Kerangka Acuan Kegiatan
Pengantar
Peningkatan kapasitas sumber daya lokal dalam menyusun perencanaan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan di daerah sangatlah penting. Dalam peningkatan kapasitas sumber daya lokal tersebut, PKMK FK-KMK UGM telah menyelenggarakan TOT Penanggulangan Bencana dan Krisis Kesehatan (Disaster Plan) pada 17 - 26 November 2020. TOT ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Dinas Kesehatan dan Perguruan Tinggi untuk mendampingi kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dalam menyusun perencanaan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan. Dari 37 orang peserta yang telah mendapatkan Pelatihan TOT disaster plan sebanyak 25 orang yang bersedia menjadi fasilitator lokal.
Pada gempa Mamuju Sulawesi Barat, fasilitator lokal berkoordinasi dengan tim PKMK FK-KMK UGM ikut terlibat dalam penanganan gempa. Selanjutnya fasilitator lokal juga sudah berperan sebagai pemateri pada pelatihan penyusunan dokumen penanggulangan bencana dan krisis kesehatan di Dinkes Kota Palu, Dinkes Kab. Donggala, RSUD Kabelota, Puskesmas Tompe dan Puskesmas Sangurara. Secara umum fasilitator mampu memaparkan materi dengan baik. Penyampaian materi pada pelatihan tersebut didampingi oleh narasumber dari PKMK FK - KMK UGM.
PKMK FK - KMK UGM akan terus bekerja sama dengan fasilitator lokal dalam rangka melakukan program perluasan peningkatan kapasitas masyarakat melalui penguatan sistem dan pemberdayaan dalam menghadapi bencana dan krisis Kesehatan di Sulawesi Tengah. Pengembangan kapasitas lokal ini juga menjadi salah satu program pengembangan kapasitas sumber daya di daerah dalam penanganan bencana dan krisis kesehatan.. Dengan demikian, penguatan pemahaman fasilitator lokal terhadap materi yang sudah dipilih sangat penting untuk diperdalam kembali supaya fasilitator lebih memahami dan menguasai konsep materi.
Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman fasilitator lokal terhadap materi terkait penyusunan perencanaan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan di dinas kesehatan, rumah sakit dan puskesmas.
Proses Kegiatan
Kegiatan ini akan dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom meeting dengan pembagian room sesuai dengan minat fasilitator.
Peserta Kegiatan
Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah fasilitator lokal yang sudah mengikuti rangkaian TOT disaster plan oleh PKMK FK - KMK UGM
Hal yang perlu dipersiapkan oleh peserta:
Materi yang sudah pernah dibawakan pada pelatihan dan pertanyaan/pernyataan yang perlu diperdalam.
Output Kegiatan
Fasilitator lokal lebih memahami konsep materi yang diminati/dipilih
Jadwal dan Materi Kegiatan
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2021
Waktu : 09.00 – 12.00 WITA
Kamis, 15 April 2021 |
Waktu |
Materi/Kegiatan |
Fasilitator/Narasumber |
09.00 – 09.10 |
Pengantar |
- PKMK FK-KMK UGM |
09.10 – 09.20 |
Pembagian room sesi 1 |
- PKMK dan Peserta |
09.20 – 10.20 |
Room 1 :
Materi Kebijakan dan Komponen Disaster Plan di Dinkes, RS dan Puskesmas
Akreditasi SNARS
|
- dr. Bella Donna, M.Kes
- Fasilitator materi kebijakan dan komponen Disaster Plan di Dinkes, RS dan Puskesmas
- Fasilitator Materi Akreditasi SNARS
|
Room 2 :
Materi Analisis Risiko
|
- Madelina Ariani, MPH
- Fasiliattor materi analisis risiko
|
Room 3 :
Materi Logistik dan Fasilitas saat Bencana
|
- Gde Yulian Yogadhita, M.Epid, Apt
- Fasilitator Logistik dan Fasilitas
|
10.20 – 10.30 |
Pembagian room sesi 2 |
|
10.30 – 11.30 |
Room 1 :
Sistem Pengorganisasian
|
- dr. Bella Donna, M.Kes
- Fasilitator materi sistem pengorganisasian
|
|
Room 2 :
SOP dan Pengembangan Skenario
|
- Madelina Ariani, MPH
- Fasilitator materi SOP dan Pengembangan Skenario
|
|
Room 3 :
- Data dan Informasi
- Peta Respon
|
- Gde Yulian Yogadhita, M.Epid, Apt
- Fasilitator data dan informasi
- Fasilitator materi peta respon
|
11.30 – 12.00 |
Rencana Tindak Lanjut dan Penutupan |
|
Reportase
Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam materi pemahaman fasilitator lokal terkait penyusunan perencanaan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan di dinas kesehatan, rumah sakit dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom meeting dengan pembagian room sesuai dengan minat fasilitator. Room terbagi menjadi 3 room dengan 2 sesi. Materi sesi pertama : (a) Kebijakan dan Komponen Disaster Plan di Dinkes, RS dan Puskesmas oleh dr. Bella Donna, M.Kes; (b) Analisis Risiko oleh Madelina Ariani, MPH; (c) Logistik dan Fasilitas saat Bencana oleh Gde Yulian Yogadhita, M.Epid, Apt. Materi sesi kedua : (a) Sistem Pengorganisasian oleh dr. Bella Donna, M.Kes; (b) SOP dan Pengembangan oleh Madelina Ariani, MPH dan (c) Data Informasi, Peta Respon oleh Gde Yulian Yogadhita, M.Epid, Apt. Peserta yang mengikuti kegiatan ini 17 orang fasilitator lokal. Peserta dan narasumber lebih banyak berdiskusi untuk membahas hal - hal yang belum dipahami oleh fasilitator.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Diskusi terkait materi disaster plan (kiri) sistem pengorganisasian (kanan)”
Pada materi sistem pengorganisasian peserta menanyakan sejauh mana kewenangan tim bencana yang notabene pengaktifan tim ini berbasis sistem komando, memperjelas tugas dan fungsi dari masing - masing bidang. Pada materi logistik berdiskusi terkait SOP apa yang harus dipersiapkan di Disaster Plan serta bahwa berita acara penerimaan bantuan sebaiknya melampirkan invoice atau ada perkiraan harga barang. Dalam logistik ini ada dua pendekatan, yaitu secara makro maupun secara mikro dalam artian pengelolaan logistik secara makro yaitu bagaimana perencanaan, distribusi, penyimpanan dan pelaporan/pencatatan logistik ini terintegrasi dengan bidang - bidang lain di sistem komando, bagaimana merencanakan sesuai dengan informasi di lapangan mendistribusi dan menyipan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan. Namun di sisi lain, secara mikro, logistik ini tak kalah penting yaitu bagaimana detail tanggal kadaluarsa, siapa yang menyimpan kunci gudang, temperatur saat penyimpanan dan transportasi obat alat kesehatan maupun bahan habis pakai, sampai detil harga bantuan yang diberikan juga harus dicatat dan didokumentasikan dalam disaster plan - disaster plan yang diadvokasikan ke klien. Untuk menghindari secondary disaster pasca bencana SOP yang mendokumentasikan manajemen logistik secara mikro ini sangat penting, sementara untuk menghindari inovasi - inovasi yang kurang strategis dan tidak efisien saat awal terjadi bencana, diantisipasi dengan SOP manajemen logsitik secara makro.
Materi peta respon peserta berdiskusi apakah peta respon hanya bisa dibuat manual atau juga digital, bagaimana mengkonversi RHA menjadi peta respon, siapa yang berhak meng - update informasi di peta respon serta bagaimana peta respon RS memetakan kapasitas cadangan. Peta respon adalah salah satu bentuk produk informasi yang dihasilkan oleh otoritas kesehatan (klaster kesehatan daerah atau faskes terdampak) saat terjadi bencana. Peta risiko disusun berdasarkan hasil analisis resiko dan memperhatikan HVC yang ada saat pra bencana, maka peta respon memuktahirkan peta risiko dengan menambahkan alur rujukan dan kontak person yang ada saat itu. Pemuktahiran informasi HVC didapat dari hasil RHA oleh tim yang ditunjuk dari pusat, propinsi, kabupaten, laporan petugas puskesmas maupun relawan kesehatan yang melaporkan hasil temuan mereka di lapangan. Tidak semua orang boleh melakukan update/pemuktahiran pada peta respon, itulah pentingnya dinkes memiliki SOP alur informasi, sehingga jelas disebutkan siapa yang melakukan analisis hasil RHA dan melakukan update pada peta respon.
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Diskusi materi analisis risiko dalam rencana kontijensi”
Jika ada dua atau lebih metodologi penyusunan peta respon saat bencana maupun saat simulasi, keputusan dikembalikan kepada komandan penanggulangan bencana kesehatan, yang tertuang di rencana kontijensi/dinkes disaster plan, bisa kepala dinas maupun siapapun orang yang ditunjuk. Untuk peta respon di RS, ada dua pendekatan, peta respon internal untuk manajemen relawan kesehatan dan pasien di lingkungan rumah sakit maupun eksternal di daerah sekitar rumahsakit/wilayah kerja RS. Peta respon internal disusun dari peta risiko terlebih dahulu yang kemudian ditambah dengan pemuktahiran relawan - relawan kesehatan yang datang ke RS tersebut memberikan bantuan, perlu disebutkan bangsal - bangsal apa saja yang masih berfungsi dan kontak person penanggung jawab bangsalnya, sementara untuk yang eksternal seperti peta respon dinas dan puskesmas, hanya saja memang penting untuk diidentifikasi terlebih dahulu sumber daya yang berpotensi memberikan bantuan sebagai tenaga cadangan dan tempat tempat cadangan yang dapat dialihfungsikan sebagai bangsal agar mudah saat membuat peta respon ketika bencana terjadi baik internal maupun eksternal. Pada materi anlisis risiko membahas apa yang yang membedakan beda analisis risiko BPBD dengan dinkes dan bagaimana sikap puskesmas menghadapi renkon baru oleh BPBD sigi mengenai banjir, padahal mereka sudah susun untuk gempa.
Reportase : Happy R Pangaribuan
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK