Jalan alternatif yang menjadi jalur utama masyarakat di dua desa di dua kecamatan; Kecamatan Mertoyudan dan Kecamatan Candimulyo, jika akan menuju Kota Magelang ini putus. Warga terpaksa harus memutar melalui jalan darurat yang dibuat swadaya oleh warga.
Dari pantauan detikcom Minggu (20/11/2011), longsor terjadi sejak Sabtu (19/11) malam sekitar pukul 22.30 WIB. Warga dikagetkan dengan bunyi yang berasal dari bambu tumbang dan pecah di atas jalan tersebut, saat itu hujan sudah mengguyur sejak sore hari.
Kontan warga langsung berdatangan ke lokasi. Ternyata bambu yang tumbuh di sekitar jalan tersebut banyak yang tumbang dan menutup jalan. Saat itu juga, dengan gotong royong, warga langsung membersihkan bambu yang berserakan.
Tidak sampai 45 menit, bambu yang berserakan bisa teratasi dan jalan bisa kembali digunakan. Namun tidak berselang lama, warga kembali dikejutkan dengan bunyi gemuruh dari arah daerah yang baru mereka bersihkan, begitu dicek, ternyata tanah tersebut telah longsor. Akses jalan ratusan warga pun benar-benar putus.
"Setelah membersihkan bambu, saya malah belum sampai rumah, tahu-tahu sudah longsor," ungkap Ngatemin (45) warga sekitar.
Ngatemin mengatakan jika melalui jalan yang baru dua bulan diganti dari aspal menjadi beton ini beberapa warga di Kecamatan Candimulyo, seperti Tampir, dan beberapa desa lainnya hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk sampai Kota Magelang.
"Jalan ini biasanya ramai, banyak orang Candimulyo yang akan ke kota (Kota Magelang dan Mungkid) lewat sini," jelas Ngatemin.
Sementara itu Kadus Kedungdowo, Suroto mengatakan, pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut ke pemerintah Kecamatan Mertoyudan.
"Tadi Pak Camat sudah kesini, namun belum bisa mengambil keputusan, katanya berkoordinasi dulu," kata Suroto.
Agar akses jalan tidak terganggu, pihak desa dibantu warga lainnya swadaya membangun jalan pengganti di dekat lokasi jalan yang longsor tersebut.
Warga membuat jalan dadakan di atas tanah milik warga dengan panjang sekitar 250 meter dan lebar 3 meter. Dengan dibantu alat berat, warga gotong royong meratakan tanah dan diberi lapisan batu.
"Kita sudah izin ke pemilik tanah, dan mereka memperbolehkan tanah mereka sementara difungsikan menjadi jalan darurat," terang Suroto.