Lokakarya Mitigasi Perubahan Cuaca dan Kebijakan Adaptasi Disektor Kesehatan
Penulis: Belladonna (Konsultan bencana kesehatan di Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM)
Begitu turun dari pesawat rombongan UGM disambut dengan cuaca -14 derajat Celcius dan bisa dibayangkan bagaimana rasanya karena di negara kita sudah terbiasa dengan cuaca yang 30 derajat. Tim UGM yang berangkat ada 10 orang yaitu ibu Elisabeth Jane Soepardi ( kepala Pusat Data dan Informatika dari Kemenkes ),ibu Badingah (Bupati Gunung Kidul), Ibu Kartini dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, ibu Berti Murtiningsih dari Dinas Kesehatan Propinsi Yogyakarta, Pak Hari Kusnanto dari Pusat Lingkungan Hidup UGM sebagai pemimpin rombongan, pak Eko Sugiharto juga dari Pusat Lingkungan Hidup, Pak Laksono dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dan S3 FK UGM, pak Handoyo, dokter ahli bedah syaraf, Ketua Unit Gawat Darurat RS Sardjito sekaligus sebagai Ketua Pokja Bencana FK UGM, pak Lutfan Lazuardi dari Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM , dan saya Belladonna dari divisi Manajemen Bencana PMPK.
Umea sendiri selain ibukota kabupaten dari Vasterbotten, juga sebagai pusat pendidikan dan ekonomi. Umea juga mempunyai Rumah Sakit yang terbesar di Northern Sweden dan sama besarnya dengan universitasnya.
Pertemuan ini dilaksanakan selama 5 hari, dan pada hari pertama Dr. Maria Nilsson dari Umea University sebagai penanggung-jawab program membuka workshop ini. Tujuan dan struktur program diuraikan dimana intinya adalah bagaimana sektor kesehatan bersama sektor lainnya dapat menghadapi dampak negatif Climate Change. Tema yang ada ini sangat relevan dengan berbagai kejadian bencana di Indonesia, termasuk banjir besar di Jakarta. Kegiatan workshop ini merupakan kerjasama antara Universitas Umea dan Universitas Gadjah Mada. Silahkan untuk membaca lebih lanjut mengenai tujuan program ini.
{xtypo_download} Sesi 1: Impact dari Climate Change di Swedia dan Indonesia.{/xtypo_download}
Ass. Prof Joacim dari Umea Center for Global Health Research, memaparkan mengenai hubungan antara Perubahan Iklim dengan Tema Kesehatan Global. Dalam hal ini impact untuk kesehatan di Swedia dan Indonesia akan dibahas. Ass Prof. Joachim mulai dengan bagaimana mengelola Climate Change sebagai suatu risiko yang perlu disadari, dinilai dan dikelola. Arti Climate Change dipaparkan dengan jelas.
Impact Climate Change pada kesehatan mempunyai alur sebagai berikut:
- Perubahan Lingkungan
- Kondisi Sosial Ekonomi di Masyarakat
- Faktor Sistem Kesehatan
yang akhirnya akan berdampak pada status kesehatan di masyarakat. Dalam konteks impact ini diperlukan penelitian-penelitian epidemiologis. Manajemen risiko Climate Change disebut sebagai adaptasi yang terdiri atas preparedness dan pencegahan impact. Sebagai akhir presentasi, impact Climate Change ke sektor kesehatan Swedia dipaparkan. Selengkapnya silakan
Prof Hari Kusnanto dosen Bagian IKM FK UGM yang sekaligus sebagai Direktur Pusat Studi Lingkungan UGM menerangkan mengenai impact Climate Change di Indonesia. Menurut Prof Hari memang belum banyak riset yang mengenai dampak Climate Change untuk kesehatan. Prof Hari memaparkan mengenai berbagai dugaan sebagai dampak dari Climate Change di Indonesia. Dalam hal ini memang masih banyak impact di aspek lingkungan, khususnya kebakaran hutan dan banjir. Berbagai penyakit yang sering dibahas dalam keterkaitan dengan Climate Change antaralain Dengue, Malaria.
