Jakarta, Kompas - Untuk mengendalikan penyebaran flu burung pada manusia, Kementerian Kesehatan menyiapkan tenaga medis, puskesmas dan rumah sakit, serta obat oseltamivir. Selain itu, sebuah konsorsium riset vaksin sedang menyiapkan prototipe vaksin DNA untuk flu burung.
Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Rita Kusriastuti, Selasa (14/2), di Jakarta, saat ini ada 100 rumah sakit rujukan flu burung di 31 provinsi.
Kemenkes, kata Rita, melatih petugas surveilans. Hal yang sama dilakukan untuk petugas kesehatan, termasuk dokter, agar mampu mengenali gejala flu burung dan mengobati.
Pihaknya menyediakan oseltamivir (tamiflu) di puskesmas di 13 provinsi endemik flu burung, yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumut, Sumbar, Sumsel, Riau, Lampung, Bali, dan Sulsel. Di provinsi nonendemik flu burung, oseltamivir disediakan di dinas kesehatan.
Selain itu, bekerja sama dengan sektor lain, mereka memperkenalkan pasar sehat, yakni pasar yang menyediakan akses air bersih dan sistem pembuangan air kotor, ada radio pasar yang menyiarkan pesan-pesan promotif dan preventif, termasuk pencegahan flu burung. Pusat Promosi Kesehatan menyiapkan materi penyuluhan.
Sejumlah daerah bersiaga mengantisipasi flu burung pada manusia. Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan, Lampung, dan Jawa Tengah menyatakan telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Sejumlah rumah sakit disiapkan sebagai rujukan jika terjadi kasus flu burung.
RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah, misalnya, menurut direkturnya, Suprastija Budi, telah menyiapkan ruang perawatan, obat, dan petugas medis.
Di Bali hanya ada tiga rumah sakit rujukan, yaitu RSUP Sanglah Denpasar, RSUD Tabanan, dan RSUD Gianyar. Belum semua daerah punya dokter yang mampu mengenali flu burung.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati mengimbau masyarakat tidak memelihara unggas di permukiman. Masyarakat diminta segera berobat ke puskesmas jika mengalami demam dan flu yang tidak sembuh dalam dua hari.
Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Ipih Ruyani menyatakan, pihaknya melakukan sosialisasi bahaya flu burung dan sweeping unggas sampai di tingkat rukun warga.
Vaksin flu burung
Dr Fera Ibrahim, SpMK, koordinator konsorsium riset vaksin flu burung, menyatakan, saat ini sudah ada sejumlah prototipe vaksin DNA berbasis rekayasa genetik. Prototipe vaksin itu sudah diuji imunogenisitasnya pada mencit untuk melihat efektivitas proteksi. Hasilnya, ada respons imun dari mencit.
Saat ini sedang dievaluasi untuk mendapatkan komposisi vaksin yang paling efektif. Kemudian akan dilakukan uji toksisitas dan uji klinik. ”Jika semua lancar, vaksin bisa digunakan masyarakat 4-5 tahun mendatang,” kata peneliti dari Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi Fakultas Kedokteran UI itu.
Konsorsium antara lain beranggotakan FKUI dan FTUI, Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, Lembaga Biologi Eijkman, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, serta PT Bio Farma sebagai mitra industri. Pembentukan konsorsium diinisiasi Kemenristek yang mengucurkan dana untuk riset strategis.