yang paling menderita kekurangan pangan terletak di negara-negara Unity, Jonglei, Upper Nile, Warrap, dan Equatorial Timur.

“Sampai konflik diatasi, kami akan terus melihat angka-angka ini meningkat karena itu artinya orang tidak memiliki akses yang aman ke tanah mereka untuk bercocok tanam,” kata Adeyinka Badejo, penjabat direktur negara Program Pangan Dunia di Sudan Selatan.

“Kami mengimbau para pemimpin negara untuk terus menuju jalan perdamaian," tambahnya.

Dalam menghadapi situasi krisis ini, Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan wakil presidennya, Riek Machar, telah sepakat untuk melanjutkan pembicaraan tentang mengintegrasikan pasukan saingan mereka di bawah komando terpadu setelah berminggu-minggu berkonflik.

Terlepas dari kesepakatan itu, pertempuran baru meletus pada hari Jumat antara pemerintah dan pasukan oposisi di Negara Persatuan yang kaya minyak.

Meskipun menandatangani kesepakatan damai pada 2018 yang mengakhiri perang saudara selama lima tahun, dan membentuk pemerintah persatuan dua tahun lalu, bentrokan antara pihak lawan Kiir dan Machar terus berlanjut di tengah ketidaksepakatan, tentang bagaimana mereka akan berbagi kekuasaan.

Diketahui, Sudan Selatan terus mengalami ketidakstabilan sejak merdeka pada 2011. Kedua pemimpin itu pun telah dikritik oleh PBB atas peran mereka dalam mengendalikan kekerasan, serta karena dianggap mencekik kebebasan politik dan telah menjarah uang kas negara.

Selain itu, konflik yang terjadi di Sudan Selatan pun telah banyak menelan korban. Tercatat hampir 400.000 jiwa telah mengungsi dan meninggalkan rumah mereka.***

BNPB: 1.137 Bencana Alam Terjadi Januari hingga Maret 2022

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, ada 1.137 kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia dalam tiga bulan terakhir atau Januari hingga Maret 2022.

"Jadi kalau kita rata-rata secara harian dalam satu hari, paling tidak kita memiliki tiga kali kejadian bencana. Ini cukup luar biasa," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers melalui kanal YouTube BNPB, Jumat (1/4/2022).

Abdul mengatakan, bencana alam yang paling banyak terjadi bersifat hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.

Ia mengatakan, bencana alam tersebut terjadi di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

"Pulau Sumatera, tren bencana alam terjadi di Aceh dan Sumatera Barat. Di Jawa itu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Kalimantan itu, Kalimantan Selatan, dan di Sulawesi itu Sulawesi Selatan," ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Abdul meminta pemerintah di tujuh provinsi tersebut untuk memonitor kondisi lingkungan, kondisi sungai, dan kondisi pegunungan yang menjadi resapan air untuk mengantisipasi terjadinya bencana.

"Yang mungkin selama ini terjadi penyempitan, terjadi pendangkalan, itu harus benar-benar kita benahi bersama," ucap dia.

10 Bencana Alam Terbesar di Indonesia, Pernah Tewaskan Sebagian Besar Penduduk Bumi

BENCANA alam seringkali melanda Indonesia. Dikutip dari situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hal ini karena Indonesia berlokasi di pertemuan tiga lempeng tektonik; lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.

Kondisi itulah yang menimbulkan potensi bencana alam seperti gunung berapi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Beberapa bencana alam yang terjadi bahkan cukup besar untuk sampai terasa atau disoroti oleh negara-negara lain.

Berikut ini adalah 10 bencana terbesar di Indonesia yang mengguncang dunia.

1. Letusan Gunung Merapi (1930 dan 2010)

Dikutip dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi telah meletus lebih dari 80 kali, dengan interval letusan 4 tahun sekali.

Erupsi terbesarnya terjadi pada tahun 1930. Awan panas menuruni lereng 20 kilometer ke arah barat, memporak-porandakan 23 desa dan menewaskan 1.369 penduduk.

Gunung Merapi

Erupsi lainnya kembali terjadi 80 tahun kemudian, tepatnya pada 5 November 2010. Debu vulkaniknya tidak hanya menutupi wilayah Yogyakarta, tapi juga sampai ke sejumlah wilayah di Jawa Barat.

BNPB menyatakan bahwa jumlah korban tewas Merapi mencapai 275 orang, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan alias Ki Surakso Hargo yang ditemukan tewas akibat terjangan awan panas di rumahnya. Peristiwa meletusnya gunung merapi sontak menjadi sorotan media internasional, di antaranya Inggris, Jerman, Prancis, dan Singapura.

2. Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi di Palu dan Donggala (2018)

Pada 28 September 2018, warga di wilayah di Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala dan Kota Palu dikejutkan dengan guncangan gempa. Guncangan di Palu sebesar 7,4 SR, dengan kedalaman 10 km, sementara posisinya berada 27 meter arah timur laut Donggala.

Lalu, lima menit kemudian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Namun, gelombang tsunami setinggi enam meter telanjur menyapu Kota Palu sebelum warga sempat melarikan diri ke daratan tinggi.

Selain tsunami dan gempa, bencana likuifasi juga terjadi, membuat tanah melarut dan membawa apa pun yang berada di atasnya untuk mengalir. BBC menyebut bahwa jumlah korban tewas mencapai 2.045 orang. Sejumlah negara pun mengulurkan bantuan kepada Indonesia, di antaranya Inggris, Amerika, Australia, dan Selandia Baru memberikan total bantuan USD20,8 juta dalam bentuk uang maupun barang.

3. Gempa Sumatera Barat (2009)

Pada 30 September 2009, terjadi sebuah peristiwa memilukan di Sumatera Barat. Gempa bumi berkekuatan 7,6 SR terjadi di lepas pantai 17:16:10 WIB dengan kedalaman 87 km, di sekitar 50 km barat laut kota Padang.

Kerusakan terjadi di banyak wilayah, seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Kekuatan gempa bahkan terasa sampai luar Indonesia, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Berdasarkan data pemerintah daerah Sumatera Barat, korban jiwa yang ditimbulkan sekitar 1.115 orang tewas, 2.32 terluka, dan 279.000 bangunan mengalami kerusakan. Banyak negara yang membantu Indonesia atas peristiwa tersebut seperti Australia, China, Uni Eropa, Hongkong, Jepang Malaysia, Korea Selatan, Qatar, Thailand, Taiwan, Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.

4. Letusan Gunung Toba 74.000 Tahun Lalu

Seperti yang diketahui, Danau Toba adalah ikon dari Sumatera Utara dan didapuk menjadi danau terbesar di Indonesia dengan luas 1.130 kilometer persegi.

Namun, dikutip dari situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Danau Toba dulunya merupakan supervulcano dan gunung api yang sudah tidak aktif (Tipe B).

Dipercaya sekitar 74.000 lalu, letusan Gunung Api Toba mampu meluluhlantahkan sebagian besar umat manusia. Letusannya menjadi yang paling dahsyat yang pernah ada di muka bumi. Hanya 5.000-10.000 orang saja yang mampu bertahan.

Bahkan perubahan iklim global sempat terjadi. Gunung tersebut memuntahkan 2.800 kilometer kubik abu dan menutup atmosfer bumi hingga 6 tahun lamanya, menurunkan suhu udara.

5. Gempa Yogyakarta (2006)

Pada 27 Mei 2006, tepat di pagi hari pukul 05.53, terjadi gempa bumi berkekuatan 5,9 SR yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Orang-orang banyak yang masih dalam kondisi terlelap, sehingga mereka terjebak di dalam rumah yang roboh.

Sebanyak lebih dari 5.800 orang meninggal dan 20.000 lainnya terluka. Bangunan dan infrastruktur hancur. Bahkan Candi Prambanan ikut menjadi korban.

Diyakini gempa Yogyakarta menjadi gempa terbesar kedua di Indonesia setelah peristiwa yang menimpa aceh di tahun 2004. Akibat dari peristiwa gempa 2006, Yogyakarta mulai meningkatkan migasi bencana.