Dalam diskusi: Dibahas mengenai berbagai kelompok yang mempunyai tanggung jawab dalam aspek ini. Sektor kesehatan merupakan sektor yang terkena dampak Climate Change, tetapi untuk manajemen pencegahannya berbagai sektor sangat berpengaruh. Di Swedia juga masih menjadi masalah dalam penetapan kebijakan, termasuk masalah banjir.
{xtypo_download} Sesi 2: Struktur pengambilan keputusan di sektor kesehatan {/xtypo_download}
Prof. Laksono berbicara mengenai struktur pengambilan keputusan sektor kesehatan yang intinya tersusun atas beberapa pokok, antara lain:
- Desentralisasi
- Pemerintah pusat
- Propinsi
- kota/kabupaten;
Pengambilan keputusan yang cukup kompleks karena erat dengan proses politik, serta masih jarang ada kebijakan kesehatan yang terkait dengan Climate Change. Silahkan untuk paper lengkapnya.
Pembicara kedua di sesi ini adalah Tomas Sandstrom yang membahas mengenai pembuat keputusan dan menilai kebijakan yang ada untuk mitigasi perubahan cuaca di Swedia Kebijakan di konsil daerah di Swedia telah mengidentifikasikan hubungan antara kesehatan, lingkungan dan perubahan cuaca, selengkapnya . Sementara itu e-health adalah alat untuk meningkatkan efisiensi dan reduce cost bukan mitigasi perubahan cuaca. Selengkapnya
Pembicara selanjutnya adalah Susanne Bergstrom dari Versbotten County yang memaparkan mengenai konsil daerah ( County Council), dan mendeskripsikan kinerja county dalam statistik kesehatan. Suzanne memaparkan juga program lingkungan, bagaimana menurunkan pemakaian energidan alat-alat listrik, menurunkan emisi transport, menurunkan biaya transport dan traveling, memaparkan produk-produk dan kimiawi, dan juga pengembangan pengelolaan sampah serta sistem recycling. Selengkapnya
{xtypo_download}Sesi 3: Kunjungan Lapangan ke RS Umeo {/xtypo_download}
Kegiatan terakhir hari ini adalah kunjungan ke Rumah Sakit Universitas Umea untuk memahami sistem mitigasi bencana di bagian Emergency dan Disaster. Dipaparkan bagaimana Rumah Sakit tersebut mempunyai rencana penanggulangan, dari pencegahan dan persiapan sebelum terjadi bencana sampai ke evaluasi. Mereka melakukan training untuk perawat dan dokter antara lain: team training trauma, ATLS dokter, juga pelatihan guna pengiriman tim ke daerah bencana. Pelatihan selalu berkoordinasi bersama-sama dengan polisi dan tim pemadam kebakaran (dilaksanakan setahun sekali secara besar-besaran). Di akhir kegiatan , mereka selalu melakukan evaluasi dan follow up agar dapat melihat apa yang sudah baik dan apa yg masih perlu diperbaiki.
Refleksi Hari Pertama
{xtypo_code}Hari pertama merupakan pembuka untuk melihat bagaimana perbandingan antara Swedia dengan Indonesia dalam penanganan Climate Change. Memang terlihat bahwa penanganan di Swedia sangat maju. Keputusan-keputusan strategis di pemerintah pusat dan daerah sudah mengandung tindakan operasional untuk menghadapi Climate Change yang berbasis manajemen lingkungan. Kata "Climate Change" sudah banyak dipahami sampai ke unit operasional di lapangan seperti tim Emergency di rumahsakit. Apa yang dapat diperoleh untuk Indonesia? Dalam hal "Climate Change" sudah saatnya pemahaman mengenai hal ini disebarkan ke seluruh masyarakat. Berbagai kejadian seperti banjir, angin ribut, kebakaran hutan di musim kemarau, kekeringan, sampai perubahan pola penyebaran penyakit sedikit banyak terkait dengan "Climate Change". Pimpinan pemerintah diharapkan memahami tentang Climate Change dan mulai mengembangkan strategi untuk menghadapinya bersama masyarakat luas.{/xtypo_code}Gallery Kegiatan
{gallery}2013/umea/H1{/gallery}