logo2

ugm-logo

Siaga Pesisir Sumatera

 JAKARTA - Banjir, banjir bandang, dan tanah longsor akibat hujan lebat mengancam wilayah pesisir barat Sumatera yang sedang terimpit dua pusat tekanan rendah di Samudra Hindia. Sejumlah daerah sudah terdampak, di antaranya menewaskan puluhan orang.

Pusat tekanan rendah merupakan kawasan dengan suhu muka laut hangat yang meningkatkan penguapan air laut menjadi awan hujan. Juga bisa menjadi bibit badai atau siklon tropis.

”Ada dua tekanan rendah di Samudra Hindia barat daya Lampung dan di sebelah utaranya lagi atau di barat Aceh. Wilayah yang diimpit menerima hujan lebat sehingga perlu diwaspadai ancaman banjir dan longsor,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian, Minggu (27/1/2013), di Jakarta.

Selain adanya dua pusat tekanan rendah, wilayah Sumatera bagian selatan dan barat juga menjadi lokasi belokan angin dari utara dan selatan menuju ke arah timur. Itu menimbulkan awan tebal yang mendatangkan hujan, yang antara lain mengguyur Lampung, beberapa hari lalu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, terjadi hujan lebat yang memicu tanah longsor, Minggu dini hari, di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Longsor sekitar pukul 04.45 di Desa Kampung Dukuh Nagari Tanjung Sani itu menimbun 15 rumah. Diperkirakan, 25 orang tertimbun.

Sebelumnya, longsor juga menimbun pekerja proyek pengeboran eksplorasi panas bumi di Kabupaten Kerinci, Jambi. Setidaknya lima orang tewas.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hujan deras juga menyebabkan banjir yang memutuskan jembatan di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Sekitar 30 keluarga terdiri atas 52 orang terisolasi. Sebanyak 52 orang mengungsi.

Identifikasi kerentanan

Sebelumnya, Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran, Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno mengatakan, komunitas perlu mengidentifikasi dan memetakan ancaman dan kerentanan sekitarnya dari bencana. Dampak cuaca, seperti tahun-tahun sebelumnya, berisiko bencana yang mematikan.

”Lakukan dari tingkat komunitas hingga provinsi,” kata Eko. Belum terlambat dilakukan di banyak daerah.

Seperti ditegaskan BMKG, musim hujan belum mencapai puncak. Dampak cuaca masih akan melanda sejumlah daerah hingga pertengahan Maret, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Edvin, saat ini kenaikan suhu muka laut Samudra Hindia di barat Sumatera meningkatkan intensitas curah hujan. Itu disebabkan aliran udara kering dan panas dari Australia. Kondisi ini menarik aliran udara dingin dari belahan bumi utara sehingga pertemuan dua arus udara meningkatkan intensitas awan di Indonesia.

sumber: KOMPAS.com