Kebijakan kesiapsiagaan bencana memang tidak sehangat kebijakan untuk masa tanggap darurat bencana atau pun rehabilitasi. Fokus penanggulangan bencana masih terarah pada masa tanggap darurat. Begitu juga penanggulangan bencana di sektor kesehatan. Namun, mengingat kekacauan yang terjadi pada masa bencana dapat saja melumpuhkan sistem maka penyusunan rencana penanggulangan bencana mau tidak mau harus menjadi wawasan di semua sektor.
Tantangan dalam penyusunan rencana kesiapsiagaan penanggulangan bencana selama ini memang dipengaruhi beberapa faktor, antara lain ketidakpastian suatu kejadian akan terjadi, biaya koordinasi dan pelatihan yang besar tetapi bencana belum tentu terjadi, kesulitan dalam mengukur implementasi upaya peningkatan ketahan masyarakat dibanding dengan pembangunan gedung dan insprastruktur, dan lainnya. Namun, pemerintah dan masyarakat baru menyadari kerugian bencana yang begitu besar ketika bencana benar-benar terjadi. Data-data masa respond an rehabilitasi pun masih sedikit yang tercatat dengan baik, padahal data ini menjadi dasar untuk penyusunan rencana penanggulangan bencana ke depannya.
Minggu ini, pembaca dapat menyimak sebuah handout yang memaparkan mengenai besaran data kematian dan kerugian ekonomi akibat bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim dan hidrometeorologi di berbagai belahan dunia. Handout yang dipublikasikan oleh World Meteorology Organization ini berjudul Atlas of Mortality and Economic Losses from Weather Climate and Water Extremes (1970-2012) Klik Disini ini semoga dapat menjadi dasar dan bukti perlunya penyusunan rencana penanggulangan bencana karena memang dampak yang ditimbulkan begitu besar, baik secara kemanusiaan, sosial, lingkungan, dan ekonomi. Menarik, handout ini juga memaparkan metodologi yang digunakan para pakar dalam perhitungan kerugiannya baik secara ekonomi dan kesehatan masyarakatnya.