Sesi I
Asia Pacific Symposium on Critical Care and Emergency Medicine (APSCCEM) yang ke-24 diselenggarakan di Bali, Indonesia. Kegiatan tersebut diikuti beberapa peserta multi disiplin dan dari berbagai negara. Sesi pertama mengambil topik Safe Community for Emergencies and Disaster dimoderatori oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD yang merupakan dosen dan guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Pembicara pertama oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS yang membahas tentang Implementation of Safe Community in Indonesia. Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara dengan jumlah kematian yang tinggi akibat emergencies situation bersama dengan India dan China. Sistem Penanggulangan Dawat Darurat Terpadu (SPGDT) telah dideklarasikan sejak 17 tahun yang lalu, dan SPGDT tersebut dibedakan menjadi 2 yakni SPGDT sehari-hari dan SPGDT saat bencana. Untuk komunitas awam diperlukan suatu pelatihan basic life support (BLS)/ bantuan hidup dasar (BHD) untuk perlindungan diri. Safe community merupakan salah satu hal penting untuk mencapai emergency response system yang terintegrasi. Meskipun di Indonesia telah ada PSC 113 sejak 17 tahun lalu, namun hal itu termasuk lambat dibandingkan negara lain.
Pembicara kedua ialah Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dan Koordinator Umum Brigade Siaga Bencana (BSB) Kab. Bantaeng dr. Andi Ihsan, DPDK yang membahas tentang “Dukungan Pemerintah Kab. Bantaeng dalam Mewujudkan Safe Community di Kab. Bantaeng melalui PSC 119”. Penjajakan sebelum dibentuknya BSB, maka pemerintah melakukan kunjungan langsung ke masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan. Akhirnya pada 2009, terbentuk emergency service yang dinamakan Brigade Siaga Bencana (BSB) dan melakukan kerjasama dengan pemerintah Jepang dalam hal bantuan mobil ambulan. Dengan berjalannya waktu maka BSB berubah nama menjadi PSC 119 dengan melibatkan BPBD Kabupaten Bantaeng dengan fungsi yang masih sama seperti sebelumnya.
Pembicara terakhir dalam sesi pertama adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dr. Mochamad Mastur, MM yang membahas tentang Implementasi Public Safety Center (PSC) di Kabupaten Tulungagung. PSC yang dimiliki oleh Kab. Tulungagung terbentuk sejak n 2015 dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kegawatdaruratan kepada masyarakat dengan cara memperpendek response time. Sejak 2012, dilakukan penataan antar rumah sakit karena dilatarbelakangi tingginya kematian yang diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman ke rumah sakit sehingga akan terlambat juga untuk mendapatkan penanganan. Untuk saat ini semua ambulan telah dilengkapi oleh radio komunikasi dan android sehingga dapat terpantau untuk lokasinya.
MATERI:
Pri THE IMPLEMENTATION OF SAFE COMMUNITY IN IND
DR ANDI IHSAN - BANTAENG Indonesian
Dinkes Kab Tulungagung - Indonesian
Sesi II
Pada sesi kedua dalam seminar tersebut mengambil tema Safe Primary Health Care for Emergencies and Disaster dengan moderator dr. Hendro Wartatmo, Sp.B-KBD yang merupakan dosen departemen bedah RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Pembicara pertama dalam sesi tersebut adalah Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan RI drg. Saraswati, MPH yang membahas tentang Indonesia Goverment Policy on Safe Primary Healthcare. Kementerian Kesehatan RI memiliki rencana strategi yang tercantum dalam 3 pilar utama untuk mencapai Indonesia yang lebih sehat yakni 1) Paradigma Kesehatan, 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan, 3) Asuransi Kesehatan Nasional/ National Health Insurance (NHI). Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan menguatkan akses dan kualitas dari puskesmas, serta ditargetkan untuk tiap kabupaten memiliki minimal 1 puskesmas yang terakreditasi. Untuk mencapai akreditasi puskesmas tersebut, maka fasilitas, infrastruktur dan peralatan untuk puskesmas akan dilakukan standarisasi.
Pembicara kedua seorang dokter dari Puskesmas Dukun, Magelang dr. Edy Suharso yang membahas tentang Penanganan Puskesmas Dukun dalam Penanggulangan Bencana Gunung Merapi. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung di Indonesia yang masih aktif dan merupakan ancaman bencana permanen bagi Kabupaten Magelang. Program unggulan dari BPBD Kab Magelang dalam penanggulangan bencana merapi adalah Program Sister Village, sementara untuk ancaman selain Merapi, mereka mempunyai Desa Tangguh Bencana (Destana). Program Sister Village adalah persaudaraan antara dua desa atau lebih yang mempunyai ancaman tinggi terhadap bencana Gunung Merapi dengan desa yang aman dari ancaman bencana merapi dalam rangka mengurangi risiko bencana.
