BANDUNG - Indonesia berada dalam kawasan cincin api Pasific atau ring of fire. Karena itulah, gempa bumi dan letusan gunung api jadi 'sahabat' bagi Indonesia. Ada juga bencana lain yang mengancam yaitu tsunami dan gerakan tanah.
Keberadaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun memegang peran penting atas kondisi itu. Tugas yang dijalankan adalah riset dan mitigasi bencana.
Dari segi peralatan, PVMBG belum sejajar dengan institusi serupa di luar negeri, terutama dari segi peralatan.
"Mungkin kita kalah dalam peralatan, mereka lebih canggih," kata Kepala PVMBG, Hendrasto, saat ditemui Okezone beberapa waktu lalu.
Tapi dari sisi mitigasi bencana, PVMBG jauh lebih unggul. Beberapa negara pun sengaja “berguru” ke Indonesia dan mengadopsi pola kerja yang sama seperti dilakukan di Indonesia.
"Dalam hal mitigasi, mereka lebih banyak belajar ke kita," ungkap Toto, sapaan akrabnya.
Contohnya dalam penerapan status gunung api, Indonesia menerapkan empat status early warning atau peringatan dini yaitu Normal, Waspada, Siaga, dan Awas.
"Peringatan dini kita diadopsi di luar negeri. Seperti di Filipina, malah mereka sekarang menggunakan lima tingkatan. Kemudian di Jepang juga sejak empat tahun lalu meresmikan early warning yang kita pakai," jelas pria dua anak.
Jebolan ITB itu mengatakan, penerapan early warning seperti itu sebenarnya sudah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1988. "Saat itu baru tiga status yaitu Normal, di Atas Normal, dan Meletus," ucap Toto.
Seiring perkembangannya, status itu kemudian berubah menjadi empat tingkatan dan terus dipakai hingga kini. Fokus pekerjaan PVMBG dan institusi serupa di negara lain memang berbeda meski sama-sama melakukan riset dan mitigasi bencana.
Di luar negeri, mereka lebih fokus melakukan riset, sebaliknya PVMBG lebih fokus melakukan mitigasi. Tapi hal itu yang kemudian jadi keunggulan PVMBG. "Riset memang perlu, tapi perlu juga untuk meminimalkan korban," tegasnya.
Dengan mitigasi bencana yang baik, korban jiwa akibat bencana alam bisa diminimalisir. Sebab setiap status yang digunakan memiliki arti dan langkah berbeda untuk acuan instansi terkait lainnya.
Misalnya ketika PVMBG menerapkan status Waspada untuk satu gunung dan merekomendasikan kawasan sekitar harus steril dalam jarak sekian kilometer, pemda atau instansi terkait dapat segera melakukan langkah tepat. Contohnya mengungsikan warga dan menyiapkan segala hal penting lainnya.
Karena cukup handal dalam urusan mitigasi bencana, para ahli dari luar negeri sering datang ke Indonesia untuk belajar pada PVMBG. Workshop juga sering digelar sebagai ajang berbagi ilmu demi penyelamatan manusia.
"Di Indonesia sering ada workshop. Pada September 2014, kita akan jadi tuan rumah workshop tentang city of volcano atau gunung api di kota," tuturnya.
Para pesertanya pun akan berasal dari berbagai negara. Dari kegiatan itu, nantinya masing-masing negara diharapkan dapat mengambil pelajaran penting untuk diadopsi di negaranya.
Toto mengatakan, untuk melakukan mitigasi, diperlukan kemampuan para ahli yang mumpuni. Meski jumlah ahli di PVMBG terbilang terbatas, tapi kemampuannya cukup handal.
Bukan hanya geolog, PVMBG memiliki banyak ahli lainnya dengan beragai kemampuan. Para ahli itu pun bersatu untuk melakukan tugasnya dengan baik.
"Untuk mengungkap alam itu perlu berbagai disiplin ilmu. Untuk mengungkap suatu gunung mau meletus misalnya, itu tidak hanya dari satu sisi, ada parameter yang lain," papar Toto.
sumber: