logo2

ugm-logo

Blog

Italia Banjir Bandang, Dua Orang Meninggal Dunia

Jakarta, CNN Indonesia -- Wilayah Sisilia, Italia, diterjang banjir bandang menyebabkan dua orang meninggal dunia. Banjir ini menutupi berbagai jalan di Catania.

Situasi banjir di daerah itu sangat kritis, menurut pejabat pemerintah yang berbasis di Catania, Giuseppa Maria Spampinato pada CNN, Selasa (26/10). Spampinato menyatakan kalau jalan utama di kota itu Via Etnea, terendam banjir.

Pada Senin (25/10), Departemen Perlindungan Sipil Italia memberikan peringatan darurat untuk bencana banjir yang terjadi di Sisilia dan Calabria. Peringatan ini juga diberikan pada Selasa (26/10) akibat potensi turunnya hujan lebat lebih lanjut.

Hujan lebat dan angin kencang tengah melanda wilayah selatan Italia sejak Minggu (24/10).

Beberapa daerah Italia dengan curah hujan tertinggi ialah Linguaglossa, Sisilia, sebanyak 520.4 millimeter dan Fabrizia, Calabria, sebanyak 440.2 millimeter.

Catania sendiri melaporkan curah hujan sebanyak 167 millimeter dalam sehari terakhir. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan curah hujan rata-rata daerah itu yang hanya 62,7 millimeter pada Oktober.

Akibat kondisi ini, Mayor Catania Salvo Pogliese menutup sekolah dan taman di daerah tersebut. Para warga juga dilarang mampir ke daerah yang rentan mengalami longsor dan wilayah pesisir.

Sementara itu, tim SAR Italia Vigili del Fuoco menyatakan bahwa pihaknya menerima 250 panggilan akibat cuaca buruk di Catania.

Mengutip Euro News, sebanyak dua orang meninggal dunia akibat banjir di Sisilia. Kabar ini dikonfirmasi oleh kepala daerah tersebut, Nello Musumeci. Tak hanya itu, ia menyampaikan ada satu orang yang hilang akibat banjir ini.

Musumeci juga menyampaikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu alasan banjir parah ini terjadi.

"Perubahan iklim, kerentanan wilayah kami, dan kondisi instabilitas, yang kebanyakan disebabkan oleh intervensi manusia, adalah faktor yang, jika digabungkan, dapat menyebabkan efek mematikan, seperti yang kita lihat sekarang," tambahnya.

Mengutip laman resmi Badan Lingkungan PBB (UNEP), banjir dapat disebabkan oleh pola cuaca yang kian ekstrim akibat masalah perubahan iklim.

Tak hanya itu, banjir juga rentan terjadi di dataran rendah yang dekat dengan pesisir dan sungai. Untuk daerah langganan banjir, seperti Jakarta, tak menutup kemungkinan banjir akan lebih sering terjadi.

Italia Banjir Bandang, Dua Orang Meninggal Dunia

Jakarta, CNN Indonesia -- Wilayah Sisilia, Italia, diterjang banjir bandang menyebabkan dua orang meninggal dunia. Banjir ini menutupi berbagai jalan di Catania.

Situasi banjir di daerah itu sangat kritis, menurut pejabat pemerintah yang berbasis di Catania, Giuseppa Maria Spampinato pada CNN, Selasa (26/10). Spampinato menyatakan kalau jalan utama di kota itu Via Etnea, terendam banjir.

Pada Senin (25/10), Departemen Perlindungan Sipil Italia memberikan peringatan darurat untuk bencana banjir yang terjadi di Sisilia dan Calabria. Peringatan ini juga diberikan pada Selasa (26/10) akibat potensi turunnya hujan lebat lebih lanjut.

Hujan lebat dan angin kencang tengah melanda wilayah selatan Italia sejak Minggu (24/10).

Beberapa daerah Italia dengan curah hujan tertinggi ialah Linguaglossa, Sisilia, sebanyak 520.4 millimeter dan Fabrizia, Calabria, sebanyak 440.2 millimeter.

Catania sendiri melaporkan curah hujan sebanyak 167 millimeter dalam sehari terakhir. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan curah hujan rata-rata daerah itu yang hanya 62,7 millimeter pada Oktober.

Akibat kondisi ini, Mayor Catania Salvo Pogliese menutup sekolah dan taman di daerah tersebut. Para warga juga dilarang mampir ke daerah yang rentan mengalami longsor dan wilayah pesisir.

Sementara itu, tim SAR Italia Vigili del Fuoco menyatakan bahwa pihaknya menerima 250 panggilan akibat cuaca buruk di Catania.

Mengutip Euro News, sebanyak dua orang meninggal dunia akibat banjir di Sisilia. Kabar ini dikonfirmasi oleh kepala daerah tersebut, Nello Musumeci. Tak hanya itu, ia menyampaikan ada satu orang yang hilang akibat banjir ini.

Musumeci juga menyampaikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu alasan banjir parah ini terjadi.

"Perubahan iklim, kerentanan wilayah kami, dan kondisi instabilitas, yang kebanyakan disebabkan oleh intervensi manusia, adalah faktor yang, jika digabungkan, dapat menyebabkan efek mematikan, seperti yang kita lihat sekarang," tambahnya.

Mengutip laman resmi Badan Lingkungan PBB (UNEP), banjir dapat disebabkan oleh pola cuaca yang kian ekstrim akibat masalah perubahan iklim.

Tak hanya itu, banjir juga rentan terjadi di dataran rendah yang dekat dengan pesisir dan sungai. Untuk daerah langganan banjir, seperti Jakarta, tak menutup kemungkinan banjir akan lebih sering terjadi.

Pakar ingatkan pemetaan lokasi rawan banjir perlu diintensifkan

Purwokerto (ANTARA) - Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman Yanto, Ph.D mengingatkan perlunya mengintensifkan pemetaan lokasi rawan banjir guna mendukung upaya pengurangan risiko bencana.

"Pemetaan yang akurat terkait lokasi rawan banjir atau prakiraan wilayah berpotensi terkena banjir sangat diperlukan, terutama di tengah peningkatan curah hujan seperti sekarang ini," kata Yanto di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Dia juga mengatakan prediksi banjir yang mendekati waktu nyata (near real time) juga perlu dibuat pada skala wilayah yang kecil, misal wilayah desa.

"Ini memang sulit, namun pemerintah melalui BMKG dengan perangkat teknologi yang dimilikinya dapat bekerja sama dengan para peneliti untuk menyusun model prakiraan banjir yang lebih mendekati waktu nyata," katanya.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat yang mungkin berpotensi terdampak banjir memiliki waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan dari bencana tersebut.

Dia menambahkan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat meningkatkan kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan angin kencang.

Terkait imbauan BMKG tersebut, kata dia, maka perlu penguatan mitigasi bencana guna meminimalkan risiko yang ditimbulkan, salah satunya dengan membuat pemetaan.

"La Nina adalah fenomena anomali suhu muka air laut di Samudera Pasifik yang berdampak pada meningkatnya curah hujan, terutama di Indonesia," katanya.

"Hal ini karena anomali suhu tersebut mengakibatkan meningkatnya massa air menguap dari Samudera Pasifik dan bertambahnya kecepatan angin yang membawa massa air tersebut ke arah Indonesia," lanjutnya.


Dampak yang dapat dideteksi dari La Nina, kata dia, adalah meningkatnya curah hujan. Sementara itu curah hujan yang turun di Indonesia berfluktuasi dari waktu ke waktu.

"Sayangnya, hujan ekstrem tersebut tidak tersebar secara merata sehingga sulit untuk memperkirakan daerah mana yang akan mengalami banjir dan mana yang tidak," katanya.

Wilayah yang di waktu-waktu sebelumnya tidak banjir, tambah dia, sangat mungkin terkena banjir pada tahun ini atau tahun-tahun mendatang karena variasi sebaran hujan ekstrem tersebut.

"Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir, harus bersiap dengan kemungkinan bencana banjir, meski tahun-tahun sebelumnya tidak mengalami kejadian banjir," katanya.

Banjir Sekadau Kalbar: 2.541 Rumah Terendam, Satu Meninggal

Jakarta, CNN Indonesia -- Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat dilanda banjir akibat intensitas hujan yang tinggi dan meluapnya Sungai Kapuas, Rabu (27/10).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sekadau mencatat sebanyak 2.541 unit rumah terendam. Selain itu, satu orang juga dikabarkan meninggal dunia.

"Banjir yang terjadi di Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat mengakibatkan satu warga meninggal dunia," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya, Kamis (28/10).

Abdul juga mengatakan banjir berdampak pada sedikitnya 2.541 KK atau 8.430 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 571 KK atau 1.879 jiwa harus mengungsi.

Kepala BPBD Sekadau, Matius Jon menjelaskan debit air mengalami kenaikan signifikan sejak Sabtu (23/10) lalu.

Beberapa desa yang tergenang di Kabupaten Sekadau yakni Desa Mungguk, Desa Sungai Ringin, Desa Tanjung, Desa Merapi, Desa Seberang Kapuas dan Desa Penit yang berada di Kecamatan Sekadau Hilir. Kemudian Desa Belintang I dan Desa Belintang II di Kecamatan Belitang.

"Debit air mulai naik secara signifikan sejak tanggal 23 Oktober 2021," ujar Matius dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/10).

"Hingga kini, ketinggian air rata-rata masih berkisar antara 2 - 2,5 meter dari permukaan tanah," tambahnya.

Tim BPBD Kabupaten Sekadau saat ini tengah berkoordinasi dengan unit terkait untuk segera terjun ke lapangan. Langkah itu diambil untuk mendata dan melakukan evakuasi terhadap warga yang terdampak."Melakukan evakuasi menggunakan perahu terhadap warga terdampak. Untuk hasil kaji cepat di lapangan akan terus dilaporkan guna mendapatkan informasi terkini," ucapnya.

Selain itu, penanganan darurat juga segera dilakukan dengan mendirikan posko bencana serta memberikan bantuan logistik ke beberapa desa yang terdampak.

(yla/ain)

Banjir Rendam Ratusan Rumah dan Trans Sulawesi di Mamuju

TEMPO.COMamuju - Banjir akibat meluapnya Sungai Kalukku melanda sejumlah desa wilayah bagian utara Kecamatan Kalukku, di antaranya Desa Pokkang, dan juga merendam jalur jalan Trans Sulawesi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin, 25 Oktober 2021.

Menurut warga setempat banjir tersebut sudah menjadi langganan ketika musim hujan, sehingga butuh perhatian pemerintah setempat. "Butuh dilakukan normalisasi sungai dengan tanggul atau drainase, agar ketika air sungai meluap tidak merendam permukiman warga," kata Karmal, salah seorang warga.

Ia mengatakan banjir yang terjadi setiap musim hujan tersebut merugikan masyarakat, karena lahan pertanian warga terendam dan juga mengakibatkan ternak hanyut.

Dia berharap agar pemerintah dapat melakukan penanggulangan banjir, agar banjir tidak lagi menghantui masyarakat ketika hujan turun.

Hal senada dikatakan warga lainnya, Amri, bahwa masyarakat terus membersihkan rumahnya akibat genangan air dan lumpur setinggi lutut manusia.

"Banjir yang terjadi saat ini tidak hanya merusak rumah permukiman penduduk, namun merendam barang berharga milik masyarakat yang terdapat pada ratusan permukiman," katanya pula.

Ia berharap banjir akibat meluapnya Sungai Kalukku tersebut dapat diantisipasi agar masyarakat tidak mengalami kerugian.

ANTARA