Menteri-menteri penanggulangan bencana se-Asia Pasifik mengadakan pertemuan pada tahun 2012 di Yogyakarta untuk memaparkan pelajaran yang bisa diambil dari gempa 2006, dan Deklarasi Yogya ditetapkan sebagai Dokumen PBB.

6. Tsunami Flores (1992)

Pada 12 Desember 1992, gempa berkekuatan 6,8 skala liter mengguncang Laut Flores. Pusat gempa terletak di kedalaman laut, 35 km arah barat Kota Maumere, tepatnya pukul 13.29 WITA.

Tidak hanya itu, tsunami setinggi 30 meter juga menerjang selama 15 menit, meluluhlantahkan rumah yang hancur karena gempa. Wilayah yang terkena dampak tsunami berada di Kabupaten Sikka, Ende, Ngada, dan Flores Timur.

Peristiwa tersebut menewaskan lebih dari 3.000 jiwa, 500 orang hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 warga terpaksa mengungsi. Tercatat pula 18.000 rumah, 113 sekolah, dan 90 tempat ibadah hancur. Karena saat itu Indonesia belum memiliki ahli tsunami, maka riset mengenai peristiwa tsunami Flores banyak dilakukan oleh peneliti asal Jepang.

selengkapnya

https://nasional.okezone.com/read/2022/04/06/337/2574354/10-bencana-alam-terbesar-di-indonesia-pernah-tewaskan-sebagian-besar-penduduk-bumi?page=3

Kepala BNPB Beberkan Strategi Mitigasi Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto meminta kepada pemerintah daerah agar tidak lengah dan tetap bersiaga mengantisipasi adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Meskipun, tren kejadian karhutla serta gambut menurun.

Berdasarkan data, luas wilayah terdampak karhutla di Indonesia mengalami penurunan hingga 78 persen dari 2019 sampai 2021. Tren penurunan juga terjadi pada kasus kebakaran lahan gambut dari tahun 2016 sampai 2021 sebesar 92 persen.

Hasil rekapitulasi monitoring data Sipongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), wilayah yang mengalami penurunan itu meliputi enam provinsi masing-masing Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Menurut Suharyanto, penurunan tren itu sekaligus menjadi tantangan bagi seluruh komponen, sebab mempertahankan agar tidak terjadi karhutla akan jauh lebih sulit daripada menanganinya.

"Penurunan ini justru menjadi tantangan kita semua. Bagaimana agar karhutla ini tidak terjadi di kemudian hari," katanya dikutip dari siaran pers BNPB, Kamis (7/4).

Suharyanto kembali mengingatkan agar kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana karhutla benar-benar disikapi dengan baik. Apabila ditemukan titik api, maka harus segera dipadamkan sejak dini. Jika api dibiarkan semakin membesar, maka akan lebih sulit lagi untuk dikendalikan.

"Jangan sampai api membesar dan jangan sampai penanganan ini terlambat. Kalau api sudah besar nanti tambah sulit," ucapnya.

Lahan gambut kering sangat rentan terbakar, terlebih pada periode musim kemarau. Apabila terbakar, maka api dapat menyebar hingga lapisan gambut pada kedalaman 4 meter.

Meskipun permukaan gambut telah padam, bukan berarti api di lapisan dalam juga turut padam. Api dari gambut itu dapat bertahan selama berbulan-bulan dan menjalar ke tempat lain.

Adapun dampak dari kebakaran lahan gambut dapat meningkatkan emisi karbondiokside (CO2) yang berpengaruh terhadap sistem pernafasan, sistem sirkulasi darah, dan sistem saraf yang berujung pada kematian.

Strategi Penanganan Bencana Karhutla

Suharyanto mengatakan ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi, memitigasi, mencegah dan menangani bencana karhutla. Pertama, penetapan status siaga darurat bencana karhutla, melalui koordinasi dengan perangkat atau pemangku kebijakan di daerah untuk menyusun rencana operasi penanganan.

"Mohon Pak Gubernur, Bupati, Wali Kota agar sedini mungkin menetapkan siaga darurat karhutla. Sehingga upaya-upaya operasi penanganan ini dapat segera dilakukan," katanya.