A. Pembukaan
In-house Training di Rumah Sakit Umum Daerah Bantul dibuka oleh:
Direktur RSUD Senopati Panembahan, dr. I Wayan Sudana, M.Kes
Mengucapkan selamat datang kepada TIM dari PMPK UGM dan memberikan sambutan sekaligus pengantar mengenai manfaat HDP bagi RSUD Bantul, dan menerima dengan baik rencana penyusunan program penanggulangan bencana. Beliau mengharapkan bahwa pertemuan ini tidak hanya terbatas pada dua hari ini saja, akan tetapi adanya kelanjutan sampai pada simulasi. Sehingga nantinya kita memiliki suatu tim yang solid dalam penanganan bencana. Beliau juga mengharapkan simulasi yang rutin dilaksanakan setiap tahun terhadap tim yang akan dibentuk nantinya.
Tim PMPK FK- UGM, dr.Hendro Wartatmo, SpB.KBD
Beliau menyampaikan bahwa TIM PMPK UGM merasa senang karena RSUD Bantul memiliki inisiatif untuk menyiapkan diri dalam pembentukan HDP. Dan memberikan gambaran mengenai proses pembentukan HDP di wilayah paska bencana, dimana sebagian besar mereka menyiapkan HDP jauh setelah terjadinya bencana. Beliau mengatakan bahwa upaya untuk menyiapkan diri bagi rumah sakit adalah proses yang berkesinambungan, dan memberitahukan rencana bulan Mei tentang kegiatan yang sama di Jawa Timur, bekerjasama dengan WHO dan Depkes.
B. Pengantar Hospital Disaster Plan dan Pembentukan Struktur Organisasi
Sebagai Pengantar Hospital Disaster Plan, dr.Hendro menyatakan mengenai pentingnya sebuah rumah sakit memiliki Hospital Disaster Plan (Hosdip). Hosdip ini bertujuan agar chaos dapat diatasi sesingkat mungkin, mortalitas dan morbiditas dapat ditekan serendah mungkin serta distribusi pasien ke Rumah Sakit lainnya merata juga pelayanan sehari-hari tidak di tinggalkan.
Koordinasi dan Operasional
Oleh : dr.Hendro Wartatmo, SpB.KBD
Dalam aspek koordinasi yang perlu dilakukan adalah membentuk suatu komite disaster. Dari komite disaster nantinya akan membentuk tim Penanggulangan bencana, karena perlu ada seorang komandan bencana. Dalam pengaktifan tim bencana itu ada beberapa alternatif. Ada yang membuat seperti merapi yaitu siaga-waspada-action. Namun, kalau bencananya kecil tidak semua tim diaktifkan. Ini perlu diketahui, seperti kejadian kapal terbang jatuh. Yang melakukan assesment adalah incident commander, dia melakukan assessment dan menentukan sejauh mana persiapan dilakukan. Dia juga melakukan incident action plan, minimal secara lisan, dan yang membuat harus incident commander-nya. Bagus lagi kalau tertulis. Jika itu sudah ada, nanti keputusan mengenai ada tidaknya evakuasi akan dijawab oleh komandan bencana. itu adalah salah satu tupoksinya komandan bencana yaitu assesment. Begitu juga untuk operasional, dimana harus melakukan triage dan prosedur kerjanya. Juga bidang-bidang lainnya seperti keperawatan.
Logistik
Oleh : dr. Sulanto Saleh Danu, Sp.FK
Beliau menjelaskan perbedaan keadaan normal dan pada waktu bencana. Bahwa pada kedua keadaan tersebut logistik tetap dibutuhkan, baik sebelum, saat bencana maupun paska bencana. Ada dua hal yang penting dalam logistik, yaitu memberikan pelayanan dan sebagai penunjang. Kemudian penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan pada saat bencana ketika mendapatkan bantuan dari pihak luar. Rumah sakit harus memiliki kewenangan untuk menerima maupun menolak bantuan yang datang, karena ada kalanya bantuan yang datang tidak sesuai dengan kebutuhan. WHO sudah memiliki acuan mengenai penolakan bantuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, pihak rumah sakit dapat menggunakan acuan tersebut.