Tetap Siaga Walau Bencana Sudah Tertangani
Letusan gunung api Kelud telah berlalu lebih dari sepekan. Daerah-Daerah yang menyatakan status tanggap darurat dampak abu vulkanik sudah menurunkan statusnya. Guyuran hujan bahkan mempercepat berhentinya status tanggap darurat di beberapa wilayah. Namun, daerah-daerah di Pulau Jawa sepertinya masih dituntut untuk siap siaga yang ditandai dengan peningkatan aktivitas vulkanik di beberapa gunung api lainnya.
Letusan Gunung Api Kelud memberikan pelajaran tersendiri, baik dari sisi kesiapsiagaan, penanganan pengungsi, koordinasi pada saat bencana, ataupun prediksi dampak bencana. Pemerintah daerah memperlihatkan kesiapsiagaan mereka jauh sebelum gunung api kelud meletus dan ini terbukti dengan tidak adanya korban pada saat Kelud meletus. Begitu pula dengan koordinasi yang diperlihatkan beberapa daerah di sekitar gunung api Kelud, bahkan upaya pembersihan abu vulkanik terlaksana lebih cepat dari perkiraan.
Namun, ada yang luput dari perkiraan, yakni prediksi abu Kelud akan mencapai ratusan kilometer hingga ke Jawa Barat. Hal ini menjadi alarm bagi seluruh wilayah, untuk terus mensiagakan diri dan menyusun rencana kesiapsiagaan dampak bencana. Artinya, ancaman bencana di suatu daerah juga harus menjadi kesiapsiagaan daerah lainnya untuk menyusun rencana kesiapsiagaan jika terjadi dampak bencana tersebut.
Minggu lalu kita telah menampilkan artikel mengenai manajemen respon bencana dan kolaborasi. Artikel minggu kembali seperti pada dua minggu sebelumnya mengenai kesiapsiagaan. Artikel pertama mengenai pengenalan kesiapsiagaan bencana yang dikembangkan oleh International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies berjudul Introduction to Disaster Preparedness . Artikel kedua mengenai ukuran kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yang berjudul The Readiness Estimate and Deployability Index A Self-assessment Tool for Emergency Center RNs in Preparation for Disaster care