Senior Consultant of Traumatologi and Head of Emergency Department dari Hospital Kuala Lumpur Prof Dato’ Dr. Abu Hassan Asaari bin Abdullah membahas Establishing Seamless Continuum of Cared by Integrated and Coordinated Primary Care and Emergency Medical Service. Pemerintah Malaysia telah mencanangkan adanya puskesmas setiap 5 km, dan fasilitas kesehatan memiliki pelayanan kesehatan. Rumah sakit swasta di Malaysia juga diwajibkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar gratis. Fasilitas kesehatan di Malaysia memiliki 2 tipe ambulan yakni untuk di daerah pedesaan dan perkotaan. Mereka pun memiliki program bicycle squad untuk pelayanan kesehatan. Hal terpenting dalam pelayanan kesehatan adalah tidak hanya berfokus pada kelengkapan peralatan saja, namun juga wajib untuk memiliki kemampuan yang memadai.
Consultant Emergency Physician dari Hospital Kuala Lumpur Dr. Alzamani Mohammad Idrose membahas tentang Air Evacuation and the Flying ICU. Aero Medical Evacuation untuk pertama kali dilakukan di Paris pada 1870 dengan menggunakan balon udara. Strategi perencanaan yang matang diperlukan dalam pelaksanaan evakuasi menggunakan pesawat. Koordinasi dilakukan dengan pasukan udara dan tim yang berada di darat untuk tiap kota pemberhentian. Peralatan pun harus dipersiapkan pada saat pre-flight, salah satunya dengan mengalkulasi kebutuhan oksigen. Posisi dari pasien pada saat berada di dalam pesawat juga harus diperhatikan.
MATERI:
Indonesian government policy on Safe primary Health Care-7pm
PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI.pptx Repaired
Flying ICU Bali
Sesi III
Pada sesi terakhir mengambil tema tentang Safe Hospital for Emergency Medicine and Disaster yang dimoderatori oleh Dr. Rahmawati Husein yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pembicara pertama oleh DR. Dr. Tri Wahyu Murni, Sp.B., Sp.BTKV(K)., MHKes yang merupakan dosen Master Program of Epidemiology, Universitas Padjajaran Bandung membahas tentang Safe Hospital in Indonesia, Problems and Future Plan. Save hospital programmes adalah suatu rumah sakit dalam keadaan bencana akan terjadi peningkatan dalam kapasitas pelayanan dan harus siap digunakan secara optimal dalam pelayanan emergency. Indonesia menduduki peringkat ke 38 di dunia sebagai negara dengan risiko terbanyak untuk kejadian bencana. Sehingga dalam perencanaan ke depannya untuk pengembangan rumah sakit maka perlu direncanakan untuk penentuan lokasi bangunan rumah sakit, peningkatan pengetahuan terutama tentang kebencanaan, dan melakukan evaluasi kapasitas rumah sakit.
Pembicara kedua pada sesi terakhir yakni dr. Safrizal Rahman, M.Kes, Sp.OT yang merupakan dokter ortopedik di RSUD dr. Zainoel Abidin Aceh membahas tentang Preparing dr. Zainoel Abidin Hospital to be a Hospital Disaster Resilience (an Experience). RSUD dr. Zainoel Abidin merupakan rumah sakit lama yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda yang terus berkembang hingga sekarang ini. Daerah sekitar rumah sakit memiliki beberapa potensi bencana baik bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, serta bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti kecelakaan lalu lintas. Semenjak 2011 rumah sakit secara rutin melakukan simulasi kebencanaan, serta mengumpulkan staf yang sesuai dengan kriteria untuk menjadi suatu tim tanggap bencana yang siap untuk diterjukan ke dalam medan apabila terjadi bencana. Hingga sekarang masih terus melakukan pengembangan untuk menjadi rumah sakit yang lebih baik serta ramah bencana.
Pembicara terakhir adalah Dr. Mark Leong yang merupakan Senior Consultant Department of Emergency Medicine, Singapore General Hospital membahas tentang Safe Hospital for Emergency Medicine and Disaster – Implementation Safe Hospiral in Singapore. Kita ketahui bahwa Asia merupakan daerah yang memiliki tingkat kejadian bencana alam paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain dari tahun ke tahun. Semenjak 2004 banyak korban meninggal akibat dari bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, serta angin topan. Standar JCI untuk akreditasi rumah sakit tahun 2013 yaitu terdapat poin tentang kesiapsiagaan terhadap bencana. Safe hospital diperlukan dalam suatu rumah sakit karena untuk melindungi kepentingan dari pemangku kepentingan, reputasi, serta aktivitas yang menimbulkan penilaian.
MATERI
Problem & Future Plan for Safe Hospital in Indonesia
Implementation Safe Hospital in Indonesia
Implementation Save Hospital in Singapore