Masalah inequality dalam bidang kesehatan masih terjadi di seluruh dunia terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara jelas, masalah ini terwujud dalam ketidakadilan dalam akses terhadap pelayanan kesehatan yang berbeda tergantung pada tingkat pendapatan, jenis kelamin, status sosial, kelompok etnis, tingkat pendidikan, dan daerah. Dalam mengatasi inequality ini, dibutuhkan sistem monitoring yang efektif agar tercapai kemajuan yang berarti dan mampu meningkatkan akuntabilitas dalam penyusunan kebijakan publik. Untuk itu, WHO beserta tujuh agency lain, menyusun sebuah handbook untuk memonitor dan mengevaluasi kemajuan dan kinerja masing-masing negara dalam mengatasi inequality secara akuntabel dan transparan.
Handbook ini terdiri dari lima bab. Bab I tentang Overview MonitoringInequality Kesehatan. Bab II tentang Sumber-sumber Data. Bab III tentang Pengukuran Inequality Kesehatan. Bab IV tentang Pelaporan Inequality Kesehatan. Bab V tentang Langkah-langkah Menilai Inequality Kesehatan dengan studi kasus di Filipina. Selain itu, Handbook ini dilengkapi dengan ilustrasi tabel dan gambar untuk memperjelas uraian yang diberikan. Selengkapnya dapat disimak pada link berikut
Semua Pihak Harus Siap Hadapi Bencana
Belajar dari pengalaman bencana awal tahun 2013 lalu, daerah yang memang rawan bencana hidrometeorologi harus melakukan kesiapsiagaan sejak dini. Bencana banjir dan tanah longsor masih mendominasi hingga saat ini. Diprediksi untuk tahun 2014, banjir masih akan terus terjadi hingga April mendatang. Hal ini terkait dengan perubahan iklim yang semakin ektstrim sehingga daerah tropis dan bagian kutub menerima dampak perubahan yang terjadi. Di Indonesia, banyak wilayah mengalami banjir hebat sedangkan di Amerika sedang menghadapi bencana badai salju.
Banyak daerah di Indonesia telah menetapkan status siaga banjir dan bencana bahkan hingga pertengahan Februari mendatang. Jakarta misalnya yang telah menyiapkan sumur resapan dan relokasi Sungai Ciliwung dan Jawa Barat yang terkenal dengan daerah rawan bencana juga telah melakukan kesiapsiagaan dengan melakukan koordinasi dengan tim relawan bencana. Ambon baru saja melakukan perbaikan koordinasi bencana dengan menggelar simulasi besar pada akhir 2013 lalu. Daerah ini terpuruk karena banjir dan tanah longsor selama dua tahun. Kejadian bencana yang tidak terduga justru terjadi di Kotamadya Banjarbaru, Kalimantan Selatan dimana hujan dengan intensitas tinggi selama lima jam mampu menenggelamkan hampir 52 rumah warga, mematahkan jalur transportasi kota, dan merusak fasilitas air bersih warga.
Dilihat dari kebijakan yang diambil oleh kepala daerah sebenarnya kesadaran akan bahaya bencana sudah mulai baik, sayangnya kesadaran ini masih kurang dirasakan oleh masyarakat. Dari survei yang dilakuan oleh Climate Asia BBC Media Action mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan terendah tentang bagaimana mereka seharusnya beradaptasi menghadapi perubahan cuaca. Kesiapsiagaan terhadap bencana harus dilakukan dari masyarakat dengan mempertimbangkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Minggu, ini pembaca dapat menyimak beberapa artikel yang terkait dengan kesiapsiagaan bancana berbasis masyarakat:
Disaster Risk Management and Vulnerability Reduction: Protecting the Poor
Climate Change and Local Level Disaster Risk Reduction Planning: Need, Opportunities and Challenges
Monitoring and Reporting Progress on Community Based Disaster Risk Management in Philippines
Kaleidoskop 2013 dan Outlook 2014
Banyak kejadian bencana alam yang melanda Indonesia di tahun 2013, mulai dari banjir, tanah longsor dan sebagainya. Bencana yang datang tanpa diduga di hampir seluruh penjuru nusantara mendorong Divisi Manajemen Bencana PKMK FK UGM turut ambil bagian untuk mengedukasi warga melalui simulasi bencana, dan aktif dalam pengiriman personel ke sejumlah tempat yang terkena bencana. Berikut ini telah kami susun Kaleidoskop 2013 dan Outlook 2014 yang terkait dengan kebencanaan Silahkan
Minggu lalu:
|
|