Susanto, petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) G. Lamongan di Gunung Meja, masuk wilayah Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, yang dikonfirmasi, Senin tadi pagi mengatakan, bahwa retaknya dinding dan lantai rumah penduduk itu bisa jadi akibat dari gempa lokal G Lamongan. Dibenarkan pula bahwa gempa lokal G Lamongan dalam beberapa waktu terakhir memang semakin sering terjadi.
“Kami harap warga tetap tenang, tidak panik. Kami masih terus memantau aktivitas vulkanik G Lamongan yang tingkat kegempaannya fluktuatif,” ujar Susanto.
Dibenarkan, data kegempaan lokal yang terekam di alat seismograf Pos PGA G Lamongan di G Meja setelah statusnya dinyatakan Waspada, sebanyak 27 kali, 13 kali gempa tektonik lokal dan satu kali gempa tektonik jauh. Guncangan gempa ini dirasakan sejumlah warga di lereng gunung yang terletak di wilayah antara Desa Klakah dan Desa Tegalranu, masuk Kecamatan Klakah dan Desa Sumberpetung, Desa Kebonan dan Desa Kudus, Kecamatan Ranuyoso.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Hendro Wahyono, Senin tadi pagi, getaran gempa G Lamongan terasa sampai wilayah Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Ia memastikan retak-retak di dinding dan lantai rumah penduduk di Dusun Sumuran, Desa Sumberpetung, akibat gempa lokal G Lamongan.
“Ya, kondisinya rumah-rumah itu baru kami terima tadi pagi, kondisinya semakin parah,” aku Hendro Wahyono sambil membenarkan, pihaknya sudah mengimbau warga masyarakat yang tinggal di sekitar lereng dan kaki G Lamongan terkait meningkatnya aktivitas G Lamongan, melalui camat dan kepala desa (Kades) setempat.
Sementara itu menurut Imam Hanafi (33) warga Dusun Sumuran, Desa Sumberpetung, Kecamatan Ranuyoso, yang dikonfirmasi terpisah terkait kedatangan sejumlah wartawan yang datang mengambil gambar, Minggu (11/3) pagi membenarkan, ada lima orang pendatang yang semula hendak merekam gambar, pukul 11.20 WIB dikejutkan terjadinya gempa cukup keras selama beberapa detik.
“Tidak hanya wartawan itu, tetapi juga ratusan jiwa penduduk di sini ikut panik keluar rumah, takut kalau-kalau atap rumahnya ambruk diguncang gempa,” aku Hanafi sambil membenarkan bahwa para wartawan itu semula mengambil gambar dekat musala, langsung ikut berhamburan.
Gempa tersebut menurutnya relatif lebih kecil dibanding gempa hari Sabtu siang sekitar pukul 11.00 WIB. “Gempanya lebih besar dan mengejutkan seluruh warga di sini,” aku Buani (55), warga dusun yang lain. Ia mengaku bersama-sama seluruh anggota keluarganya yang berjumlah enam jiwa sejak malam Minggu memilih tidur di teras rumah, karena jika tetap tidur di dalam rumah, khawatir ada gempa lebih keras dan tertimpa reruntuhan atap rumah sendiri.
“Banyak tetangga yang memilih demikian (tidur di teras). Itu cara kami menghindari musibah gempa,” ujar Buani.
Ia menambahkan, jika retak lantai rumah sudah setengah meter, baru mereka harus tidur di luar rumah. “Ya pakek tenda tak iye,” katanya dalam dialeknya Madura yang sangat kental. Ia mengaku heran dan anek, sebab sejak G Lamongan menimbulkan bencana (gempa), kok wartawan malah datang mendekati bencana itu sendiri, akunya keheranan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, G Lamongan yang berada di wilayah Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, statusnya dinaikan dari normal aktif (level I) menjadi Waspada (level II), Jumat (9/3). Ditingkatkannya status gunung api yang memiliki tiga ranu (telaga) dengan panoramanya yang sangat indah dan dikenal dengan Fujiyamanya Indonesia itu, sesuai data seismik yang dipantau di Pos PGA G Lamongan di G Meja, menunjukkan peningkatan aktivitas yang mengejutkan. Karenanya selain itu Pos PGA yang merupakan bagian dari kantor Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung itu menyatakan, G Lamongan tertutup bagi para pendaki. [070]