logo2

ugm-logo

Liputan Penanggulangan Gempa Padang

Pada hari Rabu, tanggal 30 September 2009 Padang diguncang gempa yang berkekuatan 7,6 SR dan menyebabkan banyaknya korban jiwa, korban luka serta kerusakan bangunan. Selain itu juga pada kabupaten Padang Pariaman terdapat 3 desa yang hilang akibat longsor, semuanya itu  mengakibatkan kerugian material.

Propinsi Sumatera Barat adalah merupakan salah satu daerah rawan bencana. Bencana  ini sangat dirasakan oleh seluruh masyarakat di Propinsi  Sumatera Barat  terutama pada kota Padang, kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Dampak yang paling kelihatan adalah masyarakat yang kehilangan rumahnya sehingga mereka harus mendirikan tenda didepan rumah mereka masing-masing, baik itu tenda yang memang layak pakai juga tenda darurat dan sekedar plastik yang ada disekitar rumahnya. Keadaan ini sangat memprihatinkan terutama situasi masyarakat paska bencana. Penyakit-penyakit seperti diare, demam, alergi, tetanus dapat terjadi pada paska bencana bila tidak segera dilakukan penanganan pemeriksaan kesehatan pada masyarakat.

Profil Dinas Kabupaten Padang Pariaman

  1. Luas Wilayahnya     : 1328,79 km2
  2. Jumlah Penduduk    : 370.489
  3. Jumlah Kecamatan  : 17
  4. umlah Puskesmas   : 24
  5. Jumlah Pustu          : 62

Korban Gempa adalah :

  1. Korban meninggal   :  335
  2. Luka berat               :  519
  3. Luka ringan             :  631
  4. Hilang                      :  285
  5. Pengungsi               :  0

alt

Pada kejadian ini, FK UGM-RS Sardjito mengambil peran dalam bentuk mengirimkan tim ke Padang.

alt

Tim yang dikirim dalam upaya membantu melakukan assessment dan penanganan pasien-pasien paska bencana. Tim UGM membantu RSUD Pariaman di bangsal, kamar operasi dan management support serta membantu berkoordinasi dengan pihak RS dan beberapa relawan untuk mengatur penempatan relawan di RS. Terbentuk struktur organisasi tim Penanggulangan Bencana di RSUD Pariaman. Sampai hari ketujuh RSUD dibantu oleh beberapa relawan yang kurang lebih jumlahnya 22 tim secara bergantian, dengan spesifikasi tim medis yaitu: dokter bedah, orthopedik, anestetik juga dokter umum dan perawat bangsal, OK dan anestesi. Tim RSUD ini kemudian membantu Dinas Kabupaten Padang Pariaman dalam koordinasi awal sehingga terbentuk tim Penanggulangan Bencana di Dinas Kabupaten Padang Pariaman. Peran tim UGM membantu management support di Dinas sebagai Laisson Officer.

alt

Selama sekitar 10 hari tim UGM membantu Dinkeskab dalam pengaturan relawan, relawan yang dating pada saat itu berjumlah kurang lebih 64 tim.

Selain itu, dilakukan pertemuan antara Dinkeskab dengan seluruh relawan yang ada di wilayah Kabupaten Padang Pariaman melalui Cluster Health Meeting I  pada tgl 12 Oktober 2009, dalam pertemuan disampaikan guideline relawan dan cara laporan secara sms melalui HP serta memberikan matriks pelaporan mengenai penyakit yang dikawatirkan terjadi KLB. Hari terakhir tim UGM di Dinkeskab, bersama-sama pihak Dinas membuat rencana kerja  yang akan dilakukan untuk kedepannya.

Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan tampak bahwa bukan hanya klinisi saja yang dibutuhkan tetapi juga manajemen. Ada 2 hal yang penting dilakukan pada saat paska bencana yaitu medical support dan management support. Yang sering terjadi selama ini adalah semua orang hanya berpikir menangani korban di Rumah Sakit atau di daerah, tetapi pengalaman di Padang sangat membuka mata kita bahwa ternyata management support sangat dibutuhkan.

Pada saat pihak Dinas tidak mampu melakukan sesuatu karena juga menjadi korban, padahal saat itu juga banyak relawan yang datang dengan membawa bermacam-macam spesifikasi. Disini sangat dibutuhkan tim yang dapat mendukung Dinas agar tidak terjadi tumpang tindih penempatan relawan dan rencana kerja serta tugas-tugas yang seharusnya dilakukan Dinas. Dan yang tidak kalah penting adalah agar pihak Perguruan Tinggi setempat dapat terlibat dalam membantu pihak Dinas, jika tidak awal paska bencana tetapi dapat bergantian dengan tim yang datang dari luar daerah yang sudah terlebih dahulu membantu.

Pengalaman yang ada dan sudah dilakukan selama ini semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, agar dimasa mendatang penanggulangan bencana yang kita harapkan dapat terlaksana dengan baik dan terpadu. Ini menjadi tugas kita semua agar tercapai koordinasi yang lebih baik.